HAPPY READING ~
Novel ini menceritakan tentang, lima saudara kembar cewek yang barbar, kompak, dan gak ada takut-takutnya! Ayesha, Aresha, Abila, Aurora, dan Arumi bukan cuma bikin heboh sekolah, tapi juga satu Cianjur! Dari nyolong mangga kepala sekolah, bolos ke Puncak, sampai ketahuan guru BK dan dihukum Babehnya, hidup mereka gak pernah sepi drama.
Tapi di balik kelakuan mereka yang selalu bikin geleng-geleng kepala, ada kisah persahabatan, keluarga, dan kenakalan khas remaja yang bikin ngakak sekaligus haru.
Siap ikut keseruan Mojang Cianjur dalam petualangan gokil mereka? Jangan lupa baca dan kasih vote!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Operasi Tutup Jejak
Seisi kantin masih hening. Ustaz Rifqi menyipitkan mata, jelas-jelas curiga.
"Kalian jualan makanan di asrama?" tanyanya dengan nada dingin.
Lima kembar langsung berusaha tetap tenang, tapi Fikri yang nggak biasa menghadapi situasi kayak gini langsung pucat.
Arumi dengan santai menyilangkan tangan. "Ustaz, siapa juga yang jualan? Tadi kan cuma nanya, siapa yang jual pop ice. Berarti ada yang jual, dong? Dan itu belum tentu kita, kenapa ustadz curiga? bukannya santri yang bandel bukan cuma kita doang ya?!"
Aurora ikut nimbrung. "Nah iya itu, yang ketahuan beli aja dulu yang diperiksa, jangan asal nuduh ustadz, nggak baik. Kita mah kan cuma makan gorengan, Ustaz."
Santri yang tadi keceplosan langsung panik. "A-aku nggak tahu siapa yang jual! Aku cuma beli dari orang lain, maap ustadz."
Ustaz Rifqi menghela napas. "Baik, kalau begitu, mulai hari ini kantin akan diawasi lebih ketat. Kalau ada yang jualan makanan di luar kantin, siap-siap dihukum!"
Semua santri kompak mengeluh kecewa. sementara keenam pelaku hanya menghela napas lega
---
Begitu keluar dari kantin, lima kembar dan Fikri langsung bergerak cepat.
"Kita harus buang semua barang bukti," bisik Aresha.
Ayesha mengangguk. "Stok makanan di bawah kasur harus kita pindahin!"
"Kita harus bener bener, main bersih ini mah."
Tanpa buang waktu, mereka lari ke asrama. Tapi begitu sampai di kamar,mereka semua terdiam.
Pop ice, gorengan, dan keripik yang mereka sembunyikan di bawah kasur, HILANG.
"ANJIR, MANA MAKANAN GUE?!" teriak Aurora panik.
Abila langsung cek loker. Kosong.
Aresha mencengkram rambutnya. "Sial, ada yang nyolong!"
Arumi menyipitkan mata, lalu mendengus. "Nggak, ini pasti kerjaan Bu Nyai. Beliau pasti udah tahu."
Fikri langsung lemas. "Udah, tamat kita."
"Tamat sih kagak," gumam Abila, "tapi kita harus cari cara biar nggak ketahuan."
"Iya, kita harus bikin cara buat nggak ketahuan, jangan nyerah, oke!!"
---
Langkah pertama: pastikan semua orang yang pernah beli dari mereka nggak buka mulut.
Langkah kedua: pura-pura nggak tahu kalau barang mereka hilang.
Langkah ketiga: cari tahu siapa yang ngambil stok mereka.
Mereka mulai menyusun rencana baru. Kali ini bukan buat jualan, tapi buat bertahan hidup di asrama tanpa ketahuan.
"Mulai sekarang, kita nggak boleh bergerak sendiri. Setiap langkah harus terencana, dan harus hati-hati," kata Aresha dengan tatapan serius.
