NovelToon NovelToon
Married With Mr. Idiot

Married With Mr. Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Niat hati mencari suami kaya agar terbebas dari belenggu ibu tiri, membawa seorang Lilyana nekat mengait pria kaya yang ditemuinya di taman. Namun, apa jadinya jika pria itu mengalami keterbelakangan mental alias idiot.

"Ya, ayo menikah ...!" pria berpenampilan tuan muda bertepuk tangan dengan gaya khasnya yang seperti bocah.

"Oh, no!"

Bagaimana kelanjutannya? Yuk, simak ceritanya.

***

Jangan lupa juga baca novel author yang lainnya: (My Son Is My Strength, Sang Antagonis & Membalaskan Dendam Janda)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendamaikan

Sumpah, Vian dan Lily sekarang benar-benar mengantuk. Sudah beberapa kali mereka menguap di depan Arthur tanpa sungkan, bahkan Vian sama sekali tidak menutup mulut untuk menghargai ayahnya itu. Kepala keduanya oleng ke kiri ke kanan dengan kelompok mata amat berat.

Terhitung 2 jam 4 menit Arthur memberikan ceramah pada keduanya akibat sudah keterlaluan pada Kirana, memberikan nasehat-nasehat untuk menghargai orang yang lebih tua. Tapi kelihatannya itu percuma saja.

Arthur menghela napas yang sudah entah ke berapa kali, ia juga mengelus dada agar tidak darah tinggi menghadapi dua manusia ajaib ini. Tingkah keduanya membuat Arthur mengenang masa lalu saat umur Alvian menginjak 5 tahun, saat anak itu sedang nakal-nakalnya. Dan sekarang bertambah satu dengan kepribadian yang tak jauh beda. Jika seperti ini terus, Arthur yakin umurnya akan semakin pendek.

“Kalian mengerti apa yang ayah bilang?” Vian dan Lily sontak mengangguk secara bersamaan.

“Hm!” dehem Arthur keras, Lily melongo pada sang suami yang kepalanya masih menunduk dengan hampir menyentuh empuknya ranjang.

“Bang! Banguuun, nanti ayah makin marah. Mau durasi ceramahnya makin panjang lebarrr?!” Lily sendiri sudah ketar-ketir jika waktunya nanti di perpanjang lagi.

“Bentarrr!” kata Vian dengan melas, kepalanya berat ingin segera menutup mata dan menyelami lautan mimpi.

Arthur berdehem lagi melihat keduanya yang kini tengah asik berbisik, Lily menampilkan senyum cengengesan dengan tangan yang aktif mencolek pinggang Vian. Ia juga bahkan memukul bahu pria itu agar segera bangun.

Mau tidak mau, Vian bangun dengan tubuh lunglai. “Hoaammm, kapan selesainya Ayah. Vian udah ngantuk mau bobok.”

“Ini tidak akan selesai jika kalian masih seperti ini,” ancam Arthur berhasil menegakkan bahu dan melebarkan mata keduanya.

“Kami sudah mengerti Ayah!” Jawab keduanya kompak. Arthur mengangkat alis, menampilkan gestur bertanya ‘apa yang keduanya mengerti’.

“Bermain se-ala kadarnya saja, tidak menyakiti diri maupun orang lain, meminta maaf jika bersalah dan selalu menghormati orang yang lebih tua.” Papar keduanya menyimpulkan ceramah 2 jam Arthur.

Pria dengan aura tegas itu terlihat mengangguk, “Jadi, kalian berdua sudah meminta maaf pada mama Kirana?” tanyanya.

“Sudah, Ayah!” jawab keduanya lagi dengan kompak.

Arthur kembali mengangguk, ia pun memberikan beberapa kalimat terakhir untuk peringatan keduanya. Baru setelah 10 menit kemudian, Arthur baru meninggal kamar anak dan menantunya itu.

“Huft! Lebih baik mendapatkan pukulan pantat atau bersih-bersih jika seperti ini!” ucap Lily diangguk setuju oleh suaminya.

