Sekuel off 'Pesona Mama Mertua Muda'
Wajib baca season satu duluan ya ≧∇
"Duniaku ikut mati tanpamu."
Kehidupan Javas hancur saat wanita yang paling dicintainya meninggal. Ia mencoba melarikan diri, menyingkir dari tempat yang menenggelamkan banyak jejak kenangan tentang wanita itu.
Namun, ia tak bertahan lama, Isvara selalu tinggal di kepalanya, sehingga pria itu memutuskan kembali.
Hanya saja, apa jadinya jika Isvara yang mereka pikir telah meninggal—justru masih hidup? Bisakah Javas menggapai dan melanjutkan hidupnya bersama wanita itu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 | Sudah Putus
"Enggak mau, maunya dipanggil Kakak aja." Isvara menghela napas, Chilla memang orang yang sangat keras kepala. "Yang adil terserah Sheva mau panggil kamu apa, Chil."
Chilla akhirnya mengangguk setuju, gadis itu melihat jam tangan yang melingkar di tangannya menunjukan hari sudah sangat malam.
"Kak Kinan, aku pulang ya," pamitnya tiba-tiba. Isvara jelas terkejut, ia kira Chilla akan menginap di apartemen seperti kedua sahabatnya.
"Udah malam, Chil. Nginep aja di sini, besok pagi bisa pulang," ujar Isvara mencegah Chilla pulang karena hari sudah malam.
"Iya, nginep aja. Gue sama Friska aja nginep kok," ucap Amara menimpali.
"Nggak bisa Kak, besok Papa pulang. Nggak enak kalau aku nggak ada di rumah, aku juga 'kan harus bantuin Mama beres-beres. Setelah hari ini seharian aku udah pergi," tolaknya dengan halus.
Isvara melihat Dion yang diam saja, ia jadi mempunyai sebuah ide. "Dion bisa anterin Chilla pulang? Udah malam banget, nggak baik kalau Chilla pulang sendiri semalam ini. Chilla–nya juga udah gue suruh nginep nggak mau soalnya."
"Iya," jawab Dion cepat. Chilla melotot melihatnya, dirinya saja belum setuju tetapi pria itu bisa-bisanya langsung setuju tanpa berpikir.
"Nggak usah, Kak. Aku bisa pulang sendiri, aku juga nggak mau ngerepotin Dion segala. Lagian masih jam segini aku masih berani." Chilla memberikan penolakan lagi dengan halus.
"Dion nggak akan ngerasa direpotkan kok, lagian Dion juga mau pulang jadi sekalian aja." Bukan Isvara yang berbicara, melainkan Amara.
"Kamu emang masih berani, tapi ini udah malam banget loh. Bahaya, kamu juga di Jakarta nggak pernah lama. Jadi kamu nggak tau gimana jalanan Jakarta kalau malam. Jadi mending nurut aja, pulang sama Dion," paksa Friska. Isvara dan kedua sahabatnya kompak memaksa Chilla untuk pulang dengan Dion saja, karena mereka sangat khawatir jika Chilla sampai kenapa-napa di jalan.
Mereka bertiga pun menyesali, mengapa Chilla baru memilih pulang saat hari sudah sangat malam. Padahal jika berniat pulang, Chilla tentu bisa pulang sebelum hari mulai malam.
Chilla sendiri lupa waktu, karena terlalu seru menghabiskan waktu bersama Isvara, Sheva, Indah dan ketiga sahabat Isvara yang memang sangat baik. Chilla sama sekali tidak merasa tersisihkan saat bersama mereka.
"Aku bawa mobil sendiri kok, jadi Dion nggak perlu anterin aku pulang," ujar Chilla tetap kekeh dengan keputusannya untuk pulang sendiri.
"Mobil kamu ditinggal aja di sini, jadi kamu naik mobil Dion aja sama Dion. Dion pasti akan anterin kamu sampai rumah dengan selamat," usul Isvara.
"Aku beneran nggak mau ngerepotin, jadi aku pulang sendiri aja. Aku takut nanti ceweknya Dion tau kalau pacarnya anterin aku pulang terus cemburu, berakhir dilabrak. Jadi mending aku pulang sendiri aja." Isvara, Amara dan Friska sampai lelah sekali mendengar alasan yang Chilla berikan.
"Gue nggak punya pacar, jadi nggak akan ada yang cemburu atau labrak lo. Ayo gue anter pulang, gue bakalan anterin lo pulang dengan selamat gue janji. Oma sama Papa lo kenal gue kok, adukan aja kalau gue sampe macam-macam." Sejak tadi Dion hanya diam melihat ketiga sahabatnya memaksa Chilla agar mau ia antar pulang, tetapi melihat waktu terus berjalan. Akhirnya pria itu turun tangan sendiri untuk memaksa Chilla, dari pada ia harus menunggu terlalu lama.
