Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh baru?
"Tenang lah, Baginda Raja dan Yang Mulia Pangeran. Pangeran Arka dan Putri Arsha sudah baik-baik saja sekarang, namun butuh waktu sampai mereka sadar karena tubuh mereka baru saja melewati masa kritis. Pun begitu dengan Pangeran Liam, saya sudah memastikan tidak kandungan racun yang terhirup oleh Pangeran Liam maupun Putri Arsha, juga pada Pangeran Arka. Dalam hal ini Pangeran Liam masih syok sehingga membuat kondisinya menurun, Pangeran Liam hanya butuh istirahat." jelas Dokter Cedric sambil menyembunyikan rasa gugupnya. Sudah bertahun-tahun dia melayani keluarga kerajaan, tapi dia masih tidak biasa dengan tatapan Raja Finn dan para pangeran yang begitu menusuk.
Raja Finn menghela napas berat. Dia sangat khawatir. Di saat seperti ini, punggung Lysander terasa pegal, sebab semua pekerjaan Raja Finn dialihkan padanya.
"Yang Mulia Putri, Yang Mulia Pangeran... cepatlah sadar..." keluh Lysander di ruang kerja Raja Finn. Wajahnya kusut sebab dia sudah duduk di sana sejak pagi.
***
Berjam-jam kemudian, tepat setelah matahari terbenam, Aek dan Arsha akhirnya sadar.
"Papa! Mereka sudah sadar!" seru Ezra.
Liam yang duduk di ranjang sebelah mereka tersenyum saat mendengar itu, dia pun juga belum lama terbangun. Sekarang kondisinya juga sudah jauh lebih baik, meski selang oksigen masih terpasang.
"Apakah masih ada yang sakit?" tanya Raja Finn.
Arka dan Arsha menggeleng, tidak ada yang sakit sekarang, hanya saja tubuh mereka masih lemah. Arsha sama seperti Liam, dia juga masih memakai oksigen.
"Cedric, apakah sungguhan kondisi mereka bertiga sudah membaik?" ucap Raja Finn ragu.
"Iya, Baginda. Tapi untuk berjaga-jaga, malam ini Pangeran Liam, Pangeran Arka dan Putri Arsha sebaiknya menginap lagi di Menara Medis agar saya bisa mengontrol kondisi mereka." jawab Cedric.
Raja Finn setuju.
"Katakan pada Hans, agar mengantarkan makan malam ke sini." titah Raja Finn pada seorang pelayan.
"Baik, Baginda."
Lalu, dalam sekejap makanan sudah terhidang di ruang rawat. Berbeda dengan Arka yang menghabiskan makanannya, Arsha dan Liam tidak begitu berselera makan, mereka hanya makan sedikit. Kondisi mereka berdua memang lebih buruk karena asma mereka sedang kambuh.
"Arsha, Liam, bagaimana jika Papa suapi?" tawar Raja Finn.
Liam menjawabnya dengan batuk, "aku... tidak apa-apa..." katanya putus-putus.
Arsha menggeleng, sejak tadi dia juga batuk tidak berhenti.
Buru-buru, Dokter Cedric memasangkan nebulizer pada keduanya bergantian. Tentu saja dengan bantuan perawat juga.
Raja Finn sangat cemas.
***
Namun, belum hilang rasa cemas Raja Finn pada kondisi anak-anaknya, dan belum lama usai makan malam di ruang rawat, tiba-tiba terdengar ledakan yang sangat besar. Semua yang ada di ruang rawat terkejut. Lalu, seorang ksatria datang menghadap, dia tampak tergesa-gesa dan panik.
"Baginda! Pohon Serbuk Suci meledak!"
Raja Finn terbelalak. Pohon Serbuk Suci adalah pohon spirit yang berjejer di sepanjang jalan menuju istana, kurang lebih ada sepuluh pasang Pohon Serbuk Suci yang ditanam oleh Guardian langsung. Pohon Serbuk Suci adalah pohon penghasil serbuk berwarna putih dan emas. Jika sedang panen, serbuk itu bisa digunakan untuk berbagai keperluan, terutama untuk memulihkan kondisi pengendali spirit yang sudah kehilangan banyak tenaga.
"Bagaimana bisa?" tanya Raja Finn cepat.
"Saat diperiksa, tidak ada siapapun di sekitar Pohon Serbuk Suci, tapi kami menemukan benda ini di sana." jawab ksatria itu sambil memberikan sebuah benda berbentuk kotak kecil berwarna hitam yang telah hangus sebagian.
Raja Finn mengambil kotak itu, dan memeriksanya lamat-lamat. "Ini peledak." ucapnya kemudian.
Zayden dan Ezra terkejut mendengarnya. Tidak bisa sembarang orang yang bisa menggunakan peledak, biasanya hanya para prajurit dan ksatria yang boleh menggunakannya.
"Jangan-jangan ada penyusup lagi di antara kita?" sahut Ezra.
"Tapi ini bukan peledak dari kerajaan kita, peledak milik kerajaan kita berwarna kuning keemasan. Sementara peledak ini berwarna hitam, ini milik Kerajaan Rosalia." ucap Zayden setelah dia memeriksa benda itu.
