Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 16
Tidak begitu lama Ilham kembali masuk. "Astaghfirullah..." kembali ia berucap.
Nining benar-benar kurang suka dengan tingkah Ilham yang terlihat begitu membencinya. "Abi itu kenapa sih dari tadi setiap melihat aku terus aja mengucap istighfar? Bukan aku melarang sih Bi. Tapi kalau setiap Abi ngucapinnya kayak begini saat melihat aku, Abi kayak melihat hantu deh."
"Maaf Mi. Abi hanya kaget aja setiap melihat Ummi kayak begini. Apalagi Ummi menggunakan baju yang membuat Abi semakin sulit menahan hawa nafsu yang mengalir begitu aja." ucap Ilham sembari mendekat dengan sedikit tersenyum.
"Hawa nafsu apaan sih Bi aneh banget?" Nining benar-benar kesal atas jawaban Ilham yang hanya beralasan saja. 'Masa hanya menggunakan bra tanpa pengait dan celana pendek begini membuatnya merasakan hawa panas, eh hawa nafsu.' "Aku biasa-biasa aja kalau melihat teman-teman ku menggunakan ini. Terus melihat Abi yang enggak menggunakan baju kemarin malam aja biasa-biasa juga. Hanya penasaran dengan otot-otot Abi yang kayaknya Abi rajin olahraga. Abi olahraga dimana sih? Aku juga mau kayak Abi."
Ilham memberikan pakaian yang sudah di gantung rapi ke Nining. "Abi tau Ummi itu masih belum tau apa-apa. Termasuk rasa yang belum Ummi sadari. Banyak-banyak belajar ya sayang." Ilham mengelus kepala istrinya itu dengan lembut. "Jangan membuat Abi lama menunggu nanti biar kita olahraga sama-sama."
"Apaan sih Abi? Kayak mau mengambil makanan aja pakek acara ngantri. Lama menunggu."
Ilham mengatur emosinya dengan membuang nafas panjang dan berusaha tersenyum. Ia juga mengelus-elus dadanya. "Iya sudah terserah di Ummi aja. Pakek baju sekarang, kita makan bersama-bersama."
Nining tentu bingung dengan sikap Ilham. Ia pun tidak mau banyak pertanyaan dengan langsung menggunakan pakaian. Setelah itu berusaha berdiri secara perlahan. Ilham dengan sigap membantu Nining berdiri.
"Aku mau ke lemari memasang hijab Abi. Mau jalan sendirian aja." ucap Nining yang ingin jalan sendiri, walau kakinya masih begitu sakit.
"Ummi kalau sakit enggak usah hadir."
"Enak aja Abi ngomong enggak usah hadir. Walau pun hujan badai menerpa, aku akan tetap hadir Bi. Ini adalah acara yang aku inginkan. Sekali seumur hidup Bi. Aku enggak mau melewatkan momen ini."
"Iya sudah kalau begitu mana bagusnya Ummi aja. Kalau enggak bisa berjalan banyak-banyak duduk aja ya Mi. Soal barang-barang Ummi biar Abi yang ambil dan membawa ke rumah."
Nining mengangguk saja mengikuti perintah Ilham.
Setelah memasang hijab mereka berdua berjalan keluar kamar dengan Nining berusaha berjalan sendiri agar kakinya semakin bisa di gerakkan. Nining di kejutkan dengan sarapan pagi yang terlihat sangat enak di pandang. Di atas roti berisi sayur dan daging itu ada tulisan berbentuk love menggunakan saos. Ia pun duduk dengan kursi di tarik Ilham. 'Rasanya aku enggak tega makan ini roti.'
"Makanlah Mi jangan di lihatin aja." perintah Ilham yang telah duduk di hadapan Nining.
"Rasanya sayang banget makan ini Bi."
"Memangnya kenapa Mi?"
"Iya Abi lihat aja. Ini cantik banget tulisannya. Apalagi dengan susunan sayur dan dagingnya yang sangat rapi. Apa ini Abi sendiri yang buat?"
Ilham mengangguk dengan tersenyum sembari ia memakan roti yang di atasnya tidak ada sebuah tulisan. Nining yang melihat roti milik Ilham ia pun dengan cepat mengambil roti di piring Ilham dan menukarkan roti miliknya.
"Kenapa di tukar Mi? Itu sudah bekas Abi." protes Ilham.
"Bekas Abi lebih enak dari pada itu. Lagian aku takut makannya kalau sudah rapi dan bagus kayak begitu." Nining langsung memakan roti yang dimakan Ilham. 'Em.. Enak banget.'
Ilham tersenyum saja dengan ia memotong roti milik Nining dan menyerahkannya lagi ke Istrinya itu.
Nining dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Abi aja yang makan itu. Aku yang ini."
"Abi masak buat Ummi. Makan yang banyak ya sayang. Sinikan punya Abi." pinta Ilham pada sisa roti yang masih di pegang Nining.
"Enggak mau. Abi makan aja yang itu. Lagian ini sudah mau habis." tolak Nining dengan cepat memasukkan roti yang di pegangnya ke dalam mulut dengan Ilham langsung berdiri mendekat dan mengambil roti di dalam mulut Nining.
Nining tersentak atas perilaku Ilham dengan ia langsung melepaskan mulut suaminya itu. "Abi jorok banget sih. Ambil makanan yang sudah aku makan."
Ilham mengunyah makanan yang ia berhasil mengambilnya. "Ternyata ini jauh lebih enak Mi." balas Ilham kembali duduk. Ia pun mengambil roti dan memberikan pada Nining. "Yang ini kita bagi dua. Ayo makan."
Nining sedikit menjauhi tangan Ilham. "Enggak ah. Entar Abi kayak tadi lagi. Jorok tau Bi."
"Abi enggak kayak begitu lagi selagi Ummi enggak akan ambil yang punya Abi." balas Ilham sembari mendekati roti itu ke mulut Nining.
Nining dengan terpaksa memakan roti yang Ilham berikan. Ternyata jauh lebih enak pikir Nining sembari mengunyah roti itu. "Enak Bi. Abi ternyata pinter banget masak."
Ilham tersenyum tipis sambil memakan roti.
Nining memperhatikan gerakan mulut Ilham menjadi penasaran rasa yang di lakukan Ilham tadi. Ia pun ingin sekali merasakan sensasi yang berbeda itu. Sebelum Ilham mengunyah makanan itu secara sempurna, Nining langsung berdiri dan mengikuti gaya Ilham untuk mengambil makanan di dalam mulut suaminya itu. Ilham begitu saja tersentak dan terdiam dengan tingkah Nining.
"Rasanya sama aja Bi enggak ada yang berbeda."
Ilham masih terdiam mematung melihat Nining menikmati makanan bekasnya. Secara perlahan pula ia tertawa ringan. Nining tentu kembali kebingungan dengan reaksi Ilham yang terus saja bertingkah berbeda dari sebelumnya.
"Iya sudah Ummi habiskan rotinya. Abi mau ganti baju dulu." ucap Ilham langsung berdiri dengan masihnya tersenyum-senyum.
Nining mengangguk saja. Lagian mubazir jika makanan di atas meja itu tidak di habiskan.