"sakiiitttt."
"Aaahhh perut ku sakit sekali, tolong perut ku sakit!"
Siti terus menjerit karena perut nya sakit bukan kepalang, di usia kehamilan nya yang menginjak lima bulan ia harus pendarahan. tapi bukan cuma rasa sakit akibat pendarahan saja yang membuat dia takut, melainkan ia melihat tangan berbulu meremas remas perut.
KRAAAAUUKK.
KRAAAAAUUUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Di jaga
Sekarang seluruh warga desa mulai resah apa bila malam sudah tiba, terutama para suami yang memiliki istri sedang hamil, tentu nya mereka was was karena sudah ada dua orang wanita yang meninggal saat sedang mengandung. kali ini mereka sudah berpikir bahwa itu bukan cuma kebetulan saja, melainkan memang ada sesuatu yang sedang mengincar Ibu hamil untuk memakan janin.
"Davin tidak usah pergi pergi kalau malam!" ujar Bu Yuni menatap putra nya.
Sebab saat ini Salsa sang istri tengah mengandung anak ketiga mereka dan usia kandungan nya baru lima bulan, hampir sama dengan Siti yang meninggal kemarin. jadi rasa was was di hati orang tua ini sangat menyala, takut bila sang menantu nanti malah celaka akibat perbuatan seseorang.
"Enggak kok, Bu! aku tidak akan kemana mana kalau malam." jawab Davin.
"Istri lebih penting, dan kalau malam itu tidur mu jangan terlalu nyenyak. Ibu mau tidur saja di rumah kalian!" putus Bu Yuni.
"Iya, aku merasa lebih baik Ibu tinggal saja di rumah kami." Salsa setuju.
"Semakin banyak orang maka semakin bagus, oh iya gimana lah kata Purnama?" Bu Yuni menatap Davin.
"Belum tau juga, dia masih mencari tau lewat foto ya di kasih sama polisi itu." jelas Davin yang memang punya hubungan dekat dengan Purnama.
"Mudah mudahan lah cepat ketemu, cemas sekali rasa nya kalau sudah begini." Bu Yuni menarik nafas berat.
Salsa sendiri mengusap perut nya berulang kali karena dia juga cemas apa bila nasib nya nanti akan begitu, pas hamil malah ada kejadian kejadian buruk yang sedang melanda kampung. walau pun saat ini Davin juga sudah yakin bahwa Andini pasti datang untuk menjaga adik nya, namun tetap saja ada rasa cemas di hati.
Nama nya nasib tidak ada yang tau nanti akan bagai mana, pokok nya semua pria yang punya istri hamil maka akan di landa rasa cemas dan juga takut. ini sudah beda desa dengan desa nya Purnama, yang di landa masalah desa nya Purnama.
"Eh ngomong ngomong itu istri nya Andi juga sedang hamil, Mas." Salsa ingat Ria yang sudah mau melahirkan.
"Banyak yang hamil saat ini memang, Sayang." jawab Davin pelan.
"Semoga dia juga tidak apa apa ya, aku cemas sekali kalau sudah memikirkan itu." Salsa meremas ujung daster nya.
"Kamu jangan banyak pikiran juga, takut nanti malah tambah setres." Davin memijat kaki istri nya lembut.
"Ya gimana, aku takut masalah nya!" Salsa memang sangat takut dengan ada nya pemakan janin ini, kalau saja bisa dia ingin cancel saja hamil nya.
GEDUBRAAAAK.
"Apa itu, Mas?!" Salsa langsung panik mendengar suara berisik dari luar.
"Kamu diam di sini sama Ibu ya, aku akan melihat dulu." Davin bersiap ingin mengintip dari jendela asal suara.
"Hati hati, Davin! kalau keadaan nya tidak memungkin kan, lebih baik cepat telfon Pak RT saja." ujar Bu Yuni.
Davin mengangguk dan perlahan menyingkap gorden untuk melihat keluar, namun sama sekali tidak ada apa apa di luar sana. malah dia tak sengaja melihat kodam nya yang sedang duduk di depan pintu, setidak nya srigala putih itu berjaga untuk Davin dan juga istri nya yang sedang ketakutan.
