Genre : Misteri, Thriller, Psikologis, Supranatural
Sinopsis :
Setelah suaminya meninggal didalam kecelakaan yang tragis. Elysia berusaha menjalani kehidupan nya kembali. Namun, semuanya berubah ketika ia mulai melihat bayangannya bertingkah aneh dan bergerak sendiri, berbisik saat ia sendiri, bahkan menulis pesan di cermin kamar mandinya.
Awalnya Elysia hanya mengira bahwa itu halusinasi nya saja akibat trauma yang mendalam. Tapi ketika bayangan itu mulai mengungkapkan rahasia yang hanya diketahui oleh suaminya, dia mulai mempertanyakan semuanya. Apakah dia kehilangan akal sehatnya ataukah ada sesuatu yang jauh lebih gelap yang sedang berusaha kuat untuk berkomunikasi dengannya.
Saat Elysia menggali hal tersebut lebih dalam dia menunjukkan catatan rahasia yang ditinghalkan oleh mendiang suaminya. Sebuah pesan samar yang mengarah pada sebuah rumah tua dipinggiran kota. Disanalah ia menemukan bahwa suaminya tidak mati dalam kecelakaan biasa. Akan kah Alena mendekati jawabnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azka Maftuhah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 - BAYANGAN YANG MENGAWASI
Elysia dan Satrio meninggalkan kantor arsip dengan perasaan yang gelisah. Mereka akhirnya memiliki petunjuk tentang Dr. Satria Adinata dan eksperimen mengerikannya, tetapi semakin banyak yang mereka ketahui, semakin besar rasa takut yang menjalar di benak mereka.
“Jadi, Edric pernah menemui keturunan Dr. Satria sebelum dia menghilang,” gumam Elysia.
Satrio mengangguk. “Kita harus menemukan orang itu. Mungkin dia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Edric.”
Namun, saat mereka berjalan menuju mobil, Satrio tiba-tiba berhenti dan menoleh ke belakang.
“Ada apa?” tanya Elysia.
Satrio mengerutkan kening. “Aku merasa… kita sedang diikuti.”
Elysia ikut menoleh, tetapi yang terlihat hanyalah keramaian kota yang biasa. Namun, perasaan tidak nyaman itu tetap ada.
Tanpa membuang waktu, mereka masuk ke dalam mobil dan melaju ke alamat yang tertera dalam dokumen yang mereka dapatkan.
Mereka tidak menyadari bahwa dari kejauhan, sepasang mata mengawasi mereka dari balik kaca jendela sebuah gedung tua.
Alamat itu membawa mereka ke sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Halaman depannya dipenuhi tanaman liar, dan cat rumahnya mulai mengelupas.
Elysia mengetuk pintu dengan ragu. Beberapa detik berlalu tanpa jawaban.
Ia mencoba lagi, kali ini lebih keras.
Akhirnya, suara langkah kaki terdengar dari dalam. Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan seorang pria tua dengan wajah penuh garis usia.
“Kalian siapa?” tanyanya curiga.
“Kami ingin bicara tentang Dr. Satria Adinata,” jawab Satrio dengan nada serius.
Ekspresi pria itu langsung berubah. Ia mengamati mereka sejenak sebelum membuka pintu lebih lebar. “Masuk.”
Di dalam rumah, mereka duduk di ruang tamu yang dipenuhi buku-buku lama dan dokumen berserakan.
Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Bagus Adinata, cucu dari Dr. Satria.
“Kalian tidak seharusnya mencari tahu tentang ini,” katanya pelan. “Ini bukan sekadar cerita horor. Ini nyata. Dan bahayanya masih ada.”
Elysia menatapnya penuh harap. “Kami harus tahu. Suami saya, Edric, menghilang setelah menyelidiki rumah cermin. Saya yakin dia masih ada di dalam sana.”
Bagus menatap mereka lama sebelum akhirnya menghela napas berat.
“Kalau begitu, aku akan memberitahu kalian apa yang sebenarnya terjadi.”
Menurut Bagus, Dr. Satria bukan hanya seorang ilmuwan biasa. Ia terobsesi dengan teori bahwa setiap manusia memiliki bayangan lain—versi diri mereka yang hidup di dimensi berbeda.
Ia menciptakan cermin khusus yang bisa membuka celah antara dua dunia. Namun, eksperimen itu gagal—atau lebih tepatnya, terlalu berhasil.
“Bayangan dari dunia lain itu… bukan hanya refleksi. Mereka memiliki kesadaran sendiri. Mereka ingin menggantikan kita.”
Satrio meneguk ludah. “Dan rumah cermin itu…?”
“Itulah tempat di mana percobaan terakhir kakekku dilakukan,” jawab Bagus. “Kakekku menghilang setelah percobaan itu. Aku yakin… dia terjebak di dunia bayangan.”
Elysia merasakan bulu kuduknya berdiri. “Jadi, itu yang terjadi pada Edric?”
Bagus mengangguk. “Kemungkinan besar, ya. Jika suamimu benar-benar ada di sana, maka dia belum sepenuhnya hilang. Tapi… membawanya kembali tidak akan mudah.”
Elysia mengepalkan tangannya. Ia sudah sejauh ini, dan ia tidak akan menyerah sekarang.
“Tolong… bantu kami.”
Bagus menghela napas dalam. “Baiklah. Aku akan memberi tahu kalian satu-satunya cara untuk masuk ke dunia bayangan… dan kembali dengan selamat.”
Namun, sebelum ia sempat melanjutkan, tiba-tiba terdengar suara keras dari luar.
Ketiganya tersentak. Satrio langsung berdiri, matanya waspada.
Elysia melihat ke luar jendela. Di luar sana, seseorang berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang remang-remang.
Sosok itu mengenakan mantel hitam panjang, wajahnya tidak terlihat dalam kegelapan.
Namun, satu hal yang membuat Elysia membeku ketakutan.
Bayangan sosok itu bergerak… meskipun orangnya tidak bergerak sama sekali.
“Sudah terlambat,” bisik Bagus. “Mereka tahu kalian ada di sini.”
Elysia merasakan jantungnya berdegup kencang.
Siapa mereka?
Dan apa yang sebenarnya sedang mengawasi mereka dari dalam kegelapan?