"Lihat. Jika diperhatikan, ada ukiran bunga mawar juga di sini. Ukirannya tidak terlalu kelihatan karena sebagian sudah hangus," sambung Zayden sambil menunjuk ukiran berbentuk bunga mawar yang sudah memudar.
Dahi Raja Finn mengernyit. Zayden benar, peledak ini milik Kerajaan Rosalia. Sudah jelas ini perbuatan mereka.
"Apakah Rosalia ingin berperang dengan kita?" tanya Ezra.
"Tidak, Ezra. Pasti mereka punya rencana lain, sejak dulu Rosalia memang licik. Apakah mereka punya dendam pada kita karena dulu aku pernah menolak mereka untuk membawa Liam? Aegis, pergilah ke Rosalia dan selidiki masalah ini." ucap Raja Finn tegas.
Aegis kemudian muncul. "Baik, Baginda." jawabnya.
Lalu dengan mode menghilang, Aegis melesat cepat ke arah barat, tempat dimana Kerajaan Rosalia berada.
"Robin, apakah ada korban karena ledakan tadi?" tanya Raja Finn.
"Tidak ada yang terluka parah, Baginda. Namun, beberapa penduduk dan ksatria yang sedang berpatroli di sekitar Pohon Serbuk Suci ada yang mengalami luka ringan akibat terkena serpihan pohon." jawab Robin, dia adalah ksatria yang menghadap dan melapor tadi.
"Bawa mereka semua yang terluka ke Menara Medis, lalu sampaikan berita ini pada Guardian." titah Raja Finn.
"Baik, Baginda." Robin undur diri dan segera melaksanakan perintah itu.
***
Sementara itu di hutan yang jaraknya ribuan kilometer dari sarang penyamun, Jay dan pasukan ksatria putih lainnya sedang beristirahat dengan tenda seadanya. Mereka baru saja selesai makan malam dan bermaksud melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba sesuatu melesat cepat di antara pepohonan, awalnya hanya satu, namun lama-kelamaan menjadi banyak. Suara burung hantu pun ikut menemani malam yang rasanya mendadak mencekam itu.
"Kapten, apa itu?" tanya seorang ksatria.
"Entahlah. Sebaiknya kalian semua berjaga-jaga." jawab Jay waspada.
Para ksatria memasang kuda-kuda, mereka siap bertarung kapan pun.
Lalu dari balik semak, dan dari cahaya obor, tampak samar-samar berpasang-pasang mata merah yang sedang menatap mereka.
"Itu Snarfluff!" seru Ery.
"Apa?!" beberapa ksatria lain terbelalak kaget.
Siapa sangka, ternyata mereka telah dikepung Snarfluff. Ada ribuan Snarfluff di sini, dan mereka kelihatan lapar.
Seluruh ksatria bergidik ngeri. Baru kali ini mereka melihat Snarfluff sebanyak ini, jumlah mereka jauh lebih banyak berkali-kali lipat dibanding yang menyerang istana dulu.
"Semuanya! Bersiaplah! Kita akan bertarung! Lindungi satu sama lain! Jangan berpencar dan tetap pada formasi lingkaran!" seru Jay.
Saat ini seluruh pasukan ksatria putih sedang membentuk lingkaran dan mereka saling memunggungi. Itu adalah formasi lingkaran andalan mereka, tidak ada yang bisa mengalahkan mereka yang sudah membentuk formasi itu.
Tidak menunggu waktu lama, Snarfluff yang jumlahnya ribuan itu pun menyerbu mereka. Serentak para ksatria putih menutupi wajah mereka dengan pelindung wajah, pedang mereka teracung dan siap menebas Snarfluff manapun yang mendekat duluan.
"Crats!"
"Srak!"
"Syuk!"
"Srats!"
"Cruak!"
Suara sabetan pedang memenuhi hutan. Dalam sekali tebas, Snarfluff memang langsung mati, mereka hanya buas di awal, tapi lemah saat dengan serangan dari samping. Itulah sebabnya para ksatria menusuk mereka dari samping dan langsung menembus jantung mereka.
Pertarungan mengerikan antara Snarfluff yang bar-bar dan para ksatria putih berlangsung dua jam, para ksatria sudah kelelahan, tapi untungnya Snarfluff itu sudah mereka habisi semua. Kini hutan itu malah dipenuhi darah dan bangkai Snarfluff yang mengerikan.
Jhon menghela napas lega, "gila. Sebenarnya siapa yang mengendalikan mereka?" katanya.
"Entahlah, tapi jika mereka barusan dikendalikan, berarti sejak tadi kita sedang dipermainkan oleh orang yang mengendalikan makhluk ini." jawab Jay.
"Ayo segera pergi dari sini. Aku bisa merasakan kalau di depan sana ada sesuatu." sambung Jay.
Lalu usai membereskan sisa tenda mereka, dengan menunggangi kuda mereka melesat ke depan.
***bonus potret Putra Mahkota Zayden
***Zayden dengan baju olahraganya