"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkapkan Perasaan
"Ngak apa-apa Indra, aku pulang aja sekarang," ucap Rahma dan keluar dari ruangan itu.
"Tapi Rahma." Indra menyusul Rahma keluar ruangan. "Lo nggak usah dengerin apa kata Sinta, lo jangan pulang."
"Nggak apa-apa Indra, dia udah donorin darahnya buat Ridho dan aku harus menuruti apa katanya," ujar Rahma yang berusaha tersenyum.
"Ya udah kalo gitu, gue antarin lo ya pulang."
"Nggak usah Indra, aku pulang sendiri saja. Kamu masuk lagi aja ke dalam, jagain Ridho baik-baik ya," tolak Rahma lembut.
"Oke kalo gitu, gue pasti jagain Ridho kok, lo tenang aja."
"Kalo gitu aku pulang dulu, permisi," pamit Rahma.
Indra mengganggukan kepalanya, lalu memandangi gadis itu yang semakin lama, semakin menjauh hingga tak terlihat lagi. Dan akhirnya kembali masuk ke dalam ruangan Ridho dirawat.
Indra membuka pintu, dan dilihatnya Ridho sudah sadarkan diri.
"Ridho, lo udah sadar. Alhamdulillah, lo baik-baik aja kan Bro." Indra terlihat senang melihat Ridho sudah sadar.
"Gue baik-baik saja, Bro kok dia ada di sini?" Ridho menunjuk Sinta yang ada di sampingnya.
"Gue orang yang udah donorin darah buat lo, lo harus berterima kasih sama gue karna gue udah berbaik hati buat donorin darah gue ke lo," saut Sinta yang lebih dulu memberikan penjelasan.
"Apa bener Ndra? Dia udah nolongin gue?" tanya Ridho penuh selidik.
"Bener Bro, Sinta yang donorin darahnya buat lo," jawab Indra membenarkan ucapan Sinta. Sedangkan temannya yang lain hanya diam sedari tadi, karna bingung mau ngomong apa.
"Ya udah, gue berterima kasih sama lo ya Sinta," ujar Ridho yang tidak bersemangat.
"Oke sama-sama, ini semua nggak gratis. Gue ada permintaan buat lo," ujar Sinta tersenyum dengan penuh maksud.
"Permintaan apa?" Tanya Ridho datar.
"Gue mau lo balikan sama gue, kita pacaran kayak dulu lagi," ucap Sinta yang sontak membuat Ridho terkejut.
"Nggak, gue nggak mau. Gue nggak suka sama lo," saut Ridho ketus. "Rahma mana Ndra, dia nggak ke sini? Apa dia nggak tau kalo gue di rumah sakit?" tanya Ridho yang merasa ada kehadiran gadis itu saat ia belum sadar.
"Cewek aneh itu nggak ada di sini, ngapain juga dia ke sini, peduli amat dia sama lo. Yang peduli sama lo itu gue bukan dia," saut Sinta yang tak membiarkan Indra berbicara.
"Benar Ndra, Rahma nggak ada di sini?" tanya Ridho yang tidak percaya sama omongan Sinta.
"Udah gue bilang dia nggak ada di sini," jawab Sinta yang lagi-lagi tak membiarkan Indra berbicara.
"Ya udah nggak apa-apa, kalo dia nggak ke sini gue yang ke rumahnya nanti kalo udah pulang dari sini," ujar Ridho tersenyum.
Beberapa hari kemudian, Ridho sudah diperbolehkan pulang. Dan sebelum pulang, ia mampir ke rumah Rahma diantarin Indra pake mobil. Karna keadaannya belum stabil ia tidak bisa menyetir sendiri.
Sekarang Ridho sudah berada di depan Rumah Rahma, ia mengetok pintu rumah gadis itu.
Tok tok tok...
"Assalamu'alaikum," ucap Ridho.
"Wa'alaikum salam," saut seseorang dari dalam dan beberapa saat kemudian, pintu rumah itu terbuka.
"Rahma, lo tau nggak kalo gue udah dua minggu di rumah sakit?" tanya Ridho tanpa basa-basi.
"Aku tau," ucap gadis itu singkat.
"Terus kenapa lo nggak jengukin gue di rumah sakit?" tanya Ridho lagi.
"Aku nggak ada waktu," jawab gadis itu.
"Owh gitu, gue ngerti kok. Lo pasti batuin Ibu lo kan jualan gado-gado. Maaf ya, ya udah gue permisi dulu," ucap Ridho sedikit kecewa dan kembali lagi ke mobilnya yang ada Indra menunggu di sana.
"Gimana Bro, Rahma ngomong apa?" tanya Indra penasaran.
"Katanya dia tau kalo gue di rumah sakit, dia nggak jenguk gue karna nggak ada waktu," jawab Ridho yang masih kecewa dengan ucapan Rahma tadi.
"Lo kecewa ya sama dia?" tanya Indra yang melihat ada rasa kecewa di wajah temannya itu.
"Nggak, gue nggak kecewa, gue ngerti kok dia pasti nolongin ibunya makanya nggak jengukin gue," elak Ridho.
"Ya udah kalo gitu, ayo kita pulang!" ajak Indra.
Ridho masuk ke dalam mobilnya tanpa menjawab, dan di ikuti oleh Indra yang duduk di kursi kemudi.
