NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:712.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Wajah Sintia terpampang jelas pada sebuah gambar, petikan dari sebuah video. Sementara bagian tubuh lainnya di blur, ia terlihat sedang di peluk laki-laki gembul yang mungkin lebih cocok menjadi ayahnya.

Sepanjang Tasya membaca artikel itu, ia hanya mampu menghela napas, bagaimana bisa gadis yang terlihat begitu cantik dan polos memiliki perangai seperti ini. Rupanya Sintia pernah memiliki hubungan gelap dengan salah satu pejabat penting di negeri ini. Entah berasal dari mana video itu akhirnya bisa tersebar dan menjadi skandal yang besar.

[ Apa pengaruhnya untukku.] Tasya membalas pesan Radit.

[ Dia sedang di cari. Apa lagi skandalnya dengan tokoh penting negeri ini, apa pun bisa di lakukan. Bukankah sekarang Sintia ada di rumah kamu yang ada di puncak?]

Tasya menghela napas, ia mulai jengah dengan segala rentetan yang terjadi, seperti sebuah yang rantai yang sulit putus. Lima belas tahun ini hidupnya terlanjur nyaman dan sempurna, tapi entah kenapa ia merasa Tuhan seolah sedang murka padanya saat ini, menimpa segalanya dalam satu waktu tanpa memberi kesempatan untuk sekedar mengambil napas. Dadanya sakit, bahkan ia kini mulai kesulitan mendapatkan tidur nyenyak.

Sementara Sintia menepi di kamar sambil ketakutan. Devan tidak kunjung datang sampai hari ini, berita yang tengah hangat itu semakin membuatnya kacau dan tidak menentu. Seluruh akses media sosial ia nonaktifkan.

Sintia kembali memberikan pesan kepada Devan, ia berjanji akan menyeretnya bila Devan tidak kunjung datang menemuinya.

Devan tidak kalah terkejut dengan berita panas hari ini. Seketika terbesit dalam benak, bisa saja anak yang sedang di kandung Sintia bukanlah anaknya. Beberapa waktu ini, ia memang tidak mengubris permintaan Sintia untuk datang ke rumah, pikirannya kacau itu membuatnya tidak ingin bertemu dengan siapapun. Termasuk Sintia dan Kirana.

Pria itu mengambil ponsel lalu menekan tombol untuk menghubungi Kirana. Panggilan pertama tidak ada jawaban, Kirana memang begitu, ia selalu lambat merespon Devan, ia juga tidak pernah menghubungi Devan terlebih dahulu. Ia sedang bersiap untuk selamanya bisa pergi dari kehidupan Devan, segera dan secepatnya, mencari kehidupan yang tenang berdua dengan Evan anaknya.

"Asalamualaikum," panggilan pun tersambung.

"Evan mana?"

Kirana segera memanggil anaknya yang sudah mulai aktif dan ceria. Anak kecil tampan itu langsung tersenyum lebar ketika melihat ayahnya.

"Halo ayah, kapan ayah pulang?"

"Hari ini ayah pulang. Evan jangan main keluar rumah dulu, ya. Di rumah aja sama ibu." ucapnya pada sang anak.

Evan menyambut dengan senyum sumringah saat mendengar ayahnya akan pulang. Mereka memang sedekat itu, terkadang ini pun yang menjadi pertimbangan Kirana untuk pergi.

Ada waktu dimana terkadang manusia tidak bisa memutuskan begitu saja, meski hati dan akal sangat ingin mengarahkan diri ke sana. Hidup Kirana jauh dari kata bahagia setelah pertemuannya dengan Devan, tapi ketika melihat senyum di wajah Evan, seolah mampu meluluhkan seluruh

keinginan untuk pergi itu.

Cukup lama panggilan telpon itu, sampai Devan melewatkan jam makan siangnya. Setelahnya, ia menutup telpon dengan perasaan yang jauh lebih lega.

Evan memang selalu menjadi energi tambahan untuknya. Saat Tasya mengalami keguguran berkali-kali pun rasa sedih selalu melanda hatinya.

Sejujurnya, ia sangat mencintai Tasya, tidak ada wanita seperti dia mencari sampai ke ujung dunia manapun. Tapi terkadang obsesi dan ambisi mengenyampingkan segala rasa itu. Pernah menjadi terluka dan terhina juga terinjak sejak dulu, menjadikannya sosok yang tangguh dan menggapai mimpi yang luar biasa.

