THE FOOTBALL AGENT
"Maaf!"
"Sepertinya kerja sama kita sampai disini saja."
"Kenapa?"
"Karena aku sudah bekerja sama dengan agen yang lebih baik dan lebih profesional."
.....
"Maafkan aku Kak, sepertinya aku tidak bisa memperpanjang kontrak agen denganmu lagi karena aku sudah bekerja sama dengan agen yang lain."
.....
"..."
"..."
.....
"Mari kita putuskan kontrak kerja sama kita, aku sudah menemukan agen yang lebih profesional di banding dirimu!"
.....
Di dalam kamar, seorang pria dengan kedua tangan yang mencengkram erat kepalanya itu merintih kesakitan di karenakan beberapa kejadian pahit sebelumnya terus menghantui dirinya melalui mimpi ketika dirinya tidur.
Dengan keringat yang sedikit demi sedikit muncul di dahi dan punggungnya, nafas pria itu juga berangsur angsur semakin berat yang sudah bisa di bayangkan betapa sakit dan tersiksanya momen ini.
"Hah!"
Tiba tiba helaan nafas panjang dan terasa lega keluar dari pria itu. Kedua tangannya sudah mengendur dan di turunkan kembali ke bawah. Rasa lemas menjalar dari otak menuju ke seluruh tubuhnya.
Dengan tangan yang di turunkan ke bawah, wajah pria itu akhirnya bisa terlihat dan menampakkan wajah yang sangat pucat dan tak terkendali. Kilauan motivasi seperti hilang dari matanya dan ada pancaran rasa lelah dari kedua matanya itu.
"Sial!"
"Kejadian menyedihkan itu terus muncul dalam mimpi ku beberapa hari belakangan ini."
"Kenapa ini bisa terjadi padahal aku memiliki kejadian yang lebih menyedihkan daripada ini?"
Pria itu bernama Jalu dengan nama lengkap Jalu Sundara. Jalu lahir di kota Bandung pada 10 November 1993. Jalu lahir dari keluarga yang sangat sederhana dan hanya di besarkan oleh Ibunya saja karena sosok Ayah yang tidak diketahui kemana pergi dan kabarnya.
Jalu merupakan seorang pria yang hidup dengan sebuah ambisi. Ambisi itu tidak lain adalah membawa Ibunya yang sudah berjuang sendirian untuk hidup lebih baik dan bahagia lagi.
Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, Jalu belajar dengan sangat baik agar mendapatkan nilai nilai yang tinggi supaya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Semua itu terbayar dengan Jalu yang akhirnya menerima beasiswa dari salah satu universitas yang ada di Jakarta dan Jalu mengambil jurusan jurnalisme penyiaran dan komunikasi dimana semua ini merujuk pada karir Jalu sendiri.
Karir atau pekerjaan yang sedang Jalu jalani sekarang adalah menjadi seorang agen sepak bola. Sebelum menjadi agen sepak bola, Jalu adalah seorang presenter olahraga dari sebuah stasiun televisi dengan beberapa program acara yang pernah di pimpinnya.
Kenangan dan kejadian yang menghantuinya dalam mimpi beberapa hari belakangan ini merupakan kenangan dan kejadian yang membuat karir Jalu sebagai seorang agen terhenti.
Karirnya sebagai seorang agen bisa terhenti karena saat ini Jalu sudah tidak memiliki klien atau pemain lagi yang berada di bawah naungannya.
"Semakin di pikirkan, semakin aneh rasanya mimpi buruk yang menimpa ku dalam beberapa hari belakangan ini."
"Jika di pikirkan dengan cermat, kejadian di putus kontrak oleh para pemain dan penolakan perpanjangan kontrak para pemain itu jelas tidak seberat kejadian yang menimpa saat aku menjadi presenter olahraga."
Jalu bisa berasumsi dan berpikir seperti ini karena saat Jalu menjadi presenter olahraga di sebuah stasiun televisi, Jalu yang saat itu karirnya sebagai presenter olahraga sedang naik daun dengan program acara yang di pimpinnya itu di pecat oleh stasiun televisi tanpa alasan yang jelas secara tiba tiba.
Dengan segala pencapaian dan hal baik yang Jalu bawa untuk stasiun televisi itu, Jalu akhirnya merasa sangat kecewa saat di pecat bahkan Jalu merasa hidupnya kehilangan arah dan tujuan.
