Shankara Adhiyaksa. Putra sulung Reenan Xavier Adhiyaksa dan Annisa Harsono, lelaki tampan mapan dan kaya raya tentunya.
Hidup aman tenang dan damai yang ia jalani berubah seketika ketika sang ayah menyuruhnya untuk menikahi seorang perempuan pilihan ayahnya,
Disisi lain pertemuannya dengan wali kelas adiknya membuat Shankara sedikit terusik karena perasaan yang ia rasakan pada wali kelas adiknya sedikit berbeda, bisa di bilang ia jatuh cinta pada pandangan pertama
Tapi ia juga tidak mungkin mengecewakan ayahnya walau hatinya bersikeras menolak permintaan sang ayah
Di hadapkan pada dua pilihan, siapa yang akan di pilih Shankara pada akhirnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skinant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Shan terkejut dengan apa yang Reenan ucapakan barusan, ia tidak menyangka akan sepanjang ini urusannya, ia tidak memprediksi dari awal kalau Bella juga akan melakukan hal nekat seperti itu,
Shan menatap ayahnya yang terlihat kecewa padanya, Reenan menyerahkan tablet yang ia bawa masuk ke dalam kamar Shan dan menunjukkan grafik saham perusahaannya,
"Jika ada yang harus di salahkan, itu semua salahku" ucap Reenan, wajahnya terlihat semakin menua karena ini semua,
"Bun" panggil Shan pada ibunya
"Ini bukan salahmu kak, memang takdirnya harus seperti ini tapi......." Annisa seketika diam saat suaminya melihatnya dan menggelengkan kepalanya untuk tidak meneruskan ucapannya,
"Semua keluar, kita bersiap-siap ke pemakaman ayah Bella kau juga harus datang kesana Shan" Reenan berlalu pergi dan semua orang meninggalkan Shan sendiri di dalam kamarnya,
Shan mengambil ponselnya dan melihat portal berita online saat ini, karena Bella termasuk aktif di sosial media yang bisa di sebut juga selebgram Shan lebih mudah melihat perkembangan yang terjadi saat ini,
Benar jika ayah Bella meninggal dunia pagi tadi jam 4 dini hari, dan ia tidak tau kalau Bella juga nekat melakukan bunuh diri semalam,
"Semoga dia baik-baik saja, akan semakin merepotkan jika dia ikut mati saat ini" gumam Shan kesal,
Ia bersiap-siap untuk datang ke pemakaman ayah Bella bersama keluarganya, walau enggan ia tetap harus menghormati keluarga Bella,
"Sudah siap?" tanya Annisa saat melihat Shan turun menggunakan baju koko navy dan celana hitam, tidak lupa peci yang ia bawa di tangan kanannya,
"Sudah" jawab Shan singkat
"Ayo berangkat" ucap Reenan saat melihat semua orang sudah berkumpul
"Shaka yang bawa mobil, aku mengantuk" ucap Shan
Shaka mengangguk setuju saat ia melihat wajah kakaknya yang sayu,
"Kau pulang jam berapa semalam?" tanya Shaka saat mereka berjalan beriringan,
"Jam 3 pagi,"
Shaka ingin bertanya banyak hal tapi itu tidak mungkin ia lakukan saat ini, bisa-bisa ia juga jadi sasaran amarah kakaknya nanti,
Sepanjang perjalanan tidak ada yang berani bersuara, bahkan Shaka dan Khay yang selalu banyak bicara tidak berani mengucap sepatah katapun hari ini
Shan mengambil ponselnya saat panggilan masuk ke ponselnya terdengar,
"Ya?"
"Kau benar-benar harus membantuku kali ini"
"Akan ku bantu, tapi waktuku juga terbatas lusa aku harus kembali ke Amerika" terang Shan
"Kita lacak mulai siang ini setelah pemakaman ayahku selesai"
Raymond menelfon Shan dan meminta bantuannya untuk menemukan siapa yang menghamili adiknya,
"Kau harus mendapatkan nama hotel yang di singgahi adikmu malam itu, kita lebih mudah melacaknya nanti akan ku suruh juga orangku untuk membantu kita"
"Aku akan mencobanya lagi" Raymond menutup telfonnya dan Shan juga kembali fokus dengan jalanan yang ada di depannya,
"Siapa kak?" Annisa bertanya,
"Raymond, kakak Bella"
"Ada apa?" tanya Annisa khawatir
"Kita berdua sedang berusaha mencari laki-laki yang membuat Bella hamil" terang Shan lagi
"Semoga berhasil"
Shan tidak menjawab, tapi dalam hati ia juga berharap hal yang sama dengan apa yang ibunya ucapkan.
...****************...
