Menikahi Pria Koma S2

Satu hari telah berlalu.

"Kau mau pulang bersama dengan ku?" tanya Hans yang seharian memilih untuk menemani Maudy melukis.

"Ah tidak perlu, aku bisa naik Taxi saja, lagipula kenapa kau terus berada di sini? Apakah kau tidak bekerja?" ujar Maudy sambil menunggu Taxi lewat.

"Aku sudah ijin, oh ya aku tau, kau pasti takut kalau Elgara akan mengetahui semuanya kan? Aku akan membantu mu merahasiakan ini demi lukisan papa ku, dan sebaiknya kau pulang bersama ku sekarang, jam segini Elgara masih belum kembali dari kantor jadi kau tidak perlu khawatir, malah jika kau menunggu Taxi itu akan buang-buang waktu, sampai Elgara kembali ke villa," ungkap Hans panjang lebar.

"Ah, benar juga, kalau begitu maaf jika aku akan merepotkan mu," kata Maudy.

Dengan bujukan nya Hans pun berhasil meminta Maudy untuk pulang bersama dengan nya.

Mereka masuk ke dalam mobil Hans dan segera melaju menuju villa.

Tak butuh waktu lama mereka pun akhirnya tiba di villa Elgara, Maudy bergegas turun dari mobil dan merasa lega karena tidak melihat mobil Elgara di sana.

"Tebakan ku benar kan, dia belum kembali," kata Hans.

"Ya, terima kasih banyak, kalau begitu aku masuk dulu," ucap Maudy tersenyum dan kemudian berjalan masuk ke dalam villa.

Hans melambai kan tangan nya meskipun Maudy tak lagi memperhatikan dirinya, entah kenapa saat ini rasanya hati Hans di penuhi dengan bunga-bunga mekar.

"Betapa bahagianya aku, kenapa dengan ku?" batin Hans yang kini kembali melajukan mobilnya.

Sementara itu Maudy segera masuk ke kamar dan bergegas untuk mandi.

Tiga puluh menit pun berlalu.

Ia sudah selesai mandi dan memakai pakaian rumahan yang biasa ia pakai.

Tiba-tiba Maudy teringat akan ruangan yang di siapkan bik Lin untuk nya melukis, ia sama sekali belum memakai ruangan tersebut karena terlalu sibuk.

"Aku akan kesana sekarang," batin Maudy yang kemudian melangkah pergi ke ruangan tersebut.

Sementara bik Lin tidak ada di villa ia pergi bersama sopir untuk belanja bahan makanan untuk stok di villa.

Maudy melihat jam yang tergantung di dalam ruangan tersebut, jam menujukkan pukul lima sore.

"Masih ada beberapa puluh menit sebelum dia kembali," ucap Maudy yang kemudian mulai duduk di kursi nya dan mulai melukiskan apapun yang ada di benaknya saat ini.

Sementara itu, tampa Maudy sadari sangking asik melukis menit terus berganti, ia tidak sadar kalau sekarang jam sudah menujukkan pukul 05.30

Karena ruangan tersebut berada di lantai bawah tak jauh dari taman samping rumah, Maudy mendengar suara mobil Elgara yang kini memasuki gerbang villa.

"Astaga, dia sudah kembali," bergegas Maudy menutupi lukisan nya dan keluar dari ruangan tersebut ia menguncinya dan berjalan cepat menuju ruang tengah.

Elgara berjalan masuk ke dalam villa sambil melirik ke sekeliling ruangan seolah mencari sosok Maudy.

"Sudah pulang," kata Maudy yang kini berjalan menghampiri Elgara.

Elgara menatap Maudy dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, ia mencium aroma parfum Maudy yang selalu menjadi aroma khas wanita itu.

"Sudah mandi?" tanya nya singkat.

"Ya," kata Maudy sambil mengambil tas kerja Elgara dan kemudian berjalan membawa nya menaiki tangga mendahului Elgara.

Entah kenapa rasanya semua lelah yang di rasakan Elgara di kantor seketika lenyap saat kembali ke villa dan melihat wajah sang istri.