Jalu seperti itu karena Jalu tidak tahu alasan dari pemecatan dirinya sendiri saat itu bahkan bertanya sana sini pun tidak ada jawaban sama sekali.
"Apakah akan ada hal baik yang terjadi padaku di balik semua kesulitan dan kesialan yang terjadi padaku belakangan ini?"
"Sepertinya begitu! Kalo begitu, ayo sambut beberapa hari kedepan dengan semangat juang yang tinggi."
.....
"Halo nak, apakah kamu sedang sibuk?"
Suara yang sedikit lemah dan sangat lembut terdengar dari speaker ponsel yang sedang Jalu pegang. Suara itu sudah jelas adalah suara Ibu Jalu sendiri yang bernama Husna.
Ibunya atau Husna merupakan seorang pedagang biasa di kantin sebuah sekolah yang ada di kota Bandung dan lebih tepatnya adalah kantin dari sekolah tempat Jalu dulu menempuh pendidikan SMA nya.
"Tidak Bu, apa ada sesuatu?"
"Pulanglah! Ibu akhir akhir ini merasakan banyak firasat buruk mengenai dirimu."
Mendengar perkataan Ibunya, Jalu langsung terdiam.
"Oke Bu, aku akan pulang sekarang."
Jalu segera menanggapinya dengan positif karena bukan hanya takut terjadi apa apa tapi karena Jalu memang selalu menuruti setiap perkataan yang Ibunya keluarkan.
Apalagi selain itu, Jalu sangat percaya bahwa intuisi seorang Ibu biasanya selalu benar.
"Kalo begitu hati hati di jalan!"
Dengan panggilan yang di akhiri secara sepihak oleh sang Ibu, Jalu segera merenungkan semuanya dan mencoba mencocokkan apa yang dikatakan Ibunya dengan kejadian kejadian yang menimpa dirinya belakangan ini.
'Pulanglah dan pikirkan nanti saja! Ku harap dengan mendengarkan perkataan Ibu sekarang, kejadian kejadian buruk yang menimpa ku segera hilang dan di gantikan dengan hal hal baik.'
Di dalam apartemen, Jalu segera merapikan barang barang pribadi dan beberapa pakaian formal miliknya ke dalam sebuah koper berukuran kecil.
Setelah lulus dari pendidikan kuliahnya, Jalu memang hidup sendiri karena kebutuhan dari pekerjaannya yang jauh dari rumah.
Sebelum tinggal di apartemen ini, Jalu dulu hanya tinggal di kost kostan biasa karena hanya menjadi seorang presenter olahraga saja tapi semenjak menjadi agen sepak bola dengan keuntungan yang lebih besar, Jalu mulai memperbaiki hidupnya sendiri.
Melihat ruangan apartemen yang sudah di tinggali nya dalam beberapa waktu ini, Jalu merasa sedikit emosional karena ini adalah tempat dimana dirinya bangkit dan juga hancur untuk kedua kalinya.
"Ku harap semua yang terjadi ini tidak akan memakan waktu terlalu lama."
"Akan ku pastikan bahwa saat aku bangkit lagi, aku akan mencapai ketinggian yang lebih tinggi dari sebelumnya."
Sore harinya, Jalu segera mengendarai mobil miliknya untuk pulang dari Jakarta ke Bandung. Sudah sangat jelas bahwa Jalu sama sekali tidak ingin menunda waktu atau apapun lagi.
Seperti permintaan dari Ibunya, Jalu mengemudi dengan sangat hati hati dan perlahan tanpa adanya emosi untuk mengemudi secara cepat agar bisa segera sampai di rumah nya yang ada di Bandung.
Dalam perjalanan yang di penuhi dengan kehati hatian tersebut, perasaan dan pikiran Jalu saat mengemudi mobil selalu tidak tenang dan tidak karuan.
Alasan dari perasaan dan pikiran ini tidak Jalu ketahui sama sekali alasannya dan Jalu selalu mencoba untuk tetap tenang dan memberikan sugesti positif pada dirinya sendiri.
'Kuharap dalam perjalanan pulang ini tidak ada kejadian buruk apapun yang berhubungan atau menimpa diriku.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Daan
Anak bunda/Smile//Smile/
2025-04-02
3