Naima yang dipaksa menjadi penanggung jawab acara mewah yang diselenggarakan oleh keluarga suaminya, Padahal selama ini dia yang telah membiayai seluruh kebutuhan keluarga suami, Tapi suaminya diam saja ketika keluarganya memperlakukan nya layaknya pembantu dan bukan menantu.
Saatnya Naima bangkit Dari kebodohan yang dia lakukan selama ini, kisahnya penuh drama dan menguras emosi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Nayma masuk kedalam mobil dengan perasaan kesal, mantan suaminya itu selalu saja mengganggu nya, padahal dia sudah melakukan perjanjian itu, seperti nya dirinya memang orang yang tidak bisa dipegang perkataannya.
"Aku tidak bisa begini terus, aku harus mendaftar kan segera perceraian ini dan mencari pengacara, Tyo bukan orang yang mudah menerima keputusan dan dia tidak bisa dipercaya". Ucapnya pada dirinya sendiri.
Dia mengambil handphone nya menghubungi sahabatnya untuk mencari kan dirinya pengacara, dia tidak mau mengambil resiko karena semua ini harus segera berakhir.
"Hallo Nay, ada apa?? Tanya Tiara di sebarang telpon.
"Kamu punya kenalan pengacara tidak, aku sudah mendaftarkan perceraian ku, tapi Tyo tadi datang lagi mengganggu ku, bagaimana menurut mu??
"Tenang saja, kau lupa kalau aku punya sepupu seorang pengacara?? Kata Tiara dengan heboh.
"Astaga aku melupakan kak Firman, tolong berikan aku nomornya yah, nanti aku hubungi dia dan bicarakan masalahku". Girang Nayma saat mengingat kakak sepupu sahabatnya itu.
"Oke, aku kirimkan nanti yah, soalnya aku lagi dijalan mau pulang ini". Ucap Tiara dengan pelan.
"Oke, aku tunggu yah". Ucap Nayma dengan sumringah. dan memutuskan telpon mereka
Dia kini bernafas lega, setidaknya permasalahannya dengan mantan suaminya itu akan diproses dengan baik.
Sedangkan Dirumah Tyo yang baru terjadi pertengkaran antara ibu dan anak tepatnya ibu Alma dan Andin.
"Lebih baik kamu cari bekerja sekarang Andin, kita tidak bisa mengandalkan gaji mas mu seperti dulu, kamu tahu sendiri selama ini yang membantu keuangan kita adalah Nayma sehingga kita bisa membeli barang-barang". Alma menatap anaknya dengan penuh harap.
"Kau sudah memasukkan beberapa lamaran kerja bu, tapi belum ada hasilnya, sabar dikit napa?? ". Kesal Andin kepada sang ibu.
"Kamu berusaha lagi lah, bagaimanapun caranya bulan ini kamu harus dapat kerja dan berikan setengah gajimu pada ibu untuk biaya rumah". Ucap Ibu Alam dengan berkacak pingganh.
"Aku tidak maulah masa setengah gajimu ibu ambil, aku juga mau menikmati gajimu sendiri, minta saja sama mas Tyo, kan dia anak laki-laki ibu". Sungut Andin tidak terima.
"Jangan kurang ajar kamu Andin, selama ini ibu selalu menuruti apa keinginanmu bahkan karena keinginan gilamu menikah dengan Aldo ibu harus kehilangan rumah mewah ibu" Hardik bu Alma dengan keras.
"APa sih bu , kenapa ibu selalu mengungkit hal itu". Kesalnya, dia mwnatap ibunya dengan marah.
"Ibu tidak peduli, dengar baik-baik kamu harus kerja bulan ini dan setengah gajimu harus kau berikan pada ibu, jika tidak jangan harap ibu akan mengakui kamu anak ibu". Hardik bu Alma dengan kasar dan membanting pintu kamarnya.
"Aits, ibu selalu saja begitu, bagaimana bisa aku memberikan setengah gajiku padanya, aku tidak bisa membeli mobil nanti jika ibu mengambilnya".
"Dasar anak kurang ajar, beraninya dia membantah ku, dia harus tetap tunduk padaku, tidak akan kubiarkan dia menikmati gajinya sendiri, aku ini ibunya yang membesarkannya dan merawatnya, sekarang dia sudah besar, dia harus membalasnya, enak saja". Sungut bu Alma yang kini berada didalam kamarnya
Tyo yang baru saja pulang sangat jelas mendengar bantingan pintu yang keras, dia menatap adiknya dengan penuh tuntutan, ada apa sebenarnya yang sedang terjadi dirumah.