Sejak kecil, ia hidup bertiga dengan ibunya juga Bella di sebuah perkampungan, rumahnya sebagian tembok dan sebagian lagi hanya bilik bambu. Sementara sang ayah meninggalkan begitu saja sejak kecil. Devan tumbuh sebagai anak laki-laki pintar dan tampan. Ibunya nyaris tidak pernah mengeluarkan biaya sekolah karena Devan selalu mendapatkan beasiswa.

Begitu juga saat perguruan tinggi, ia mendapatkan beasiswa di salah satu universitas terbaik di kota Bandung. Sampai akhirnya bertemu Tasya yang menjadi adik tingkat di kampusnya. Banyak hal yang membuat Tasya jatuh cinta padanya saat itu, bukan hanya pintar, ia mempesona dengan karismanya. Devan pintar mengambil hati orang lain, banyak juga yang mengejarnya, namun Devan menjatuhkan pilihan pada Tasya. Salah satunya karena Tasya merupakan anak orang paling kaya di kota Bandung.

*****

.

.

.

.

Tasya berangkat pergi ke rumah di puncak selesai pulang dari kantor, sekedar mengecek bagai mana kondisi Sintia saat ini. Ingin rasanya ia tidak peduli karena rasa benci yang sudah terlalu mengakar. Tapi ada satu sisi sebagai manusia yang tidak bisa membuatnya tak peduli begitu saja.

Selepas pulang kantor, ia mengendarai mobil sendiri ke sana. Menempuh jarak sekitar dua jam bila kondisi lenggang. Beruntung, jalanan tidak terlalu padat, mungkin karena bukan akhir pekan.

Sesampainya di sana, Rumah tampak sepi. Asisten rumah tangga mereka sudah pulang, begitu pun mang Ade yang tidak terlihat. Ia masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan Sintia, masuk kedalam kamarnya, gadis itu sedang terkulai lemas tak berdaya. Buru-buru Tasya mendekat dan mengecek kondisinya.

"Kamu baik-baik saja, Sintia?"

Gadis itu tidak menjawab, sama sekali tidak bertenaga. Mata redup.

Tasya cemas, ia menelpon mang Ade, beruntung panggilan itu segera tersambung. Tasya minta untuk di bawakan orang yang mengerti medis ke rumahnya, sementara Sintia terlihat semakin lemas.

Bagaimana tidak, di tengah kondisi yang sedang hamil, sejak tadi pagi ia tidak mau makan dan minum. Tasya berusaha memberikan pertolongan semampunya.

Hampir setengah jam menunggu, akhirnya mang Ade datang dengan seorang tenaga medis, Sintia segera ditangani dan di infus. Mengembalikan tenaganya dan langsung di siapkan makanan, hingga kondisinya berangsur-angsur membaik. Setelahnya, perawat itu pulang dan kini hanya Tasya dan Sintia di kamar ini.

"Kenapa kamu menyiksa diri dan anakmu?"

Sintia tidak menjawab dan membuang wajah.

"Hujatan di media sosial mengganggumu? Bukan kah mereka berbicara tentang apa adanya?"

"Maksudmu?" Sintia menatap tajam.

"Menjual diri? Bukan kah begitu?" Sintia diam, ia mengeratkan gigi menahan emosi.

"Jangan berharap di anggap baik. Tidak ada wanita baik-baik yang melayani kegilaan suami orang. Aku tidak menyalahkan mu seutuhnya, suamiku pasti juga salah karena menggodamu. Tapi kamu lebih gila karena melayaninya."

Sintia menghela nafas dan kembali membuang muka. Ia enggan berdebat, rasanya tidak ada tenaga untuk itu.

"Apa itu anak Devan? Atau ada benih lain yang ikut menabur?"

"Aku tidak segila itu!" Jawab Sintia menekan suaranya.

"Semoga begitu. Walau kamu sudah tidak ada harga dirinya, setidaknya jangan terlalu di obral." balas Tasya menatapnya.

Tidak berapa lama pintu kamar di buka, Devan rupanya datang hari ini. Ia membatalkan jadwalnya bertemu Evan. Ia sama sekali tidak tahu bila Tasya ternyata juga ada di sini.

Tasya beranjak, ia tidak bisa terus berada di tempat ini, tapi Devan menahannya ketika ia berjalan melewatinya.