Di rumah Ridho
"Eh Aden sudah pulang? Gimana ke adaan Aden?" tanya bik Ira.
"Udah mendingan Bik," jawab Ridho ramah.
"Alhamdulillah kalo gitu syukur atuh Den, Aden udah makan apa belum?" tanya bik Ira lagi.
"Belum Bik."
"Ya sudah kalo gitu Bibik siapin makanan buat Aden dulu ya," ucap bik Ira dan langsung pergi ke dapur.
Ridho menaiki tangga menuju kamarnya, dan menidurkan dirinya di tempat tidur kesayangannya itu.
"Akhirnya, gue kembali lagi ke kamar gue. Kangen juga gue sama kamar ini," gumam Ridho kemudian, tertidur.
Tok tok tok..
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Ridho.
"Den. Aden Ridho," panggil bik Ira dari luar kamar.
"Den," panggil bik Ira lagi diiringi ketukan pintu, tapi tidak ada sautan dari dalam.
Beberapa kali memanggil akhirnya orang yang di panggil yang sedari tadi tidur pun bangun.
"Iya Bik, ada apa?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Makanan sudah Bibik siapkan Aden," jawab bik Ira.
"Ya udah Bik, sebentar lagi aku turun."
Beberapa saat kemudian, Ridho turun dan melakukan aktivitas makan siang itu.
Ke esokan harinya...
Hari ini, Ridho berangkat ke sekolah. Setelah dua minggu tidak sekolah karena di rawat, Ia jadi rindu dengan sekolahnya. Rindu bertemu Rahma juga pastinya. Pemuda itu sangat bersemangat sekali pagi ini.
Di sekolah
Saat di sekolah Ridho berpas-pasan dengan Rahma.
Ridho pun menyapa, "Pagi Rahma." Ridho menampilkan seulas senyum di sudut bibirnya. Tetapi, senyum itu seketika hilang karna gadis yang ia sapa tidak menghiraukannya sama sekali.
"Dia kenapa, kok nggak seperti biasanya? Apa dia marah?" gumamnya.
Di taman belakang sekolah seorang gadis duduk di bangku taman seperti biasa. Itulah hal yang biasa gadis itu lakukan, duduk sendiri di taman sambil menatap pohon rindang yang ada di sana.
"Sudah gue duga, pasti lo di sini. Kenapa lo cuekin gue tadi di kelas?" Ridho tiba-tiba duduk di samping Rahma membuat gadis itu sedikit terkejut.
"Nggak apa-apa, mulai sekarang kita jangan berteman lagi ya," ucap Rahma sedikit pelan.
"Lo kenapa? Apa lo mau lebih dari itu? Apa lo mau jadi pacar gue?" tanya Ridho yang membuat gadis itu menjadi kaget.
"Bukan itu_
"Terus apa?" Ridho memotong ucapan gadis itu. "Rahma sebenarnya gue itu suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?"
Ungkapan Ridho membuat Rahma semakin terkejut, ia sangat gugup. Walaupun sebenarnya gadis itu juga menyukai pemuda itu. Tapi berpacaran ada hal yang tak ingin Rahma lakukan. Apalagi dia juga ingat betul permintaan Sinta untuk menjauhi Ridho.
"Kamu ngajak aku pacaran? Ridho pacaran adalah sesuatu yang di larang, aku tidak mau pacaran, dan aku juga nggak suka sama kamu," jawab Rahma.
"Apa? Lo nggak suka sama gue? Kenapa? Apa wajah gue kurang ganteng, kok bisa lo nggak suka sama gue?"
"Buat apa juga aku suka sama orang kayak kamu, kamu lupa apa yang kamu lakukan dulu pada ku. Dan aku juga nggak percaya apa yang kamu katakan. Mulai sekarang kamu tolong jauhin aku, dan jangan pikir perlakuanmu itu telah aku lupakan, aku tidak sama sekali melupakannya," ujar Rahma panjang lebar dan dengan terpaksa mengungkit kelakuan Ridho dulu padanya. Padahal, sebenarnya Rahma tidak ingin mengungkitnya lagi, ia bukanlah tipe orang pedendam, ia adalah orang yang sangat pemaaf. Tapi tidak ada cara lain lagi untuk membuat Ridho menjauh darinya.
Mendengar ucapan Rahma bagaikan petir di siang hari bagi pemuda itu, ia langsung terpaku, dan air matanya pun mulai menetes seolah sangat sakit mengingat hal itu.
"Maafin gue Rahma, gue tau gue salah. Jujur dulu emang gue benci sama lo, tapi lama-kelamaan rasa benci gue berubah jadi rasa suka. Semenjak mama gue meninggal sepuluh tahun yang lalu, gue sama sekali nggak pernah merasakan bahagia. Dan saat gue dekat sama lo kebahagian yang hilang sepuluh tahun yang lalu itu, se akan-akan muncul lagi dalam hidup gue. Tolong maafin gue, tolong jangan minta gue buat jauhin lo. Gue mohon Rahma, gue beneran suka sama lo, gue juga cinta sama lo. Tolong jangan jauh dari gue," ungkap Ridho sambil menangis, menyesali semua perbuatannya terhadap gadis itu.
Selamat hari raya idul fitri...
Mohon maaf lahir dan batin..
Jangan lupa tinggalkan jejak ya teman-teman.
Terimakasih telah membaca😇