"Kenapa lagi Andin, apa ibu yang membanting pintu dengan keras seperti itu, kamu apakan dia?? Tanya Tyo dengan tatapan penuh selidik.
"Apa sih mas, ibu aja yang sensian, masa dia memaksa ku harus dapat pekerjaan bulan ini, dia pikir mencari kerja itu gampang apa, dan lebih parahnya lagi ibu meminta setengah gajiku untuk ibu". Adu nya dengan kesal.
"Lah itu benar Andin kamu sudah lama wisuda, kamu cari kerjalah dan berikan ibu sebagian gajimu, jangan lupa ibu membesarkan kita seorang diri, wajarlah dia meminta uang kita, jangan jadi orang tidak tahu balas budi". Sindir Tyo kepada adiknya itu.
"Apa maksud Mas bicara begitu". Andin mendelik tidak suka perkataan kakaknya itu.
"Lah apa yang salah dengan perkataan mas Andin, kamu sudah dewasa dan bisa kuliah berkat kakak dan ibu, ini saatnya kamu membalas kami dengan dapat pekerjaan bagus dan memberikan kami sebagian gajimu, setidaknya untuk ibu, jangan jadi anak tidak tahu diri dan tidak tahu terima kasih".
"Tapi tidak setengah juga kak, aku juga pengen beli mobil sama seperti kakak nantinya, kalau gajinya diambil ibu setengah, aku tidak akan bisa, kebutuhanku banyak". Sungut Andin tidak terima.
"Kamu memberi ibu juga untuk kamu makan Andin, kita sekarang tinggal bersama ibu, ibu tidak mungkin bekerja, jadi kalau bukan kamu sama Mas yang memberinya siapa lagi". Tyo menatap Adiknya dengan emosi tertahan.
"Apa sih, bicara dengan Mas dan ibu sama saja, bikin emosi saja". Umpat Andin dengan kasar.
"Dengar Andin jangan pernah kamu kurang ajar pada ibu apalagi kembalii dengan pria tidak tahu diri itu, kau dengar, selama ini kakak dan ibu melakukan apapun untukmu tapi kalau kamu tidak mau menurut perkataan kami maka bersiaplah hidup sendiri, kami tidak akan lagi mengurus mu dan menanggung mu kau mengerti". Ucap Tyo mencekal tangan adiknya yang ingin menghindari nya.
"Lepasin Mas sakit". Rintis Andin dengan pelan.
"Ini hanya peringatan Andin, Mas bisa berbuat lebih kalau kau kurang ajar pada ibu, kamu mengerti".Tyo menghempaskan tangan adiknya dengan kasar.
"Apas sih mas, lepaskan ini sakit".
Kepalanya kini berdenyut hebat, adiknya mala membuat maslaah lagi.
"Dasar anak tidak tahu diri". Kesal Tyo menatap adiknya dengan jengkel.
"Kakak tidak berhak mengatur ku, ini hidupku". Andin menatap tajam sang kakak dengan berani.
"Oh ya, kau pikir hidupmu selama ini siapa yang menanggung jika bukan kakak dan Ibu, bahkan kami melakukan hal gila untuk menyenangkan mu tapi setelah semua yang kami lakukan untukmu kau malah mengatakan itu dengan kurang ajar, kau sudah bosan hidup rupanya?? Tyo mencengkram pundak adiknya dengan keras.
Matanya memancarkan kemarahan yang sangat, melihat tatapan kakaknya, nyali Andin menciut seketika, dia menelan Salivanya dengan susah payah.
"Jangan begitu mas, ini sakit". Ringis Andin kesakitan.
"Jangan buat Mas atau ibu marah Andin kalau kamu tak mau mas kembali berbuat kasar padamu, kamu mengerti??
Mata Andin berkaca-kaca menatap sang kakak dengan mata penuh kemarahan tertahan, dia tidak terima diperlakukan seperti ini.
"Iya". Hanya itu yang keluar dari mulut Andin tapi nafasnya mulai memburu.
"Kalau kau tidak suka, kau bisa pergi, kami tidak membutuhkan orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu terima kasih seperti mu".
"Mas tidak berhak mengusir ku, karena ini rumah ibu". Tantangnya kepada sang kakak.
mereka hanya tau sifat mu sekarang tapi menutup mata ketika dirimu diperlakukan seperti mesin atm dan pembantu bagi mereka.....
wah, seru nih menantikan bab selanjutnya...
dan bisa sukses walaupun jauh dari ibu.