"Jangan kemana-mana, tetap di sini!"

Tidak peduli, Tasya melepaskan pegangan tangannya, kemudian ia pergi dari tempat ini dan duduk di sofa ruang tamu. Sementara Devan mendekat pada Sintia, tatapannya kini lain, tidak memburu seperti biasa, cenderung jijik atau entah apa sesuatu yang tidak bisa di jelaskan.

"Mas...," panggil Sintia lirih, tatapannya sendu, ia mencoba bangun dari tidurnya dan bersandar pada dipan.

Devan tidak menjawab, ia membuang wajah enggan melihat Sintia.

"Mas..., itu masa lalu," lanjut Sintia lemah.

"Selama berhubungan dengan mu, aku tidak pernah menjalin hubungan dengan orang lain."

"Aku tidak ingin mendengar apa pun sekarang. Setelah anak itu lahir. Kita lakukan tes DNA."

Sintia diam tidak menjawab apa pun. Sementara Devan beranjak dan keluar dari kamar ini, ia melihat Tasya sedang duduk di sebuah sofa sambil melihat ponselnya.

"Aku pikir, wanita yang di jadikan selingkuhan mu itu berlian, ternyata tidak lebih dari batu kali."

Randi melirik istrinya, ia mendekat pada Tasya. Sementara Tasya mulai menjauh. Tapi gerak Devan cepat, ia mengambil tubuh Tasya dalam rengkuhan, lalu menguncinya, membuat Tasya tidak bisa bergerak

"Tidak peduli apa permasalahan kita, kamu masih tetep istri sah secara hukum dan negara."

"Lepaskan aku!" Tasya berusaha memberontak.

"Satu hal yang kamu tahu! Aku tidak sebodoh itu melepaskan begitu saja!"

Devan mengecup bibir istrinya dengan kasar, Tasya terus berontak, tapi Devan mengunci semakin kuat.

"Aku mencintaimu, Sya. Sungguh," Ucapnya dengan napas memburu.

"Kamu mencintai hartaku, Mas. Bukan aku," jawab Tasya dengan suara lirih.

Devan melonggarkan pelukannya, tapi tidak membiarkan Tasya lepas.

"Maafkan kekeliruanku, sayang." Devan menatap sendu, sebuah tatapan yang selalu berhasil meluluhkan jiwa dan perasaannya. Kedua napas mereka mulai teratur, Tasya nyaris saja terbuai ketika Devan mendekatkan wajah dan hendak kembali menciumnya.

Tapi dengan segera ia membuang wajah dan beranjak. Kemudian ia pergi dari rumah ini dan menerobos gelapnya malam untuk kembali pulang.

Tasya benci dirinya ketika masih saja tidak sanggup menolak pesona yang Devan berikan. Padahal hatinya sudah sangat membenci dan sakit.

Sementara Sintia hanya terpaku menatap pandangan ini dari kamarnya. Ia menangis dan kembali masuk ke dalam.

Sementara berita yang terus menjadi buah bibir masih terus di gaungkan. Sintia takut bila keberadaannya terancam, bagaimana pun video syur yang tengah beredar menghubungkan dirinya dengan salah satu tokoh penting.

Untuk pertama kalinya Devan merasa dirinya begitu bodoh, bener kata Tasya, setidaknya bila ingin membagi cinta ia harus mencari wanita dengan level di atasnya.

selama sembilan tahun Tasya menjadi istrinya, ia selalu merasa bila dia wanita yang terlalu menjadikan dirinya budak cinta, menutupi segala kelebihan yang ada, wanita perumahan penurut yang menyerahkan segalanya pada suami. Membuat Devan bosan di buatnya.

*****

.

.

.

.

Selepas pulang kantor, Tasya menyempatkan diri ke apartemen Radit, tidak berapa lama seorang membukanya. Seorang wanita yang membuatnya sedikit kaget, karena begitu mirip dengan Clarisa.

"Linda?" tanya Tasya.

Wanita itu tersenyum ramah sambil mengangkat tangan untuk berkenalan.

"Kamu pasti Tasya, ya?" tadya membalas jabatan tangan itu meski sedikit canggung.

"Masuk... Mas Radit lagi di kamar, kami baru saja makan. Aku sengaja mampir untuk memasak makanan kesukaannya." Linda tampak begitu ramah.

