NovelToon NovelToon
Sang Pewaris Takdir

Sang Pewaris Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: BigMan

~Karya Original~
[Kolaborasi dari dua Author/BigMan and BaldMan]
[Update setiap hari]

Sebuah ramalan kuno mulai berbisik di antara mereka yang masih berani berharap. Ramalan yang menyebutkan bahwa di masa depan, akan lahir seorang pendekar dengan kekuatan yang tak pernah ada sebelumnya—seseorang yang mampu melampaui batas ketiga klan, menyatukan kekuatan mereka, dan mengakhiri kekuasaan Anzai Sang Tirani.

Anzai, yang tidak mengabaikan firasat buruk sekecil apa pun, mengerahkan pasukannya untuk memburu setiap anak berbakat, memastikan ramalan itu tak pernah menjadi kenyataan. Desa-desa terbakar, keluarga-keluarga hancur, dan darah terus mengalir di tanah yang telah lama ternodai oleh peperangan.

Di tengah kekacauan itu, seorang anak lelaki terlahir dengan kemampuan yang unik. Ia tumbuh dalam bayang-bayang kehancuran, tanpa mengetahui takdir besar yang menantinya. Namun, saat dunia menjerumuskan dirinya ke dalam jurang keputusasaan, ia harus memilih: tetap bersembunyi/melawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15 - Riak Air dan Cinta yang Tumbuh

Sinar matahari pagi memantul di permukaan air danau, menciptakan kilauan keemasan yang berpendar di antara riak kecil. Angin sepoi-sepoi bertiup, membawa aroma segar dari dedaunan dan tanah basah. Suara tawa anak-anak bergema di tepi danau, mengisi udara dengan keceriaan yang polos.

Di antara mereka, Sora berdiri dengan celana digulung hingga lutut, kakinya terbenam dalam air yang jernih. Ia memegang jaring kecil, matanya penuh semangat saat menatap ikan-ikan kecil yang berenang di antara batu-batu licin di dasar danau.

“Cepat, Sora! Aku lihat ikan besar di sana!” teriak seorang anak laki-laki berbadan kecil dengan rambut acak-acakan.

Sora mengangguk, lalu perlahan melangkah lebih dalam, menyiapkan jaringnya. Namun, sebelum ia bisa bergerak lebih jauh—

“Sora! Hati-hati!”

Suara lembut namun penuh perhatian itu datang dari seorang gadis yang berdiri di tepi danau, tangannya mencengkeram rok sederhana yang dikenakannya. Matanya yang besar dan bersinar menatap Sora dengan cemas.

Namanya Emi.

Ia adalah salah satu teman bermain mereka, seorang gadis yang lembut dan penuh perhatian. Sejak kecil, ia selalu menunjukkan perhatian lebih kepada Sora dibanding teman-teman yang lain—sesuatu yang tak pernah luput dari ejekan teman-teman laki-laki mereka.

Sora menoleh, tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja, Emi! Lihat, airnya tidak dalam!”

Namun, Emi tetap menggigit bibirnya, matanya masih khawatir. “Tapi kalau kau terpeleset…!”

“Haha! Lihat, Sora punya pengawal pribadi!” seorang anak lain berseru, tertawa sambil menunjuk Emi.

“Benar! Emi selalu peduli pada Sora! Mungkin dia ingin jadi istrinya nanti?” seru yang lain, diikuti gelak tawa yang riuh.

Pipi Emi langsung memerah. “T-Tidak! Aku hanya tidak ingin ada yang terluka!” katanya dengan gugup, tetapi suaranya malah terdengar semakin lucu di telinga anak-anak yang lain.

Sora terkekeh kecil. “Hei, jangan mengejek Emi seperti itu.”

Namun, kata-katanya malah semakin membuat teman-temannya bersorak.

“Ohhh, lihat itu! Sora membela Emi!”

“Ya ampun, Sora dan Emi! Pasangan sempurna!”

Emi semakin menunduk, wajahnya kini merah seperti apel matang. Namun, di antara rasa malunya, ada secercah kebahagiaan yang tak bisa ia sembunyikan.

Sora hanya menggeleng kecil, lalu kembali fokus ke air di depannya. Ia menunggu saat yang tepat, lalu—

Cebur!

Dalam satu gerakan cepat, ia mencelupkan jaringnya dan mengangkatnya kembali. Seekor ikan berukuran lumayan besar berkelebat di dalamnya, ekornya memercikkan air ke segala arah.

