NovelToon NovelToon
RISA SAYANG BAPAK

RISA SAYANG BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: hyeon'

Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih menyakitkan kecuali tumbuh tanpa sosok ibu. Risa Ayunina atau kerap disapa Risa tumbuh tanpa sosok ibu membuatnya menjadi pribadi yang keras.

Awalnya hidup Risa baik baik saja meskipun tidak ada sosok ibu di sampingnya. Karena Wijaya—bapak Risa mampu memberikan kasih sayang penuh terhadapnya. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun sikap bapak berubah drastis. Bapak yang awalnya selalu berbicara lembut kini berubah menjadi sosok yang keras, berbicara kasar pada Risa dan bahkan melakukan kekerasan fisik.

“Bapak benci sama kamu, Risa.”

Risa yang belum terlalu mengerti kenapa bapaknya tiba tiba berubah, hanya bisa berdiam diri dan bersabar. Berharap, bapak akan kembali seperti dulu.

“Risa sayang bapak.”

Apakah Bapak akan berubah? Apa yang menyebabkan bapak menjadi seperti itu pada Risa? Ikuti terus kisah Risa dan jangan lupa untuk memberikan feedback positif jika kalian membaca cerita ini. Thank you, all💐

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hyeon', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS 16

Pagi ini Risa berangkat ke sekolah bersama Jeff. Awalnya Risa menolak, namun Jeff tetap kekeh ingin berangkat bersama Risa. Akhirnya Risa pasrah dan mengizinkan Jeff untuk menaruh motornya di rumahnya.

Ketika sampai Risa segera turun dan berjalan menuju kelasnya. Belum sempat ia melangkah, tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh Jeff.

“Kenapa?” Tanya Risa singkat seraya menaikkan sebelah alisnya.

“Em, itu, gue mau minta maaf soal ucapan gue kemarin. Lo ga over sharing kok. Gue seneng malah, cerita terus ke gue ya? Hal sekecil apapun itu, gue ada di sini.” Jelas Jeff yang membuat Risa tertegun.

Tanpa sadar Risa menarik bibirnya ke atas membentuk senyuman tipis. Namun dengan cepat ia kembali memasang wajah datar.

“Makasih, teman.” Jeff yang mendengar sebutan teman itupun sontak berteriak dengan keras. Risa yang tak mau menahan malu itu segera pergi meninggalkan Jeff. Setelah ini Jeff pasti akan tantrum dan membuatnya malu.

“Sa, serius lo manggil gue temen?”

“Risaa.” Jeff terus berlari mengejar Risa yang kian menjauh. Hatinya bersorak gembira karena ini pertama kali Risa memanggilnya teman.

Jeff menghela napasnya panjang kala melihat Risa yang sudah masuk ke dalam kelasnya. Tetapi, Jeff tidak mempermasalahkan itu. Hatinya masih senang mengingat Risa yang memanggilnya teman. Risa berhasil membuat moodnya bagus.

“Hari ini teman, mungkin nanti jadi “sayang?” Jeff cekikikan sendiri membayangkan jika nanti Risa memanggilnya “sayang.” Aduhh, Jeff ini sudah membayangkan yang belum pasti terjadi saja. Bisa jadi nanti mereka berpisah dan kembali menjadi orang yang tak pernah saling kenal.

*****

“Apa aku tak salah dengar? Kau menonton film bersamanya?” Tanya seorang pria paruh baya dengan nada yang sedikit tinggi.

“Memangnya kenapa? Toh, tidak sering.” Jawab heran orang itu yang tidak lain adalah bapak.

“Sadar Wijaya, anak itu sudah membuat istri mu tiada. Dia yang menyebabkan Nina meninggal. Anak itu pembawa sial.” Mata bapak memanas kala mendengar sebutan “pembawa sial.”

Entah kenapa, hatinya ikut pedih ada orang yang menyebut putrinya pembawa sial. Tangannya mengepal kuat. Bapak tak tahan mendengar hinaan yang terlontar dari mulut temannya ini.

Sontak bapak berdiri dan melayangkan pukulan keras. Alan—teman bapak terhuyung ke belakang kala mendapat pukulan yang tiba tiba.

“Jaga bicaramu, Alan!” Tekan bapak seraya menunjuk wajah Alan. Tidak mau berlama-lama di sana, bapak pun melenggang pergi. Sedangkan Alan masih duduk seraya menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

“Wijaya sudah mulai kembali seperti dulu. Ini tidak bisa dibiarkan.”

“Mau sampai kapan kau menghasut Wijaya?” Alan lantas menoleh ke arah sumber suara. Matanya terbelalak ketika melihat siapa orang itu.

“Apa peduli mu, Alex?” Ya, orang itu adalah Alex. Teman bapak yang selalu berusaha membuat bapak ke jalan yang benar.

Namun, Alex terlambat. Mereka sudah lebih dulu menghasut Wijaya. Membuat Wijaya membenci putrinya sendiri. Bahkan, keluarganya pun tidak ada yang peduli. Insiden bapak yang dipecat ditambah ia yang rindu akan istrinya setiap kali melihat wajah Risa membuat bapak mudah terhasut.

“Apa kau iri pada Wijaya? Kau ingin Wijaya sama seperti mu. Menyuruhnya menjadi badjingan.” Ucap Alex dengan nada mengejek.

Alan naik pitam, wajahnya kini memerah akibat menahan amarahnya. Ingin menghajar Alex, namun Alan sadar dirinya tak sebanding dengan Alex. Meskipun sudah sedikit tua, kemampuan bela diri Alex jauh lebih tinggi daripada Alan.

