NADYA

[Harusnya kamu tau kenapa aku ngelakuin hal tadi. Maaf.]

Satu pesan masuk dari Alex dibaca oleh Nadya. Gadis itu tidak berusaha membalasnya. Dia justru kembali meletakkan handphone dan duduk sembari menopang kepala.

"Alex ..." gumam Nadya. Dia tak habis pikir dengan apa yang tadi dilakukan Alex.

Nadya bukan orang bodoh yang tidak bisa menyadari jika pemuda itu memiliki rasa tertarik kepadanya. Hanya saja, Nadya pikir Alex tidak akan berbuat sampai sejauh ini, terlebih Nadya adalah guru privat bagi Alex. Jadi, ini tidak seharusnya terjadi pada mereka.

Nadya tidak mau terjebak dengan keadaan dimana Alex mulai menyukainya. Lebih tak mau lagi jika Alex sampai masuk ke dalam hidupnya. Nadya tidak ingin Alex mengalami kesulitan karenanya nanti.

Tidak semua orang bisa mengerti keadaan Nadya. Mungkin Alex juga salah seorang yang tak akan paham dengan rumitnya hidup Nadya, jadi lebih baik menghindar daripada semua lebih sulit lagi jika diteruskan.

Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Nadya sampai pada sebuah keputusan.

Beberapa kali dia mengetik pesan balasan untuk Alex tapi berulang kali pula dia menghapusnya. Dia agak bingung menyampaikannya meski keputusannya sudah dia tentukan. Sampai akhirnya, Nadya pun berani mengirimkan sebuah pesan singkat untuk pemuda itu.

[Saya akan mengundurkan diri dari pekerjaan saya sebagai guru les privat kamu. Maaf jika ini terkesan kekanakan, karena saya pikir saya bisa mengajarkan kamu banyak pelajaran, tapi nyatanya saya tidak bisa mengajarkan kamu mengenai sopan santun.]

Tidak berselang lama, pesan Nadya langsung mendapat balasan dari Alex.

[Aku menghargai keputusan kamu, Nad. Bagus kalau kamu mau mengundurkan diri, itu berarti aku gak perlu menganggap kamu sebagai guruku lagi. Jadi, jangan minta aku untuk bersopan- santun karena perasaan ini juga datang tanpa mengucap salam.]

Nadya geleng-geleng kepala membaca pesan Alex itu. Sepertinya semua yang sudah terjadi justru membuat Alex semakin bersemangat dengan perasaannya pada Nadya.

[Aku pikir gak ada yang salah kan, Nad? Kamu udah menebak perasaanku karena ciuman tadi, jadi kalau kamu memutuskan untuk lari dari aku, aku pasti bakal terus ngejar kamu sampai kamu capek dan berhenti berlari.]

Benar, memang tidak ada yang salah dengan perasaan Alex, selain usia Nadya yang terpaut lebih tua 3 tahun dari Alex tapi tetap saja Nadya merasa ini sesuatu yang tak mungkin.

Wajah Nadya justru terasa panas dan memerah saat membaca pesan yang Alex kirimkan, apalagi bunyi pesannya yang seperti sengaja mengingatkan Nadya akan kejadian beberapa saat lalu saat bibir Alex menyentuh bibirnya.

Dengan refleks, Nadya justru memegang bibirnya sendiri. Meski kejadian itu sangat singkat dengan keadaan bibir mereka yang hanya menempel satu sama lain, tetapi tetap saja cukup membekas buat Nadya karena itu adalah pengalaman pertamanya.

"Dari awal aku sudah bisa mengira kalau Alex adalah problem baru untuk hidupku," gumam Nadya.

Sejak pertemuan pertama mereka, Nadya tau Alex akan menjadi masalah untuknya tapi dia tak pernah menyangka jika masalahnya dengan cowok itu justru akan menyangkut soal perasaan. Dia pikir, masalah utama dengan Alex adalah mengatasi ketengilannya, juga tentang mood belajar pemuda itu. Sayangnya saat semua itu bisa diatasi oleh Nadya dan Alex mulai menurut padanya untuk belajar, justru Alex malah menyukainya.

...***...

Nadya tampak uring-uringan di kampus maupun di outlet tempatnya bekerja. Hal itu tidak luput dari tatapan mata Andra yang juga berada di jam kerja yang sama dengan gadis itu.

"Nadya!"

"Ya, Ndra?" sahut Nadya.

"Kemarin libur kerja kamu kemana?" tanya Andra ingin tau kegiatan Nadya.