Elgara pun berjalan mengikuti Maudy dari belakang.

Tidak butuh waktu lama mereka pun tiba di kamar, Maudy selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk Elgara meskipun kadang Elgara selalu bersikap kasar dengan nya bahkan saat di ranjang juga Maudy tidak pernah mendapat perlakuan yang lembut dari Elgara.

"Mau aku siapkan air mandi nya?" tanya Maudy yang kini berdiri di hadapan Elgara.

"Hm, bantu aku lepaskan dasi," ucap Elgara dengan wajah tampan nya itu tidak bisa membuat satu gadis pun tidak menyukai nya.

"Baik," jawab Maudy sambil tersenyum.

Namun saat tangan Maudy hendak menyentuh dasi Elgara, Elgara melihat kalau ada bekas sesuatu yang berwarna di tangan sang istri.

Dengan cepat Elgara memegang tangan Maudy dan memperhatikan nya.

Seketika Maudy terkejut, ia lupa mencuci tangan nya sangking takut dan buru-buru.

"Apa ini?" tanya Elgara sambil mencium bau benda yang menempel di tangan Maudy. Ia pun segera tau kalau itu adalah cat untuk melukis di kanfas.

"Cat?" ujar nya.

Maudy menundukkan kepalanya dan tidak tau apa yang harus ia jelaskan kepada Elgara.

Elgara memegang dagu Maudy dan mengangkat wajahnya untuk bertatap mata dengan nya.

"Kau main ini di mana? Di mana kau menemukan cat dan untuk apa kau main ini? Apa kau tidak punya pekerjaan dan terlalu bosan?" tanya Elgara yang ternyata tidak berfikir kalau Maudy baru saja selesai melukis.

"A, aku tidak tau, aku menemukan nya di dapur mungil tidak sengaja memegang nya," kata Maudy dengan suasana hati yang sedikit lega.

"Cuci tangan mu, dan siapkan air untuk aku mandi," Ucap Elgara tidak kasar seperti biasanya dia juga tidak terlalu curigaan lagi.

"Iya, tunggu sebentar," kata Maudy yang kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Sementara Elgara kembali menajamkan pandangan nya setelah Maudy masuk ke dalam kamar mandi.

"Ada yang dia sembunyikan dariku," batin Elgara.

Malam hatinya.

Setelah makan malam Maudy dan Elgara seperti biasa masuk ke kamar dan melakukan aktifitas mereka masing-masing.

"Aku akan ke Jakarta besok, baru akan kembali lusa," kata Elgara tiba-tiba menghampiri Maudy yang saat ini sedang asik duduk di sofa sambil membaca buku.

"Ke Jakarta?" tanya Maudy kaget.

"Ya, ada urusan yang harus aku selesaikan, kau bisa kembali ke rumah mu jika kau ingin, tapi ingat satu malam saja setelah itu kembali lagi ke villa," kata Elgara yang kemudian duduk di samping Maudy.

Maudy seketika membulatkan matanya, dia menatap Elga dengan tatapan tak percaya kalau Elgara mengijinkan nya kembali ke rumah sang mama meksipun hanya satu malam.

"Aku, aku tidak mimpi?" tanya Maudy sambil menatap suaminya yang kini duduk di samping nya.

"Hm, tapi aku hanya satu malam di sana, ingat lah untuk kembali sebelum aku pulang," ujar Elgara dengan serius.

Seketika hati Maudy berbunga-bunga, dia sangat merindukan mama dan papa nya juga sang kakak, selama ini Elgara tidak pernah setuju untuk itu, tiba-tiba mengijinkan nya pulang ini sangat ajaib.

"Aaa terima kasih banyak," ucap Maudy refleks memeluk Elgara dengan erat.

Seketika Elgara di buat kaget oleh pelukan mendadak itu, ia menatap Maudy yang seperti nya sangat bahagia, namun hatinya tiba-tiba jadi gundah karena merasa Maudy tidak ada sedih-sedih nya karena dia ingin kembali ke Jakarta.

Bersambung ....