"APA?" Jerit Lolita Nismara Fidelia seorang gadis cantik berkulit putih, mata indah berbentuk hazel, hidung mancung dengan tinggi badan semampai. Tapi memiliki kekurangan yaitu IQ di bawah rata-rata, masih duduk di bangku kelas sebelas SMA.
Mata Loli membola ketika garis dua terpampang nyata berwarna merah di atas tespack yang dia beli kemarin atas paksaan dari sahabatnya yang bernama Audy Mahaputri.
"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.
"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku ya?" Tambahnya.
Penasaran dengan tingkah konyol Lolita, yukk pantengin terus karya terbaru Author. Semoga suka. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Hak Pagi Pertama
Pagi yang cerah tapi tidak bagi seorang pria yang sejak semalam tidak bisa memejamkan mata. Justru dia harus bersusah payah untuk menidurkan sesuatu dengan bersolo karir. Dan pagi ini, Edgar kembali harus menahan hasratnya ketika sang istri tanpa sadar membuka selimut saat bangun dari tidurnya. Pemandangan yang luar biasa indah.
"Pagi sayang." Sapa Edgar dengan suara serak, dan berhasil membuat Lolita terkejut melihat sosok tampan berdiri menatap lekat ke arahnya.
"A... Abang..." Ucap Lolita terbata.
"Iya sayang, ini abang. Maaf jika kehadiran abang sudah membuat kamu kaget. Tapi abang sudah dari semalam berada di sini." Ucap Edgar menahan pergerakan sesuatu.
"Untuk apa?" Tanya Lolita sinis.
"Bukankah abang tidak peduli denganku, abang bahkan sangat susah untuk memenuhi keinginanku yang hanya sesimpel itu. Abang tidak mencintaiku." Tambahnya.
"Abang salah, abang minta maaf, dan abang janji mulai sekarang akan memprioritaskan kamu, dan akan menuruti semua keinginan kamu. Tapi abang mohon jaga keselamatan kalian."
"Apapun akan abang turuti? Yakin?" Tanya Lolita masih tidak percaya.
"Yakin sayang, apa pun itu. Tapi mulai sekarang abang mohon jangan lagi bawa motor apalagi ikut balapan. Itu berbahaya sayang."
"Abang tahu aku balapan dan tidak marah?" Tanya Lolita memastikan.
"Abang khawatir akan keselamatan kamu dan kedua bayi kita sayang."
"Oh hanya khawatir, abang tidak marah pasti karena abang tidak peduli. Hah... Sudah ku duga, abang tidak secinta itu denganku."
Edgar frustasi mendengar ucapan Lolita yang semakin salah paham. Bukannya tidak marah, bahkan Edgar rasanya ingin membakar motor warna merah itu dengan tangannya sendiri. Tapi dia menahan diri untuk itu.
"Abang ingin marah sebenarnya, tapi abang tidak bisa. Abang terlalu cinta dengan kamu sayang." Ucapnya.
"Apa benar jika abang sangat mencintai aku?" Tanya ulang Lolita.
"Benar, abang mencintai kamu sejak dulu." Jawaban Edgar kali ini membuat ibu hamil itu tersenyum. Mood pagi Lolita membaik pagi ini karena pernyataan cinta Edgar.
"Sayang, apa kamu tidak merasa dingin Hmm...?" Tanya Edgar yang sudah tidak bisa menahan sesuatu yang semakin memberontak ingin dikeluarkan.
"Dingin?" Lolita meraba tubuhnya sendiri dan kaget jika dirinya belum pakai baju sejak tadi malam.
"A...aku belum pakai baju."
"Iya, kamu te lan jang sejak semalam." Jawab Edgar lugas.
"Abang senang melihat tubuh polos ku?" Lolita menatap tajam suaminya.
"Abang tersiksa sayang." Sebisa mungkin Edgar berusaha kuat menahan godaan.
"Tersiksa? Apa yang aku lakukan hingga membuat abang tersiksa. Ngaco!"
"Tubuhmu sayang, abang... abang ingin sekali menyentuhnya. Tapi abang takut kamu semakin marah dan membenci." Ucap Edgar serak menahan hasrat.
"Bolehkah abang meminta hak sebagai seorang suami, tolong bantu abang?" Tanya Edgar berharap istrinya mengerti.
"Apa sih hak suami, lalu bantuan apa? Kenapa wajah abang memerah dan berkeringat. Abang sakit?" Tanya Lolita dengan otak kecilnya.
"Abang tersiksa sayang." Ucap Edgar, kemudian membawa tangan Lolita ke tempat persembunyian senjata sakti miliknya.
"Abang mesum ih." Marah Lolita.
"Tolong dengarkan abang bicara, di sini ada sesuatu yang tersiksa ingin keluar dari sangkarnya. Abang mohon bantu melepaskan rasa yang menyiksa ini." Ucap Edgar masih membawa tangan Lolita memegang sesuatu yang mulai menyembul dan memberontak.