“Ku sarankan, jangan lagi kau menghasut Wijaya. Dia bukan kau yang tak punya hati. Dia bukan kau yang terus terjebak dalam masa lalu. Dan dia bukan kau yang tega membunuh anaknya sendiri.”

“ALEX JOHAN ANDERSON!” Teriak Alan ketika mendengar kalimat terakhir Alex. Mata Alan sudah memerah. Bisa dibayangkan, betapa marahnya Alan. Alex hanya tersenyum mengejek melihat Alan yang tak bisa mengontrol emosinya.

“Kau marah ketika aku menyebut tentang kau yang membunuh anakmu. Nyatanya itu adalah fakta. Fakta yang kau tolak mentah-mentah.”

“Aku tidak pernah membunuh anakku.” Sontak tawa Alex menggelegar seisi ruangan. Pria dihadapannya ini sangatlah lucu. Alex tak dapat menahan tawanya melihat Alan yang terus menyangkal sebuah fakta.

“Dengan mengurungnya tanpa memberi makan dan minum sedikitpun hingga ia pergi meninggalkan dunia. Itu yang kau bilang tak membunuh? Kau mendengar dengan jelas teriakan dia yang memohon minta makan. Tapi apa? Kau hanya diam dan menutup telingamu.”

Alan terus diam mendengar ucapan Alex. Ingatannya kembali melayang pada dirinya yang dengan tega mengurung anaknya sendiri. Kepala Alan mulai berdenyut pelan.

“Jangan ajak Wijaya menjadi badjingan, Alan. Aku tau kau menyesal, namun kau tetap menyangkal. Cukup sudah kau menghasut Wijaya. Kali ini, biarkan dia kembali seperti dulu. Biarkan dia hidup bahagia bersama putri kesayangannya.

Alex membiarkan Alan merenungi ucapannya. Ia lantas beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Alan yang masih diam dengan pikirannya yang entah tertuju ke mana. Sebelum benar benar pergi, Alex mendekat ke Alan dan menepuk pundaknya pelan.

“Belum terlambat untuk memperbaiki. Renungi dan memulai lembaran baru.” Bisik Alex diiringi tepukan pelan yang mendarat di pundak Alan.

*****

“Jeff!!” Cicit Risa dengan keras pada Jeff. Saat ini Jeff sedang mengerjai Risa dengan membawa sepedanya lari. Bukannya berhenti, Jeff terus berlari membawa sepeda Risa.

Mendengar Risa yang mulai berteriak keras membuat Jeff cekikikan sendiri. Mungkin ini adalah hobi barunya. Menjahili Risa sampai membuatnya marah.

Risa berdecak sebal seraya bertolak pinggang. Ia menatap kesal pada Jeff yang belum berhenti membawa sepedanya lari. Ia pun dengan terpaksa ikut berlari mengejar Jeff yang semakin jauh.

Tiba tiba kaki Risa tersandung batu hingga membuatnya terhuyung ke depan. Kini lututnya mengeluarkan sedikit darah segar. Matanya beralih menatap tangan yang terulur untuknya.

Risa meraih tangan itu dan membersihkan debu yang menempel pada seragamnya. Risa merasa tak pernah mengenal pria asing di depannya ini. Lantas, darimana asalnya pria ini?

“Terima kasih, dan maaf, anda siapa?”

“Perkenalkan, saya Alex.” Risa mengerutkan keningnya. Ia merasa tak asing mendengar nama pria di depannya.

“Saya teman baik bapakmu. Dulu kita pernah bertemu, waktu kamu masih kecil.” Pantas Risa tak asing mendengar namanya. Tapi, Risa tidak ingat jika pernah bertemu. Alex menyadari lutut Risa yang tergores dan mengeluarkan sedikit darah.

“Lututmu diobati dulu.” Titah Alex pada Risa yang dibalas dengan gelengan.

“Hanya luka kecil.”

Di depan, Jeff melihat Risa yang tengah berbicara bersama pria yang nampak asing pun kembali menghampiri Risa. Sesampainya, ia segera turun dan menepikan sepeda Risa.

“Permisi. Om siapa ya?” Tanya Jeff dengan sopan.

“Saya Alex, teman baik bapak Risa.”

“Anda ingat nama saya?” Timpal Risa yang sedikit heran dengan Alex yang masih mengingat namanya. Padahal, dirinya saja tidak ingat dengan teman baik bapak ini.

“Tentu, bagaimana saya bisa lupa dengan anak se—manis kamu.”

“Dia memang manis, Om. Minusnya galak.” Risa menatap nyalang Jeff yang mengejeknya galak.

“Saya permisi. Sekali lagi terima kasih.” Pamit Risa pada Alex. Belum sempat Alex membalas, Risa sudah lebih dulu pergi. Jeff pun ikut pamit dan mengejar Risa yang mulai jauh.

“Seberapa besar kau torehkan luka pada hati putrimu, Wijaya. Sampai ia terbiasa dengan luka itu.”

*****

HAPPY READING👀✨

1
Esti Purwanti Sajidin
vite dine ayuk thor up yg buanyak
Dadi Bismarck
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
hyeon': terima kasih sudah berkenan membacaa, akuu pastiin secepatnya bakal update>⁠.⁠<
total 1 replies
fianci🍎
Wuih, nggak sabar lanjutin!
hyeon': aaaaa, terima kasih atas dukungannya. semogaa sukaaa yaa🥺💐
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!