“Aku dapat!” Sora berseru dengan penuh kemenangan.

Anak-anak lainnya bersorak, berlari mendekatinya untuk melihat tangkapannya. Emi pun ikut mendekat, matanya berbinar.

“Itu ikan yang besar, Sora!” katanya dengan kagum.

Sora tertawa kecil, merasa bangga. “Tentu saja! Aku kan kuat!”

Emi tersenyum, tetapi ia tetap mengeluarkan saputangan dari sakunya dan mengelap air yang menetes dari tangan Sora. “Tapi kau tetap harus mengeringkan tanganmu. Jangan sampai masuk angin.”

Anak-anak lain yang melihatnya langsung tertawa lagi.

“Hahaha! Lihat! Emi benar-benar seperti ibu untuk Sora!”

Emi langsung menarik tangannya dengan wajah merah padam. “Bukan begitu! Aku hanya—!”

Sora hanya tertawa, membiarkan teman-temannya bercanda. Namun, dalam hatinya, ia merasa sedikit hangat.

Ia tidak sepenuhnya mengerti perasaan Emi, tetapi ada sesuatu yang menyenangkan tentang bagaimana Emi selalu ada di sisinya, memperhatikannya dengan cara yang begitu lembut dan penuh kasih.

Mungkin, jauh di lubuk hatinya, ia pun menyukai perhatian itu.

......................

Tanpa terasa, matahari mulai condong ke barat, menyiram langit dengan semburat oranye dan merah keemasan. Cahaya senja memantul di permukaan danau, menciptakan bayangan yang berkilauan. Angin sore bertiup lembut, menggoyangkan dedaunan di sekitar tepi danau.

Anak-anak mulai mengemasi barang-barang mereka. Ember-ember kecil berisi ikan hasil tangkapan digendong di tangan, sementara beberapa dari mereka masih mengobrol dan bercanda, menikmati sisa waktu sebelum mereka harus pulang.

Sora menepuk tangannya, menghilangkan sisa air danau yang masih menempel di kulitnya. Ia melirik ke samping dan melihat Emi tengah membersihkan pakaiannya yang sedikit basah.

“Emi, ayo pulang,” katanya.

Emi mengangkat wajahnya, tersenyum lembut. “Iya.”

Beberapa anak lain sudah mulai berlari lebih dulu menuju desa, tetapi Sora memilih berjalan santai bersama Emi. Ia membawa ember berisi ikan dengan satu tangan, sementara tangan lainnya diselipkan ke dalam kantong celananya.

“Rumahmu di bagian timur desa, kan?” tanya Sora.

Emi mengangguk kecil. “Ya… Kau tidak perlu mengantarku kalau tidak mau, Sora. Aku bisa pulang sendiri.”

Sora menoleh dengan alis terangkat. “Kenapa aku tidak mau? Aku sudah ada di sini, jadi kenapa tidak sekalian mengantarmu?”

Wajah Emi memerah sedikit, tetapi ia segera menunduk dan berjalan sedikit lebih cepat untuk menyembunyikan ekspresinya.

Sora hanya terkekeh pelan.

Mereka berjalan menyusuri jalan setapak berbatu yang mengarah ke desa. Cahaya matahari yang melewati celah-celah pepohonan menciptakan bayangan panjang di tanah. Burung-burung kembali ke sarangnya, dan suara jangkrik mulai terdengar dari kejauhan.

Ketika mereka sampai di gerbang desa, Emi menoleh ke arah Sora. “Terima kasih sudah menemaniku.”

Sora mengangkat bahu. “Bukan masalah besar.”

Mereka berjalan sedikit lebih jauh hingga akhirnya tiba di depan rumah Emi. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi tampak hangat dan nyaman dengan dinding kayu yang kokoh dan atap jerami yang terawat baik. Sebuah kebun kecil dipenuhi bunga warna-warni di halaman depan, memperlihatkan sentuhan lembut seorang ibu yang menyukai keindahan.

Saat Sora dan Emi mendekat, pintu rumah terbuka, dan seorang wanita dengan wajah lembut serta senyum hangat muncul di ambang pintu. Rambutnya digelung rapi, dan celemek sederhana melilit pinggangnya. Matanya berbinar saat melihat Emi dan Sora.

“Oh, Emi! Kau sudah pulang.” Ia lalu menoleh ke Sora, matanya penuh kehangatan. “Sora! Senang sekali melihatmu di sini.”