“Hm, sekarang aku mau bobok.” Vian memangkas jarak antara keduanya, menarik Lily untuk mendapatkan pelukan dari gadis itu. Kebiasaan Vian akhir-akhir ini, yang awalnya dilakukan Lily untuk memberikan ketenangan pada Vian yang selalu murung.

Vian sendiri merasa berada dalam pelukan ibunya ketika kecil, terasa menenangkan dan nyaman. Ia yang awalnya lupa akan kehangatan kasih sayang ibunya, kini teringan kembali berkat Lily.

“Udah diam, Bang. Jangan banyak gerak!” protes Lily pada kepala Vian yang terus bergerak mencari kenyamanan di sana.

“Eugh!” angguk Vian patuh.

***

Kirana memasuki kamarnya dengan tertatih, mulutnya tak absen terus memaki Vian dan Lily. Pasangan gila nan kampungan.

Tetapi tidak memiliki waktu memikirkan hal tersebut, Kirana segera meraih ponselnya. Ada sesuatu yang lebih penting dari semua itu, bahkan rasa sakitnya pun ia abaikan.

Nada dering pertama panggilannya belum mendapatkan jawaban, dan ketika nada dering keempat seseorang yang tengah ia hubungi mengangkatnya.

“Wah, ada hal penting apa Nyonya Adhitama menelponku.” Seperti biasa, nadanya memang bersahabat. Namun, terdengar menjengkelkan.

“Obat itu sama sekali tidak berpengaruh lagi padanya, dia terlihat baik-baik saja seperti sebelumnya.” Papar Kirana to the point, ia tidak akan membuang-buang waktu. Takut seseorang mendengar pembicaraannya.

“Apa? Kenapa bisa?” kini nada pria di seberang telepon terdengar serius.

“Aku tidak tahu, makanya aku memberitahumu!” terdengar nada sarkas dari Kirana membuat lelaki di seberang sana tidak suka. Itu seolah wanita itu merendahkannya.

“Jaga nada bicaramu, Nyonya. Atau aku tidak akan membantumu lagi,” katanya seolah ia sama sekali tidak membutuhkan kerja sama ini.

Kirana memberengut kesal, kalau saja tidak membutuhkan bantuannya. Ia tentu tidak akan mau bekerja sama dengan pria menjengkelkan ini. Bahkan Kirana bisa membayangkan garis senyum miring dari pria itu sekarang.

“Aku tidak ingin rencana ini gagal, kau harus mencari cara lain!” kata Kirana dengan nada yang ia ubah menjadi bersahabat.

“Tentu saja aku akan melakukannya, tetapi kau juga tetap harus memberikan obat itu pada dia. Bagaimana pun itu akan sangat berguna untuk menghancurkan akal sehatnya,” obat yang mereka berikan pada orang yang dimaksud baru berjalan beberapa bulan, dan jika dikonsumsi secara rutin akan menghancurkan kinerja otak dan mengganggu kecerdasannya yang membuat ia idiot.

“Hm,” dehem Kirana. “Aku akan melakukannya, tapi kau juga—“

“Melakukan apa?”

Deg!

TRANG!

Tubuh wanita itu membeku di tempat, ia menoleh ke belakang dan mendapati wajah Arthur di sana.

“M-mas sejak kapan di sini?” tanya Kirana gugup. Namun, ia berusaha menenangkan dirinya agar terlihat seperti biasanya.

“Hm, baru saja. Kamu bicara dengan siapa?” tanya Arthur memunguti ponsel sang istri. Di lihatnya layar benda pipih tersebut yang kembali pada jendela utama.

Kirana menghela napas lega, pria tadi sudah mematikan panggilannya. “Ngobrol dengan teman, Mas. Dia mengajakku untuk mencoba resep cake barunya dan aku bilang akan melakukan jika ada waktu.” Dalihnya dengan mata yang bergerak ke sana ke mari.

Arthur menatapnya dengan lekat, hal tersebut sontak membuat Kirana ketar-ketir. Ia pun menunduk, menekuri kakinya yang kini memar. Dan barulah kakinya terasa sakit, sejak tadi ia sama sekali tidak merasakannya.