"Suara apa itu tadi, Ketua?" tanya Davin.
"Itu Andini tersandung genteng karena berjalan tidak pakai mata." jawab ketua enteng.
"Di mana mana jalan itu pakai kaki, dan perlu kau ingat bahwa aku tidak berjalan!" sewot Andini menatap ketua.
"Inti nya kau kan yang menjatuhkan genteng." ketua santai saja.
"Sudah, kalian jangan bertengkar di sini. tolong jaga istriku ya!" Davin berkata serius.
Ketua diam saja menatap gelap nya malam dan Andini duduk di atas genteng rumah mengawasi semua nya, dia memang berjaga untuk dang adik agar jangan sampai celaka. semua member Purnama mulai bergerak mencari rumah wanita hamil, karena tidak mungkin semua nya hamil juga.
...****************...
"Mas!" Ratih menggoyang tubuh suami nya karena dia merasakan mules di perut.
Tapi Jhon tidak bangun bangun karena dia memang baru saja terlelap, Ratih terus menggoyang tubuh suami nya sambil menahan kontraksi yang sangat luar biasa rasa nya. kalau tak sabar maka pasti sudah di tendang habis si Jhon ini, karena orang mau lahiran pasti sangat luar biasa.
"Mas Jhon!" Ratih menepuk mulut suami nya yang mengorok.
"Ah eh ada apa?" Jhon geragapan karena kaget.
"Perut ku sakit ini, ketuban juga sudah pecah." ujar Ratih meringis ngilu.
"Ya Allah, mana hari hujan deras! gimana ini, aku panggil bidan nya atau kita pergi kerumah bidan?" Jhon langsung segar.
"Kamu lihat dulu jalan nya, aku takut banjir jadi tidak mungkin aku bisa jalan." cemas Ratih.
Rumah pasangan suami istri ini memang sangat jauh dari jalan as, mereka tinggal di kebun karena kehidupan mereka memang hanya berkebun saja. jarak nya mau keluar dari rumah sekitar dua kilo meter jauh nya, mana kalau hujan deras pun langsung banjir di perjalanan yang sering mereka lewati.
"Bajir besar jalan nya, Dik!" Jhon menyenter dari atas rumah.
"Panggil bidan nya saja, Mas! Bu Ester bilang mau kok kemarin walau di panggil malam malam." ujar Ratih.
"Tapi kamu gimana, apa aku panggil Mbak Ratna saja dulu untuk menemani kamu?" Jhon tidak tega meninggalkan Ratih sendirian.
"Iya boleh." angguk Ratih yang tidak bisa duduk tenang karena rasa sakit nya.
"Loh itu Mbak Ratna, dia datang sudah." Jhon senang karena melihat Kakak nya Ratih datang sambil membawa payung.
Ratih tidak mendengarkan karena saat kontraksi datang maka tidak bisa mendengar apa pun lagi, dia sibuk dan fokus dengan rasa sakit saja pada perut dan pinggang. nasib yang agak kurang bagus karena harus melahirkan malam, mana sedang hujan sehingga jalan mereka jadi banjir dan tidak bisa mau lewat.
"Perasaan ku enggak enak jadi aku datang kesini, apa Ratih mau lahiran?" tanya Ratna pada Jhon.
"Iya dia sudah sakit perut, aku baru mau datang kerumah Mbak untuk minta tolong menemani dia." ujar Jhon.
"Ya sudah kau pergi lah panggil bidan nya, biar aku yang menemani Ratih." suruh Ratna masuk kedalam rumah.
"Titip Ratih ya, Mbak!" Jhon segera turun dari rumah dan berjalan menyebrangi jalan banjir.
Tidak ada perasaan apa pun saat meninggalkan istri nya, sebab sudah ada Ratna yang datang untuk menemani Ratih di rumah, jadi Jhon merasa aman. yang paling penting dia tidak tau kabar soal pemakan janin, sebab mereka agak terpencil.
Jangan lupa like dan comsn nya ya besty, terima kasih dan selamat sore pembaca setia othor.
siap thor....lanjoooot