"Dear hati ...
Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"
Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.
Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.
Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.
Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?
~Secretly Loving You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 15 - Hanya Berdua?!
"Arsha, apa kamu ada masalah denganku?"
Terlalu terkejut melihat pemandangan di depan mata, membuatku hanya bisa terdiam dengan mata membelalak. Usahaku seharian menghindarinya seolah-olah tak ada hasilnya. Aku tidak menyangka Pak Armand akan menghadangku di depan toilet seperti ini.
"Arsha?"
Aku menelan ludah dengan susah payah. Sulit rasanya hanya untuk sekedar menjawab pertanyaannya. Aku ingin lari. Namun tak ada tempat untuk bersembunyi. Pria di depanku terlalu mendominasi. Aku seperti kucing yang tengah tertangkap sedang mencuri makanan.
Di tengah keheningan yang mencekam, tiba-tiba ada dua karyawan yang datang. Mereka sepertinya ingin menggunakan toilet. Mereka melihat kami dengan pandangan bertanya-tanya. Dari tatapannya, terlihat kekepoan yang sangat nyata.
Dilihat seperti itu membuat Pak Armand tak nyaman. Aku melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Kakiku sudah mengambil ancang-ancang, bersiap untuk kembali menghilang. Namun niat itu belum terlaksana begitu aku mendengar ucapannya.
"Ke ruanganku." Ucapan final yang tak bisa kubantah.
***
"Kenapa seharian ini kamu menghindariku? Ada masalah denganku?"
"T-tidak Pak. S-siapa bilang saya menghindari Bapak? I-itu hanya perasaan Bapak saja ...." Duh, mati deh. Apa sikapku terlalu kelihatan?
"Hanya perasaanku ya?" Pak Armand mengangguk-anggukan kepala sembari mengetukkan jari-jemarinya di atas meja.
"Aku menyuruhmu untuk mengambil berkas, mengapa kamu malah menyuruh Siti? Apa kamu tidak punya tangan dan kaki?"
DEG
"Aku juga menyuruhmu untuk menjilid laporan dan memberikannya padaku. Lalu mengapa kamu malah mengirim via email? Apa perintahku masih kurang jelas? Apa kamu tidak menganggapku sebagai atasan?"
Aku kehabisan kata-kata. Tubuhku bergetar. Menahan tangis yang akan berderai. Pak Armand tidak pernah memarahiku seperti ini. Meskipun banyak kesalahan yang telah kulakukan, namun beliau tidak pernah menggunakan kata-kata yang menyakitkan.
"Tolong bersikap profesional. Ini perusahaan, bukan arena permainan. Bila ada masalah, jangan dibawa ke kantor."
"Atau, kamu ada masalah denganku? Tidak cocok dengan cara kerjaku? Mau pindah divisi?" Nada suara Pak Armand tidak tinggi. Malah cenderung rendah dan dingin. Namun entah mengapa, efeknya sangat terasa. Membuatku semakin menggigil ketakutan.
Aku hanya bisa tertunduk. Tak mampu menjawab pertanyaannya. Tetes demi tetes air mata mulai membasahi tangan.
Saya menghindar bukan karena tidak cocok dengan Bapak, atau ingin pindah divisi. Saya malu. Saya tidak punya muka untuk bertemu dengan Bapak. Saya dengan tidak tahu malunya berharap mendapat ciuman dari Bapak. Saya takut Bapak memandang saya sebagai wanita rendah.
Saya juga malu dengan perasaan yang semakin berkembang ini. Saya seperti wanita tak tahu diri. Saya harus meluruskan perasaan agar bisa menghadapi Bapak dengan hati tenang. Untuk itu, saya menghindari Bapak ....
Tentu saja itu hanya ungkapan isi hati yang tak mampu aku utarakan.
"Arsha, jawab aku. Apa kamu mau pindah divisi?" Suara rendah, namun sangat dalam. Seperti air tenang yang sangat menghanyutkan. Membuat ciut siapapun yang mendengar.
"T-tidak Pak ...."
"Kenapa? Bukankah kamu tidak cocok bekerja denganku?"
"Bu-bukan seperti itu Pak ... S-saya senang bekerja dengan Bapak. Saya senang berada di divisinya Bapak. Saya ...."
"Kalau begitu, mulailah berkemas. Sabtu besok, kita akan OJT (On The Job Training) di Bogor selama seminggu. Aku memanggilmu untuk mengatakan itu. Kamu boleh keluar sekarang. Aku masih ada kerjaan yang harus diselesaikan."
"Y-ya?" Aku menatap Pak Armand dengan bingung, berharap mendapat penjelasan lebih. Namun beliau telah berkutat dengan berkas di tangan, mengacuhkanku. Mau tak mau aku menyeret kakiku keluar dari ruangannya.
***
Sepuluh menit setelah aku kembali ke meja, terdapat email masuk. Ternyata email itu berisi undangan untuk mengikuti OJT. Di dalam email dijelaskan run down acara secara detail. Dari pagi hingga malam hari selama tujuh hari berturut-turut.
Tujuan dari OJT tersebut adalah peluncuran sistem kredit yang terbaru, upgrade sistem inventory, pemahaman mengenai pengisian laporan akhir bulan berupa SID (Sistem Informasi Debitur), serta pelaporan keuangan XBRL.
Membaca tujuan dari OJT membuat perasaanku tidak enak. Sebagian dari sistem itu merupakan tugasku, sementara sebagian yang lain adalah tugas Pak Armand.
Aku mulai menggulir-gulirkan mouse. Mendownload daftar peserta yang berupa file PDF dan membaca nama-nama yang tertera di sana.
Dan perasaanku terbukti.
- Armand Abhimanyu Mahendra (Head Of Operation KC Jember)
- Arsha Nayyara Usman (Back Office KC Jember)
Dari 25 karyawan di kantor cabang Jember, hanya namaku dan Pak Armand yang tertera di sana. Kami akan pergi ke Bogor berdua!! Berdua!! Hanya berdua lho!! Huaaaaaaaaaa!! Bagaimana ini?!!
(Arsha yang lebay mengabaikan daftar staff dari cabang lain 🤦♀️)
***
Happy Reading 😙