Sora mengangguk sopan. “Selamat sore, Bibi.”

Ibu Emi tersenyum semakin lebar. “Kau mengantar Emi pulang?”

Sora menggaruk kepalanya sedikit, merasa agak canggung. “Ah, ya… Aku hanya kebetulan lewat."

Namun, sebelum ia bisa mengatakan lebih banyak, ibu Emi sudah tertawa lembut. “Kau memang anak yang baik, Sora. Masuklah dulu! Bibi baru saja menyeduh teh hangat.”

Emi menatap ibunya dengan sedikit panik. “Ibu! Sora mungkin ingin segera pulang…”

Sora menoleh ke Emi dan tersenyum. “Aku tidak keberatan, kalau memang tidak merepotkan.”

Ibu Emi menepuk tangan sekali dengan gembira. “Tentu saja tidak! Masuklah sebentar.”

Sora melirik langit yang mulai menggelap, lalu akhirnya mengangguk. “Baiklah, hanya sebentar.”

Ia mengikuti Emi dan ibunya masuk ke dalam rumah, di mana aroma teh hangat dan makanan yang baru matang langsung menyambutnya.

Dan di sanalah, di bawah cahaya lampu minyak yang temaram, Sora merasakan kehangatan yang berbeda—bukan hanya dari teh yang disuguhkan, tetapi juga dari keluarga yang menerimanya dengan tulus.

1
Dragon🐉 gate🐉
Laaaahh....🙃
Herry Ribut
soraaaa bangun
Dragon🐉 gate🐉
Up up up up up up
Dragon🐉 gate🐉
Thor,gak Up kah Thor ? (bertanya dengan nada dering)🤭😁
Big Man
Ga ada yang nungguin nih?
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Dragon🐉 gate🐉
Karya yg bagus, gw recommend buat para Readers, apalagi yg suka sm unsur Jepang..dah langsung aja Baca biar gak penasaran...Gak bakalan nyesel 👍🏻
Big Man: Makasih bro... Respect...
total 1 replies
Dragon🐉 gate🐉
Thanks double Up nya Thor 👍🏻💪🏻 Lanjuuuuttt
Dragon🐉 gate🐉
halah..!! Bacot kau Draken, jika kau tau bahwa Medan perang ilusi yg membuatmu tertarik ternyata di ciptakan oleh seorang wanita,seorang ibu,apa kau ttp akan tertawa atau justru merasa hina..Krn yg kau lawan "hanya seorang wanita" ..😏
Dragon🐉 gate🐉
gw ngarep bngt kl Abirama pulang...
Big Man: Kasih pulang ga ya...? Hahaa
total 1 replies
Rinaldi Sigar
lanjut
Bocah kecil
Kimiko ga kalah keren cok!!
Bocah kecil
Roh purba pun tunduk di hadapan Shugoran..
Bocah kecil
Para Karakter penting perlahan saling bertemu... Alurnya dibangun dengan baik.. nice thor!!
Dragon🐉 gate🐉
beruntunglah Sora karena memiliki Orang tua sperti Abirama dan Kimiko...
Dragon🐉 gate🐉
Kimiko adalah lambang ibu sejati, bukan hanya untuk Sora tp jg untuk Dunia,dia Lembut namun tegas,dia sperti Air yg tenang tp ganas,dia bagai Api yg hangat namun membakar,dia adalah Dewi pelindung sekaligus Iblis pembantai bagi musuhnya 😎
Big Man: Hahaha kelas...
total 1 replies
Dragon🐉 gate🐉
laah .. dah nyampe ujung ternyata?? Lanjut Up lagi Thor...💪🏻
Big Man: Sip... Eh jangan lupa bantu vote bintangnya yah..
total 1 replies
Dragon🐉 gate🐉
dia tidaklah menakutkan,...dia hanya kesepian akibat pengkhianatan,dia terlalu lama sendirian sehingga tak lagi percaya pada dunia..
Dragon🐉 gate🐉: kan udah jelas kl Roh "Putih" adlh 'penentu' gak muncul sembarangan, coba lu baca lagi deh pas Sora mimpi trs 5 Lambang di dada Sora berpendar ..
Bocah kecil: Eh, lu ngeuh gak... bukanya roh yang bersemayam di tubuh sora ada 5 ya...? kok cuman 4 di sini?
total 2 replies
Dragon🐉 gate🐉
Bahkan Pilar pun butuh penopang...
aelah ngandung bawang😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!