Dinikahi Karena Mandul

Drew menopang wajahnya dengan kedua tangan. Ia tampak frustrasi setelah membaca surat gugatan yang diajukan Gery dan ditujukan kepada Clara. Ia tidak menyangka jika Gery masih mempermasalahkan hal tersebut sampai sepanjang ini.

"Aku akan temui Gery. Dia keterlaluan. Berani-beraninya dia mencari masalah dengan orang lemah!" hardik Drew sambil mengepalkan tangan, pertanda emosi. Drew menyahut ponselnya, ia hendak menelpon sang kakak untuk meminta penjelasan.

"Drew, tunggu. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku ingin bertemu dengannya."

"Jangan! Jangan telepon Tuan Gery! Aku takut!" kata Clara menahan Drew sambil menarik tangan pria itu agar tidak melanjutkan aksinya. Drew mengamati raut ketakutan Clara. Ia pun akhirnya mengurungkan niat dan menunggu Clara agak tenang.

"Aku takut di penjara, Drew. Aku takut kena hukuman," kata Clara mengutarakan kegelisahannya. Drew menggenggam tangan Clara tanpa sungkan, dan wanita di seberangnya itu tidak menepisnya.

"Clara, tenanglah. Rileks, aku pasti akan membantumu." kata Drew menenangkan.

"Aku minta maaf telah merepotkanmu. Aku nggak tahu mau minta tolong ke siapa. Teman-temanku..."

"Justru aku senang kamu langsung datang padaku. Aku senang, karena aku menjadi orang pertama yang kamu tuju," ujar Drew lembut.

Clara melirik Drew, mata mereka bertemu. Clara mendadak tersadar jika tangannya masih menggenggam tangan Drew. Sontak Clara menarik tangannya pelan. Ia tak mau memperlihatkan rasa malunya di depan Drew.

"....." lidah Clara mendadak kelu. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Clara saat Drew mengatakan hal semanis itu. Drew tersenyum tipis.

"Aku punya kenalan pengacara yang bagus dan bisa menyelesaikan masalahmu. Dan aku akan pastikan kamu tidak di penjara. Dari isinya, Gery meminta denda yang cukup besar. Bukan ingin memenjarakanmu."

"Tetap saja, kalau aku nggak bisa bayar. Aku akan masuk penjara," pundak Clara menurun, tampak benar-benar frustrasi. Ia tidak bisa membayangkan berapa banyak uang tuntutan yang harus ia bayar kepada bosnya sendiri. Meski Clara memiliki uang tabungan, serta uang kompensasi yang diberikan Drew dan Gery. Jika digabungkan, semua itu tetap tidak cukup.

"Tapi, Drew. Aku merasa saat ini sedang dipermainkan. Aku mendapat kompensasi uang dari Tuan Gery sebelum kamu. Dan nominalnya cukup besar. Sekarang, dia justru menuntutku 3 kali lipat dari uang kompensasi uang itu," kata Clara tiba-tiba tersadar masalah nominal uang.

"Yah, itulah Gery. Dia sangat suka bermain-main dengan orang yang menurutnya mengusik pikirannya," kata Drew membocorkan sifat asli sang kakak.

"Apa yang membuat dia termotivasi dan menganggap aku mengusik pikirannya?"

"Entahlah. Mungkin kamu pernah menantangnya?" kata Drew menebak. Clara mencoba mengingat-ingat kesalahan apalagi yang pernah ia lakukan pada Gery. Seketika, muncul ingatan bahwa Clara pernah mencoba mengembalikan uang kompensasi Gery secara diam-diam.

"Oh, iya! Sepertinya ucapanmu ada benarnya juga," seruan Clara membuat Drew sedikit terkejut.

"Apa yang kamu lakukan pada Gery?"

"Aku... Aku mengembalikan uang dari Tuan Gery," kata Clara lesu. Seketika Drew menepuk jidatnya.

"Lalu? Apa dia menerimanya?"

"Iya? Karena aku mengembalikannya dengan uang tunai."

"Nggak mungkin Gery menerimanya. Coba kamu cek rekeningmu. Apakah ada transaksi yang masuk?" tanya Drew memastikan. Seketika Clara merasa overthinking dan meragukan tindakannya yang sok berani mengembalikan uang kepada Gery.