"Kalau kita ketahuan, kita tamat," tambah Ayesha.
Mereka berlima mengangguk.
Drama baru di asrama, baru saja dimulai.
_____
Malam itu, lima kembaran itu berkumpul di pojokan mushala asrama, pura-pura sibuk merapikan mukena, padahal lagi bahas misi mereka.
"Aya dua kemungkinan," bisik Abila. "Satu, Bu Nyai yang ngambil. Dua, ada santri lain yang bocorin tempat persembunyian kita."
Aurora mendengus. "Kalau bener ada pengkhianat, gue gamau diem aja."
Aresha melipat tangan. "Kita harus cari tahu siapa yang ngasih info ke Bu Nyai."
"Ada satu cara," bisik Arumi sambil tersenyum licik.
"Apaan?" tanya Ayesha penasaran.
"Kita bikin jebakan."
"Oke, nanti kita obrolin lagi, jangan di sini, nggak aman."
---
Mereka kembali menyimpan beberapa bungkus keripik di bawah kasur, tapi kali ini dengan tanda khusus, selembar kertas kecil bertuliskan "Ketauan lo, bangsat!" di dalam salah satu bungkus tersebut.
"Kalo ada yang nyolong, kita bakal tahu siapa dalangnya," kata Arumi sambil terkikik.
Esok paginya, mereka pura-pura cuek seperti biasa. Tapi saat pulang sekolah...
Makanan itu HILANG lagi.
"SIAL! SIAPA NIH?!" Aresha mencak-mencak.
Aurora buru-buru ngecek laci lemari. "Cek tanda kita!"
Mereka bongkar kasur, dan benar, kertas kecil itu juga ikut hilang.
Arumi menyeringai. "Oke, sekarang kita tinggal cari siapa yang panik di antara para santri."
---
Malam harinya, saat sesi menghafal Al-Qur’an, mereka berlima duduk di pojokan, mengamati semua santri satu per satu.
Dan di situlah mereka melihatnya.
Seorang santri bernama Dina tampak gelisah. Dia terus melihat sekeliling, lalu tiba-tiba keluar dari mushala dengan wajah pucat.
"Gotcha," bisik Abila.
Mereka saling lirik sebelum bangkit dan mengikuti Dina secara diam-diam.
Saat Dina masuk ke kamar mandi, mereka langsung berdiri di depan pintu, menunggu dia keluar.
Beberapa menit kemudian, Dina keluar, dan wajahnya langsung memucat begitu melihat lima kembar itu, sudah berdiri dengan tangan menyilang, menatapnya tajam.
Aurora tersenyum miring. "Kamu lagi apa, Dina?"
Dina mundur selangkah. "A-aku... nggak lagi apa-apa."
Aresha mendekat. "Oh ya? Kayaknya kamu panik banget deh. Ada sesuatu yang mau kamu omongin?"
Dina makin pucat. "A-aku nggak ngerti maksud kalian..."
Abila mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, sobekan kertas bertuliskan ″Ketauan lo, bangsat!"
"Kamu nyari ini, kan?"
Dina langsung panik. "A-aku nggak sengaja! Aku cuman, aku nggak ngelapor, sumpah!"
Arumi menyipitkan mata. "Terus kenapa stok makanan kita bisa hilang?"
Dina terdiam. Keringat mulai mengalir di dahinya.
Ayesha menekan. "Jujur aja, atau kita bikin satu asrama tahu."
Dina menghela napas berat sebelum akhirnya mengaku.
"Bu Nyai nyuruh aku mata-matain kalian berlima..."
Lima kembar langsung terdiam, saling pandang dengan tatapan tajam.
Bu Nyai ternyata sudah lama mengawasi mereka, dan sekarang mereka tahu, mereka ada dalam pengawasan ketat.
Tapi apakah itu cukup buat menghentikan mereka?
Tentu aja tidak.
Mereka justru semakin tertantang untuk melawan sistem di Al-Ihsan ini.