Dion memang dari awal tidak berencana menginap di apartemennya, ia ingin pulang ke rumah tetapi karena dirinya adalah seorang pria jadi ia merasa bebas ingin pulang jam berapa. Tapi sekarang Isvara memintanya mengantarkan Chilla karena khawatir dengan keselamatan gadis itu, Dion juga tidak ada keinginan menolak. Atau bahkan melimpahkan tugas mengantar Chilla pada anak buahnya yang tengah berjaga di depan apartemen.
"Tapi gue pernah liat lo gandengan sama pacar lo, mesra banget pula. Masa kayak gitu bukan pacar," cicit Chilla pelan.
"Lo liatnya pasti udah lama 'kan, Chill?" tanya Amara yang langsung diangguki oleh Chilla.
"Dion udah putus sama Selly pacarnya dua bulan lalu, jadi sekarang jomblo. Jadi nggak akan ada yang labrak kamu," ujar Isvara memberitahu.
Setelah bertahun-tahun, Dion memang akhirnya punya pacar tapi sayang sekali Dion dan pacarnya harus putus karena pacarnya sangat matre dan suka mengatur. Dion jelas tidak suka dengan hal itu, masalah matre Dion tidak terlalu peduli karena ia memiliki banyak uang. Tapi jika harus apa-apa diatur, apa yang dilakukannya selalu dianggap salah. Lama-lama Dion juga capek dan tidak tahan, jadi ia langsung memutuskan pacarnya.
Dion dan Selly hanya pacaran 1 bulan saja, selama ini ketiga sahabat Dion jelas berusaha menjaga jarak. Meminta Dion lebih memproritaskan pacarnya diatas mereka, Isvara, Amara dan Friska tentu sadar jika mempunyai kekasih yang lebih memproritaskan perempuan lain. Walaupun itu sahabat yang udah kenal lebih lama darinya, itu rasanya sangat nggak enak dan menyakitkan. Mereka bertiga tidak ingin merasakan hal yang sama, jadi siapapun pacar Dion tidak boleh merasa dinomor duakan oleh pacarnya hanya karena mereka. Untungnya pria itu menurut ia melakukan apapun demi hubungan mereka. Tapi sayang Selly selalu tidak merasa puas dan menyalahkan Dion secara sepihak.
Karena baru satu bulan, jadi Dion juga belum sempat memperkenalkan Selly kepada sahabat-sahabatnya. Namun, ketiga sahabat Dion tentu sudah tau siapa Selly dari cerita pria itu. Mereka tidak banyak komen tentang Selly, karena yang terpenting bagi mereka adalah kebahagiaan Dion toh Dion juga nggak sebodoh itu mengenai cinta.
Isvara juga tidak segila itu, meminta sahabatnya mengantarkan Chilla padahal sudah punya pacar. Itu sama saja memancing keributan, sedangkan Isvara sangat tidak suka itu.
"Jadi gimana, mau gue anter pulang nggak? Kalau nggak mau yaudah." Wajar pria itu terlihat datar bertanya pada Chilla.
"Mau." Bukan Chilla yang menjawab melainkan Isvara, Friska dan Amara.
"Chil, pilihan ada di kamu sekarang. Mau pulang tapi diantar sama Dion, atau kamu nginep di sini sama kita-kita," ujar Isvara memberikan pilihan.
Chilla menghela napas, karena ia ingin sekali pulang ke rumah walaupun hari sudah sangat malam. Ia terpaksa menjawab. "Yaudah, aku pulang diantar Dion."
"Sama gue'kan. Yaudah ayo sekarang, ini udah malam nanti tambah malam lagi kalau nggak buru-buru pulang," ajak Dion sama sekali tidak ada ramah-ramahnya. Kebaikan, perhatian dan ketulusan Dion hanya bisa dirasakan orang yang pria itu sayangi seperti sahabat dan kekasih atau bahkan istrinya kelak. Istri Dion kelak pasti sangat beruntung memiliki suami seperti Dion, Amara, Friska dan Isvara yakin itu.
"Iya, ayo." Chilla tidak lupa berpamitan pada ketiga sahabat Dion dan Sheva juga.
Dion mengajak Chilla ke parkiran tempat mobilnya terparkir, ia segera meminta Chilla masuk mobil agar tidak membuang-buang waktu lagi.