Dan benar, ketika Clara mengecek rekeningnya. Ada riwayat uang masuk senilai 2.500 Noks. Dan tanggal transaksinya persis setelah Clara mengembalikan uang kompensasi tersebut.

Sekali lagi Drew menggeleng-geleng kepala. Clara benar-benar wanita polos yang sama sekali tidak mengenal karakter bosnya. "Sepertinya kamu juga cari gara-gara dengan Gery."

Mendengar itu, hati Clara seperti ditempa api. Seharusnya Clara tidak menyepelekan Gery sejak awal.

"Lalu aku harus bagaimana?" Clara menutup wajahnya dengan kedua tangan. Drew merasa iba, ia menarik tangan Clara agar tidak menutupi wajah cantiknya.

"Tenang. Tenanglah, aku pasti akan membantumu. Jangan khawatir," kata Drew sekali lagi meyakinkan.

"Makasih ya, Drew."

"Aku belum melakukan apa-apa. Jangan bilang makasih dulu," candanya. Clara sedikit meringis, setiap ucapan Drew telah menyelimutinya.

"Yang terpenting, sekarang jangan sampai siapa pun tahu tentang ini. Simpan masalah ini dalam-dalam, selagi pengacaramu bertindak," jelas Drew meyakinkan sekali lagi. Clara mengangguk mengerti, ia akan menuruti apa pun yang Drew katakan. Kali ini, lawannya sangat berat. Clara tidak bisa sembarangan bertindak.

"Jadi, apa kamu sudah agak tenang?"

"Sedikit." Muncul ide cemerlang dari Drew untuk membuat Clara melupakan sejenak masalahnya.

"Bagaimana kalau hari Minggu kita piknik?"

"Piknik?"

"Kalau kamu nggak keberatan,"

"Mmmm... Boleh. Tapi aku nggak janji, ya. Aku nggak tahu apakah aku ada kerjaan atau tidak," kata Clara. Drew tersenyum lebar dan mengangguk.

"Deal. Aku akan menunggu kapan pun kamu bisa," ujarnya girang. Mau tak mau, Clara menunjukkan senyumnya yang manis.

...*...

Malam itu, Walt tampak terburu-buru memaduki ruangan bosnya. Seperti ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan oleh sang bos.

"Tuan, maaf menganggu waktunya. Tapi Anda harus melihat ini," kata Walt sambil menyodorkan beberapa foto cetak. Gery menarik napas panjang, tangannya terkepal menahan emosi. Foto-foto itu ternyata penyebab Gery naik pitam. Ia merasa ditipu oleh Amber, sang calon istri kontraknya.

Belum ada 3 hari menandatangani kontrak, Amber ketahuan melanggar perjanjian. Sebab itu, Gery tidak bisa mentoleransi hal ini.

"Bagaimana bisa kamu kelolosan? Dasar b*doh! Untung aku minta selidiki lagi wanita itu!" Gery melempar Walt dengan barang sembarangan di sana.

"Maafkan aku, Tuan. Aku memang salah," ujar Walt membungkukkan punggungnya dan menerima sumpah serapah Gery.

"Untung aku belum mengumumkan pernikahanku kepada ayah ibuku. Jika tidak, aku bakal semakin kesulitan!" hardik Gery sambil berkacak pinggang penih amarah. Gery mondar-mandir di ruangannya, ia berpikir sejenak untuk segera mengatasi masalah tidak terduga ini.

"Panggil Amber ke sini besok malam. Aku harus menghukumnya," kata Gery masih tersulut emosi.

"Dan kamu, Walt. Aku nggak mau tahu, aku harus dapat penggantinya dalam 2 hari ini. Kita sudah diburu waktu!" kata Gery mengancam asistennya itu.

"Apakah kita minta pihak vendor pernikahan untuk mengundur jadwalnya?"

"Nggak perlu. Aku harus segera menikah dalam 2 minggu ini. Aku harus mendapatkan uang warisan itu!" gertak Gery penuh ambisius.

Sesungguhnya, Walt memiliki satu kandidat lagi. Namun, Walt tidak berani merekomendasikan wanita satu ini. Sang asisten tahu jika Gery pasti menolaknya mentah-mentah.

...----------------...