"Aku tidak paham, lebih baik abang buka celananya." Ucap Lolita.
Edgar melongo mendengar perintah sang istri. 'Buka celananya' belum sempat Edgar melakukan apa yang seharusnya dia lakukan, ada tangan kecil yang sudah membuka ikat pinggang bahkan kini menyentuh resleting celananya.
"Angkat kaki abang supaya celana ini lepas sempurna. Sekarang duduk bersamaku, lalu jelaskan lagi mana milik abang yang katanya tersiksa?"
Posisi pasangan suami istri ini seharusnya sudah sangat romantis untuk memulai sebuah petarungan seru di atas ranjang pagi ini. Tapi semua lenyap karena ucapan Lolita yang membuat gemas sang suami.
Bagaimana tidak, Lolita bahkan sudah membuang jauh selimut yang membungkus tubuh polosnya. Kini Edgar benar-benar diuji dengan kelakuan istrinya.
"Kamu pegang ini, dan rasakan kalau dia sudah mengeras. Dia ingin dimanjakan olehmu." Ucap Edgar.
"Iya benar keras sekali, bolehkah aku melihatnya tanpa penghalang?" Tanya polos Lolita. Si gadis bar-bar ini memang tidak tahu mengenai segala macam bentuk keintiman.
"Kalau dibuka, yang jelas dia akan minta masuk ke sangkarnya."
"Abang ini kalau berbicara berbelit-belit sejak tadi. Apa ini sekarang bilang sangkar, emangnya dia burung?" Sewot Lolita mulai merajuk.
"Benar, dia adalah burung elang yang akan menjelma menjadi senjata sakti. Dan hanya kamu yang berhasil menjinakkannya. Kamu pemiliknya, tidak ada yang lain yang abang ijinkan untuk menyentuhnya." Ambigu Edgar.
"Sudahlah, aku jadi malas kalau abang begitu. Aku mau mandi saja setelah ini mau pulang."
Mendengar istrinya menjadi tidak semangat lagi dan ingin pulang, tentu saja Edgar tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dengan gerakan cepat, Edgar merengkuh tengkuk sang istri lalu melumat lembut bibir tipis yang mencebik karena merajuk.
Mata Lolita membola, tapi sekian detik justru kedua tangan mungil itu sudah melingkar di leher sang suami. Lolita nampak menikmati cumbuan yang dianggap ciuman pertamanya.
Ditambah hormon kehamilan yang sudah empat bulan tidak pernah tersalurkan, akhirnya pagi ini bisa melepaskan sesuatu yang sudah sejak lama menjadi khayalan Lolita tentang Edgar.
"Hmmm..." Lolita kehabisan nafas, dia memukul dada sang suami hingga ciuman itu akhirnya terlepas. Bibir Lolita membengkak mirip tersengat lebah.
"Kamu menyukainya?" Tanya Edgar sambil mengusap sisa air liur di bibir istrinya dengan jari jempol.
"Ciuman pertamaku abang?" Rengeknya manja.
Edgar tersenyum, dalam hati bersorak sorai. Ternyata memang dia pemenangnya.
"Jadi, bolehkah abang meminta hak sebagai suami di pagi ini?"
Mengangguk, Lolita pasrah karena ada sesuatu yang ingin dia dapatkan. Yang dia sendiri merasa bingung tentang rasa itu. Rasa kecewa saat ciuman itu dihentikan Edgar.
"Abang buka ini dulu, dan kamu jangan kaget ketika sudah melihatnya. Kamu akan suka dengannya."
Dengan tergesa, Edgar melepas satu-satunya kain yang menutup senjatanya. Kini Lolita bisa melihat sesuatu yang sejak tadi dibicarakan olehnya. Burung, senjata sakti, dan ternyata memang luar biasa bagi Lolita.
"Tegak berdiri, besar dan berurat. Aku suka, bolehkah aku memegangnya?"
"Peganglah dan mainkan sesuka kamu, dia milikku." Ucap Edgar serak.
Kini posisi Edgar sudah berdiri menjulang tinggi di tepi ranjang, dengan Lolita yang duduk di atas kasur menghadap ke arahnya.
Lolita mengurut lembut milik Edgar, membuat sang empunya merem melek merasakan nikmat luar biasa setelah penyatuan pertamanya dulu. Detik selanjutnya dia terpekik kala miliknya diji lat bagaikan lolipop oleh sang istri.
gak benar
bisa kacau balau
rumah tangga
Edward kalau itu beneran
kelelahan abang
kayaknya dia lagi bobo nyenyak
enak kan
surga dunia
kalau sudah halal
dach gitu bisa pacaran lagi
candu untuk mereka berdua
tiada hari tanpa bercinta...
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
semoga tripel up