"Oh, aku ada kerjaan lain. Biasa, bersihin kamar Apartmen temen-temen yang perlu pakai jasa bersih-bersih," jawab Nadya apa adanya. Dia memang tak pernah menutupi hal ini dari kawan kampus ataupun kawan kerjanya. Semua ini agar mereka bisa tau jasa yang Nadya tawarkan, siapa tau ada yang mau memakai jasanya atau mempromosikannya pada orang yang memerlukan.

Akan tetapi, pekerjaan itu memang tak pernah diketahui oleh Alex. Entah kenapa Nadya tidak mengatakan secara terus terang pada Alex, padahal kemarin mereka sempat membahasnya saat Alex menanyakan apa pekerjaan lain yang Nadya lakukan. Pemuda itu hanya tau jika Nadya bekerja di outlet ayam goreng saja. Tapi, kenapa pula harus mengingat Alex disaat seperti ini? Pikir Nadya.

"Oh, aku pikir kamu jalan-jalan," kata Andra disertai cengiran.

"Gak, aku terlalu sibuk buat jalan-jalan." Nadya mengendikkan bahunya cuek.

"Ya sekali-kali gak apa-apa, Nad. Masa mau kerja terus."

"Hmm, iya sih."

"Kapan-kapan jalan sama aku yuk!"

Nadya hanya menipiskan bibir mendengar ucapan Andra yang ujung-ujungnya berakhir dengan ajakan jalan dengannya.

"Aku serius, Nad. Kamu gak mesti kerja terus, jalan-jalan itu perlu buat refresh hati sama pikiran biar gak capek-capek banget," saran Andra.

"Iya, aku tau..." jawab Nadya singkat.

"Kalau jalan sama aku ntar aku traktir kok, gak akan aku suruh bayar sendiri, hahaha." Andra tergelak yang dibalas Nadya dengan tawa serupa.

"Ya mungkin lain waktu, Ndra." Nadya kembali menolak dengan halus.

"Kapan?"

"Ya kapan-kapan," jawab Nadya masih dengan senyum tipisnya.

"Sama aku aja hayuk!" ujar Sisil yang tiba-tiba nimbrung pembicaraan mereka. "Nadya gak akan bisa jalan sama kamu, Ndra! Ntar pacarnya marah!" timpalnya kemudian.

Andra langsung menatap serius pada Nadya. "Lah, emang Nadya punya pacar?" tanyanya.

Nadya mengangkat bahunya. Memilih tidak meladeni pertanyaan Andra, sementara Sisil justru masih mengoceh.

"Ya, ada lah!" ujar Sisil tampak yakin.

"Serius?" tanya Andra.

"Kamu ada-ada aja, Sil!" kata Nadya sambil geleng-geleng kepala.

"Ih, kamu jangan gitu, Nad. Aku ngelihat kamu lho semalam sama pacar kamu," kata Sisil yang membuat Nadya melongo.

"Beneran?" Andra tampak tak percaya dengan ujaran Sisil, tapi Sisil justru menganggukkan kepalanya.

"Emangnya kamu lihat aku dimana? Yang kamu lihat itu cuma teman aku," kata Nadya. Dia mengira Sisil melihatnya bersama Dewangga, seperti Alex yang juga sempat melihat Nadya bersama cowok itu di lobby Apartmen.

"Kok temen sih? Aku lihat kalian serasi banget tau! Mana pake acara lap lap keringat segala lagi," ujar Sisil tak mau kalah.

Mendengar itu, jelas saja mata Andra melotot. Sama halnya dengan Nadya yang seketika membeku ditempat. Ternyata yang dilihat Sisil itu adalah kejadian waktu Nadya makan bersama Alex semalam. Ah, sampai dimana gadis itu melihat mereka? Atau jangan-jangan Sisil juga melihat momen itu? Momen dimana Alex menyatukan bibir mereka. Mendadak wajah Nadya kembali panas dan memerah jika mengingat kejadian itu, tapi dia berharap Sisil atau siapapun tidak sampai melihatnya.

"Masih bisa kamu bilang kalau itu temen kamu, Nad?" sindir Sisil.

"Ehm ... itu ..." Nadya sampai sulit berkata-kata.

"Udahlah, Ndra. Kamu berhenti ngarepin Nadya. Dia udah punya pacar!" kata Sisil pada Andra.

Sekarang Sisil beralih menatap Nadya lagi. "Kamu juga, Nad. Kalau udah punya pacar ya gak apa-apa cerita ke kita juga, ya... biar gak ada yang terus-terusan berharap sama kamu!" ujarnya sembari melirik Andra. Sebenarnya Sisil memang ingin menyadarkan pemuda itu agar Andra tidak mengharapkan Nadya lagi.

...Bersambung ......