"Sudah makan? Biar aku siapkan?"

Tasya menggeleng pelan. "Tidak, terima kasih."

Sambil menunggu Radit keluar dari kamar, Linda terus berbagi cerita, ia mudah mengakrabkan diri. Benar saja, Linda bisa mengobati kerinduan pada sosok Clarisa. Meski entah kenapa, Tasya merasa tidak nyaman bila wanita yang sedang berbincang dengannya itu dekat dengan Radit.

Tidak berapa lama, Radit keluar dari kamar, ia mengenakan kaos berwarna putih dan celana training panjang, rambutnya basah. Tampan memukau.

"Mas.., sisa makanan bisa di hangatkan, aku simpan di kulkas. Sepertinya aku harus pulang." Linda melihat ke arah benda melingkar di tangannya, waktu menunjukan pukul tujuh malam.

Radit mengangguk. "Makasih ya."

Linda membalas dengan senyum.

"Kamu boleh menghubungiku lagi bila ingin di masakan sesuatu." Radit kembali mengangguk sambil tersenyum, kemudian ia mengantar Linda sampai ke pintu, lalu kembali menemui Tasya yang tengah duduk di sofa sambil terdiam menatap hiasan bunga di meja.

"Tumben kamu tidak menghubungiku mau kesini." Radit mendaratkan diri dan duduk di sampingnya.

"Kenapa? Aku mengganggu kalian?" tanyanya dengan wajah datar.

"Kami hanya teman, Sya."

"Mau dia kekasih mu pun aku tidak berhak melarang bukan?" Tasya melihat ke arah sahabatnya. keduanya saling beradu pandang.

Sementara di tempat lain Rara dan Devan kembali bersitegang.

"Tidak Devan! Gila sudah rencana mu itu! Kurang baik apa Tasya padamu!"

"Tapi dia terlalu pintar! Tidak bisa di biarkan begitu saja!"

"Ingat, Devan! Kamu mungkin lolos ketika tidak sengaja membuat orang tua Tasya terbunuh. Jadi tolong, jangan pernah lagi membuat rencana tolol kalau tidak mau berakhir di penjara. Bahkan sampai saat ini Tasya tidak tahu kalau kamu lah penyebabnya orang tua Tasya meninggal."

Devan melihat ke arah Rara, kemudian wanita itu mengambil tas dan pergi begitu saja.

.

.

.

.

aaaaAAA... aku harus gimana antara cinta dan dendam..

1
Nismawati
Luar biasa
Elyani Yani
jgn terlalu bnyk konflik Thor.....
Elyani Yani
Tasya in sok ibu peri...bodohnya ke bngetan....terlalu lemah untuk perempuan yg punya perusahaan....SM pelakor kok msh sempet2 nya Baek ...kn aneh. wajar aj KL dya d tipu terus SM lakinyaaa
Elyani Yani
cobak Thor...Tasya itu jgn bodoh...mau sok sok an ngerawat pelakor...yg masuk akal dong Thor ....
kimiatie
ya lah ceritanya Tasya bodoh mulu
kimiatie
omg 😱😱😱 kasihan tasha
Titin Pangestuti
Luar biasa
NBF
👍
NBF
well done 👍
Surati
bagus
Nony Suzana
penderitaan tiada berakhir Tasya ...ooooo kpn bahagianya
Nony Suzana
penderitaan n cobaan terus menghampiri
Makinjaya Makinjaya
betul trlalu lembek jd cowok hrsnya kalau memang ngak ada rasa apapun hrs tegas.dan bisa menunjukkan kalau dia sdh ada wanita lain
Makinjaya Makinjaya
bingung aku jdnya
Ryani
Sedarahh?????
Ryani
aduh ini cerita gmna sih, masa Tasya sok²an ikut ngurus selingkuhan Suaminya.. Aneh
Makinjaya Makinjaya: yup betul aneh.
total 1 replies
Ryani
haruskah aku bilang Waooowwwhhh😲😲😲
Ryani
ohh ya Ampun, pengen aku lempar aja HP ku🤣🤣🤣... bemua jadi yg di bobol Devan
Ryani
baru awal dah bikin naik darahh... ohh Astaga
Ika Surya Ningsih
koq cerita nya gtu" trus sih.. g ada ujungnya.. pdhl bc uda ku lompat" tpi gtu trus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!