“Akkhhh!” ringis Kirana mempergunakan kesempatan itu untuk mengalihkan perhatian Arthur.

“Kakimu memar, duduk dulu.” Pria itu menuntun istrinya menuju sofa. Diam-diam Kirana tersenyum lega, perhatian suaminya tidak lagi pada kejadian beberapa saat tadi. “Aku akan mengambilkan salep!” setelah menduduki Kirana ia menuju kotak obat dan mengambil salep.

“Mas, aku bisa sendiri.” Kata Kirana saat Arthur menaikkan kakinya untuk diobati.

“Biar aku saja, kamu diamlah.” Ujar pria itu tegas. Kirana memandang wajahnya dengan lama, jujur saja pria ini tercipta dengan sejuta pesona. Namun, sayang. Ia tidak bisa melabuhkan hatinya padanya. Noda hitam yang sudah tercipta membuat jalanannya gelap, hanya ada api yang bukannya membuat terang malah bersiap membakar segalanya.

“Kenapa, apa kerutan ku bertambah banyak?” canda Arthur pada istrinya yang menatapnya dengan lekat sejak tadi.

Kirana menampilkan senyum menawannya, membuat hati pria di depan terjerat pesona untuk ke sekian kalinya.

“Walau begitu, Mas tetaplah pria tampah di mataku.” Ujar Kirana menyambut guyonan suaminya.

“Jadi, sebenarnya aku tidak tampan?” wajah kaku Arthur yang ingin menampilkan ekspresi protes sama sekali tidak berubah. Tetap kaku seperti sedia kala. Kirana yang melihatnya tak tahan untuk tidak tertawa.

“Jadi, udah nggak marah lagi nih?” tanya Arthur membuat tawa Kirana berhenti seketika.

Wanita itu mendengus kesal, “Aku nggak marah sama kamu, tetapi kelakuan mereka berdua. Ini sudah keterlaluan, Mas. Dan semenjak ada gadis itu Vian makin ke sini, makin ke sana. Ibarat sikapnya sebelum bertambah dua kali lipat lebih nakal.” Adu Kirana sembari mengelus kakinya yang sakit.

“Iya, Mas tahu. Mas juga udah kasih pengertian pada mereka. Mereka juga udah minta maaf, hm?”

Kirana membuang muka, merasa Arthur lebih memilih dan membela anaknya. “Iya, sudah!” katanya dengan dengusan. Terlihat sekali ia tidak menerima permohonan maaf keduanya, Arthur hanya bisa menghela napas. Mencari cara untuk mendamaikan kedua belah pihak.

***

1
Tantri Tantri
mana ni update yg baru
Lisa Kusmiran07
lanjut
R4Z1
up lagi Thor
Lisa Kusmiran07
Kirana penuh siasat
Lisa Kusmiran07
semangat up
Lisa Kusmiran07
Lily jangan terpengaruh sama nenek lampir,
Lovely_88
Hahahaha lucu 2 org yg sama2 polos ternyata 😅😅 lily otw unboxing nih
Lisa Kusmiran07
semangat kak up nya
Nurwana
keren...
Lovely_88
Bertindaklah lbh cerdas lili licik dibalas ama licik li kerjain jg tuh emak tiri'y Vian biar kapok loe kan cerdas li 😅😅klo perlu bikin kyk vian jg tu emaknya biar idiot.
Nur Afifah
😁😁😅
Lisa Kusmiran07
lanjut kak,,lucu menghibur
Naaila Qaireen: Siap Kak, makasih dukungannya❤
total 1 replies
Nurwana
Lily mo dikadalin....
Nurwana
dasar Nenek lampir Thu Kirana... gara gara obat itu Vian berubah total.
Nurwana
hahahaha 😂😂😂😂😂
Nurwana
jgan sampai nhe Vian pura pura idiot deh....
Lovely_88
kapan up'y kakak 😊g sabar nih
Lovely_88
aduh jgn2 yg ngebuat vian kecelakaan tuh semoga lili bisa nolongin Vian syukur2 bisa ngebuka deh y busuk'y paman'y 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!