Desa Hujan

Mangsa yang paling mudah untuk dibawa para manusia lumpur dari desa adalah perempuan karena mereka lemah dan anak kecil karena mereka belum bisa melawan. Dari catatan yang ada kebanyakan korban yang berhasil diambil oleh mahluk-makhluk embung itu adalah perempuan. Karena itulah banyak pria yang menjadi duda dan anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan ibunya.

Namanya adalah Sundari. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang usianya jauh lebih tua darinya. Rumahnya berada di dekat kuburan. Untuk itulah terkadang ia harus menginap di rumah kerabat atau tetangga desa yang lain jika di desa baru saja ada yang meninggal. Sundari tinggal seorang diri makanya wajar jika ia takut kalau harus sendirian di rumah setelah ada pemakaman di kuburan yang jaraknya tidak jauh dengan rumahnya.

Bersamaan dengan kemunculan manusia lumpur kebiasaan Sundari mulai berubah. Ia yang biasanya harus mengungsi ke rumah tetangga sekarang banyak tawaran yang datang kepadanya untuk menemani malam dingin yang menakutinya. Tentu saja tawaran itu datang kepadanya secara sembunyi-sembunyi. Perempuan yang sudah lama menganggur itu pun menerima tawaran yang datang kepadanya meski dengan malu-malu.

Tabiat buruk ini berlanjut keterlaluan dan menjadi sebuah rahasia umum bagi para laki-laki di desa Banyukumpul. Bahkan nama Sundari sudah menjadi buah bibir yang kian lama semakin menggaung hingga ke luar desa. Kini tamu-tamu yang datang pun beragam asalnya tidak hanya orang-orang yang familier yang berasal dari kampungnya saja tapi juga tampang-tampang asing yang baru dikenalnya menyempatkan datang untuk berkunjung ke rumahnya.

Tidak semua senang dan diuntungkan dengan aktivitas baru Sundari serta fungsi barunya yang lama-lama diketahui oleh penduduk desa. Praktek perbuatan tercela ini pun membuat geram para istri-istri di desa yang menyadari dan merasakan perubahan perilaku suami-suaminya ketika sudah berada di rumah. Mereka menjadi pengangguran di malam hari seiring dengan nama Sundari yang semakin naik daun.

Siasat pun disusun untuk menghentikan sepak terjang kupu-kupu malam yang semakin meresahkan. Kehidupan rumah tangga banyak yang menjadi goyah. Nama desa pun tercoreng. Suara terbanyak sudah sepakat dan mengambil keputusan.

Dua pemuda tampan nan perkasa pun disiapkan. Pada malam harinya dua laki-laki kekar itu sibuk di rumah dekat kuburan. Mereka berdua melayani puan si empunya rumah yang terkenal maniak hingga wanita itu terkapar lemas tak berkutik setelah menerima serangan kenikmatan yang tiada henti-hentinya sepanjang malam.

Di saat Sundari tidak sadarkan diri itu dua pemuda beserta warga membawanya ke tempat yang sama sekali tidak ada satu pun orang di desa itu yang ingin pergi ke sana terlebih di musim hujan seperti saat ini. Sebelum hujan datang arak-arakan warga dengan membawa bambu kuning berhasil mengantarkan perempuan itu ke sana.

Sundari terbangun di pagi berembun yang sungguh dingin. Tetesan air membasahi mukanya yang dikiranya sebagai pertanda akan datangnya hujan melalui atap rumahnya yang bocor. Ia tersenyum dan membuka mata ingin segera melihat dua daun muda yang semalaman bersamanya. Terkejut bukan kepalang ketika ia mendapati dirinya telanjang bulat terbangun di pinggir embung. Ia lalu mendongak melihat ke sekelilingnya. Manusia-manusia lumpur sudah mengitarinya. Tamatlah karir Sundari di hari itu.

Semenjak saat itu rumah di dekat kuburan dibiarkan kosong dan tidak ada yang mengurusnya.