Keluarga Reenan akhirnya sampai di rumah duka, Reenan beserta anak istrinya masuk ke dalam rumah dan menemui Sofia selaku ibu Bella dan Revan kakak tertua Bella sedangkan Raymond ia yang bertugas menjaga adiknya di rumah sakit,
"Kami mohon maaf atas segala yang terjadi" ucap Sofia saat berhadapan dengan Annisa,
"Saya juga mohon maaf jika selama ini keluarga kami dengan sengaja atau tidak sengaja membuat kesalahan pada ibu dan keluarga" ucap Annisa sambil memeluk mantan calon besannya itu,
Mereka beramah tamah sejenak sebelum keluar untuk bergabung bersama tamu lainnya,
Disisi lain kini Shan dan Revan duduk sedikit jauh dari para tamu yang hadir,
"Beritanya semaki menggila, aku saja yang membaca ikut tidak nyaman" ucap Revan
"Biarkan saja, aku juga tidak pernah membaca berita tentangku sendiri tapi ibuku yang selalu khawatir padaku"
"Apa kau benar-benar tidak menghamili Bella"
"Untuk apa? Aku bisa di usir ibuku jika melakukan hal di luar batas seperti itu" jawab Shan,
"Malam ini aku dan Raymond akan mencoba menelusuri semuanya supaya laki-laki itu segera bertanggung jawab pada Bella" sambung Shan,
"Sudah menemukan titik terangnya?" tanya Revan
"Aku hanya bisa menemukan tempat dimana adikmu berpesta, selanjutnya aku masih menyuruh seseorang untuk menyelidikinya"
"Maaf jika dia malah merepotkan mu"
"Benar. Kalian memang harus minta maaf padaku karena membuatku kerepotan seperti ini, belum lagi saham perusahaan ku yang ikut terdampak karena hal ini"
"Lakukan konferensi pers saja, aku dan Raymond akan membelamu"
"Ku pikirkan nanti, aku juga harus kembali ke Amerika lusa"
"Kau menetap disana sekarang?"
"Tidak, aku melanjutkan S2 ku disana, sebenarnya aku juga tidak berniat ke luar negeri hanya saja ini salah satu bentuk balas dendam pada ayahku karena memaksakan kehendaknya padaku" terang Shan,
"Memang apa yang om Reenan paksakan darimu"
"Menikahi adikmu" jawab Shan jujur
Revan sedikit terkejut dengan kejujuran Shan, tapi itulah yang Revan suka saat berteman dengan Shan walau usia mereka terpaut cukup jauh, Shan buka orang yang penuh basa basi atau kepalsuan, hanya memang ucapannya kadang-kadang tidak di saring saja,
"Besok ku atur jadwal konferensi pers untukmu"
"Tidak usah, aku bukan siapa-siapa yang harus melakukan hal merepotkan seperti itu"
"Kau tidak ingin memperbaiki nama baikmu?" tanya Revan penasaran,
"Jika ada yang harus bertanggung jawab atas ini semua ku rasa adikmu yang harus melakukannya, tapi karena saat ini tidak mungkin adikmu melakukannya maka kalian berdua juga tidak masalah" jawab Shan santai,
"Baiklah, akan ku aturkan jadwal ku dan Raymond untuk meluruskan salah paham ini"
"Memang seperti itu seharusnya"
Shan dan Revan terus berbincang berbagai hal, banyak yang mereka bahas karena memang sudah lama mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing
Shan dan keluarganya memang tak buru-buru pulang, mereka memang akan menunggu hingga jenazah ayah Bella di makamkan, bahkan Annisa juga ikut untuk menyambut para tamu yang datang untuk melayat,
"Kau tau sesuatu" ucap Revan pada Shan yang sedang melihat ponselnya
"Hm?"
"Jika aku seumuran ayahmu aku juga ingin menikah dengan ibumu"
"Kau mau ku hajar?" sahut Shan cepat,
"Aku tidak bermaksud apapun, tapi lihatlah ibumu beliau sangat lembut dan anggun bahkan hanya dengan menatapnya"
"Ku pastikan kau akan buta jika terus melihat ibuku" ancam Shan yang tetap masih sibuk dengan ponselnya
"Aku hanya mengagumi, lagipula aku juga sudah menikah" jawab Revan
"Hanya jangan sampai ayahku dengar, atau kau benar-benar akan buta"
Revan mengangguk anggukkan kepalanya paham, ia juga tidak ingin mencari masalah dengan ayah temannya yang bahkan di lihat saja sudah menyeramkan walau di akui memang tampan dan berkharisma tapi tetap saja ada sisi menyeramkannya bahkan untuk laki-laki yang menatapnya,
Revan menghela nafas berat, tiba-tiba ia teringat akan adik perempuannya yang masih terbaring kritis di rumah sakit sehingga tidak bisa menyaksikan pemakaman ayah yang sangat ia sayangi,
"Bagaimana jika lelaki yang menghamili adikku tidak ketemu?" tanya Revan
"Aku yang akan menikahinya"
tiap selesai baca aku kasih bunga buat shan. /Kiss/
shan kamu harus sabar, othor kita menjedanya untuk beberapa waktu yang tidak bisa ditentukan. /Facepalm/