Kehidupan yang kualami semenjak kecelakaan itu sungguh berat. Aku mesti sendirian menghadapi hidup. Hingga harta kekayaanku habis. Semua kulakukan untuk penyembuhan, pengobatan, dan lain sebagainya demi keseharianku yang sudah enggan di lakukan. Bahkan orang mengira kalau aku kena depresi. Sehingga tak bahagia. Dan yang kulakukan hanya merenung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
U…
“Kenapa kau?“
Aku menunjuk ke toilet. Nggak enak rasanya kalau menahan terus. Meski apa yang sudah di makan tentunya mesti menjadi gizi. Sebab untuk apa di buang. Tapi sebagai suatu yang sudah di makan maka yang tak berguna tentunya akan di buang sehingga nanti jika ada yang membutuhkan akan merubahnya seperti rantai makanan. Jadi tidak terendap dalam keanehan. Itulah sirkulasi yang terjadi dalam perut. Kalau tidak di keluarkan akan bahaya. Namun jika tak mengisi juga aneh. Masa ada yang dikeluarkan, tapi taka da yang mengisi. Makanya untuk lebih terjaganya banyak hal, mesti ada yang mengisi. Dengan kata lain, jika ada yang mengisi, maka mesti ada yang di keluarkan. Seperti aplikasi saja, bila terlalu penuh isi HP itu, mesti ada yang di buang. Sebab kalau tidak ruang tak cukup, sehingga akan di tolak, dan tak bisa masuk. Untuk lebih jauhnya tak bisa melakukan apapun dengan aplikasi yang gagal masuk itu. Demikian juga akan gagal paham kalau kata-kata melebar ke mana-mana. Akan merasa sangat jauh otak itu berpikir untuk sesuatu yang mudah saja. Itulah. Demikian juga dengan perut.
“Ya sana, aku jagain,“ kata Josephine. Dia menunggu tempat makanan itu. Lagi. Seperti biasa aku yang enggan-engganan jualan itu, mesti banyak acara untuk meninggalkannya. Walau tak selamanya demikian, karena dengan banyak kegiatan itu, maka beberapa acara juga bisa terselesaikan dengan satu kali gerak. Tanpa ada yang meninggalkannya. Walau bila di lewatkan juga akan berlalu dengan sendirinya. Akan tetapi kalau di jalani maka akan bisa melakukannya dengan baik. Serta merasa puas jika banyak kegiatan namun di jalani nya dengan baik. Beda kalau melewatkannya, aka nada pemikiran tersendiri, seperti orang yang tidak enakan, maka andai ada acara yang terlewat, bakalan kepikiran terus. Apalagi sampai lalai, akibat sudah semenjak lama ingin mengikutinya, tapi pada saat hari H dan jam D nya yang di tunggu ternyata ketiduran atau asik belanja di mall, maka semua itu jadi suatu masalah tersendiri. Dan mengakibatkan kebingungan. Barangkali ada yang lewat, kabar yang kabur, atau rencana yang tak di ikuti, itu menjadi pemikiran tersendiri. Belum lagi kalau mesti ada keluar dana untuk memanggil seseorang yang ahli ngomong, misalkan, tahu-tahu ada yang meminta, bukannya akan membingungkan. Selain kebingungan untuk acara yang sudah terlanjur di susun akan jadi atau tidak, juga membingungkan buat pengisinya lagi. Padahal mau di pingit misalkan, sehingga untuk menolak juga tak enak, membatalkan apalagi. Karena buat yang berkepentingan benar-benar sudah Menyusun jauh-jauh hari. Atau malahan sudah bertahun-tahuan demi terkumpulnya dana yang tak bisa sekali minta. Sebab akan memberatkan. Makanya menjadi beberapa kelompok atau lingkungan yang di gabung. Sehingga semua merasa terlibat, juga merasa di uwong ke. Bukannya bergerak sendiri-sendiri dengan beban yang di tanggung sendri, walau untuk pujian juga mungkin akan di nikmati sendiri seiring dengan pengorbanan yang sudah di keluarkan itu.
Setelahnya aku kaget. Aku memakai pakaian aneh. Celana aku pakai duluan. Dan CD-nya belakangan. Jadi kayak superman.
U…
Aku menjerit-jerit kaget.
“Ada apa kau di dalam?“ Terdengar kacau di luar. Ada yang aneh kedengarannya, bagi Josephine. Sehingga aku ada apa-apa. Dia kebingungan. Mau melihat nggak enak. Mengintip nanti bakal timbilan. Jadi hanya main gedor saja.
“Buka!“ ujar Josephine menggedor-gedor pintu toilet.
