Istri mana yang terima bila diduakan dengan orang yang ditolongnya? Apalagi alasannya karena untuk membungkam mulut orang yang mengatakannya mandul. Hingga akhirnya sang suami melakukan perbuatan yang sangat dibencinya.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.16 Mengantar Aileena
Tidak ada rumah tangga yang selalu mulus dan bebas hambatan seperti jalan tol. Setiap rumah tangga pasti memiliki ujian dan permasalahannya sendiri. Semua masalah itu bisa dicarikan solusi walau kadang solusi itu akhirnya berujung bertahan atau melepaskan. Dari sekian banyak permasalahan rumah tangga, hanya perselingkuhan yang mampu memberikan kehancuran telak, awalnya pada korban, namun lambat laun pelaku pun akan merasakan efeknya.
Saat ini Adnan tampak menemani Nanda bermain di ruang tamu. Umur Nanda yang baru sekitar 2 tahunan itu terlihat masih sangat menggemaskan. Adnan yang memang sebenarnya menyukai anak kecil, mampu membuat balita itu tertawa girang. Saat ini Adnan sedang menemani Nanda bermain boneka. Tawa Nanda membuat Adnan tak berhenti tersenyum. Lelah bermain, Nanda pun mengantuk. Adnan pun bergegas membuat susu untuk Nanda agar dia bisa segera tidur. Selesai minum susu, Adnan menggendong Nanda dan menepuk-nepuk bokongnya hingga tak lama kemudian Nanda pun tertidur di pundak Adnan. Melihat Nanda yang sudah tampak nyenyak, Adnan pun segera membaringkan tubuh Nanda di boks bayi miliknya secara hati-hati agar ia tidak terbangun lagi.
"Mama kamu kemana sih? Udah malam juga kok belum pulang." Adnan berdecak kesal seraya melihat jam menempel di dinding. Hari sudah menunjukkan hampir pukul 8 malam. Padahal Delima sudah pergi dari jam 2 siang tadi.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang berderit seperti dibuka dari luar. Sosok perempuan cantik muncul dari balik pintu itu membuat Adnan mengerutkan keningnya saat melihat beberapa godiebag yang memenuhi tangan Delima.
"Kamu kok pulangnya malam banget sih, Ima? Nggak ingat waktu banget." celetuk Adnan yang kesal karena Ima pulang sampai jam 8 lewat.
"Namanya juga shopping, mas. Suka lupa waktu. Tau-tau hari udah gelap." sahutnya tanpa rasa bersalah.
"Tapi kamu itu bukan anak gadis lagi, Ima. Kamu punya tanggung jawab mengurus anak dan suami kamu. Aileena aja dulu nggak pernah keluyuran sampai malam. Kalaupun dia terpaksa keluar, sebelum aku pulang kerja, dia sudah pulang duluan." tukas Adnan membandingkan sifat Aileena dan Delima.
"Nggak usah banding-bandingin aku sama mantan mas yang mandul itu deh. Mas, aku ini sedang hamil anak mas. Mas tau kan bahwa istri yang sedang hamil itu harus selalu bahagia biar anaknya juga tumbuh sehat. Nah, shopping ini juga salah satu cara membahagiakan aku. Mas ngerti sedikit dong sebagai suami." tukas Delima yang kesal dibanding-bandingkan.
"Berhenti menghina Aileena, Ima! Dia nggak mandul Dia cuma belum diberi kesempatan saja sama Tuhan untuk hamil. " bentak Adnan tak terima Delima menghina Aileena mandul. Dia seakan lupa, padahal dia sendiri yang sudah menyematkan kata itu saat bertengkar dengan Aileena tempo hari membuat Delima pun ikut mencemooh Aileena dengan kata itu. "Aku nggak melarang kamu jalan-jalan dan shopping, Ima." ujar Adnan dengan sedikit penekanan. "Aku hanya ingin kau tau waktu dan ingat tanggung jawabmu, baik sebagai seorang istri maupun ibu. Lihat akibat dirimu, jam segini mas belum makan sama sekali. Nanda juga. Mas nggak ngerti dia makanannya apa dan gimana."
"Cih ... padahal dia sendiri yang lebih dulu mengatakan mantannya itu mandul. Giliran akubyang bilang dia mau marah. Dasar aneh!" cibirnya pelan tapi masih dapat didengar Adnan. Adnan hanya bisa menghela nafas pelan, sadar akan kata-katanya tempo hari. "Lagian di dapur ada makanan Mas, tinggal panasin aja apa susahnya sih!" ketus Delima. "Kalau Nanda sih gampang, tinggal kasi susu aja dia udah kenyang." pungkas Delima sebelum masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Adnan yang hanya bisa menyugar rambutnya frustasi.
...***...
"Huek ... huek ... huek ..."
Sejak bangun tidur tadi, Aileena muntah-muntah terus. Morning sickness yang ia alami pagi ini lebih parah dari hari biasanya membuat tubuh Aileena melemas tak berdaya.
"Ya Allah, berilah hamba kesehatan! Jangan sampai hamba tumbang, ya Allah. Hamba sekarang hanya sendirian. Hamba tidak memiliki siapa-siapa di sisi hamba bila hamba sampai jatuh sakit." doa Aileena dalam hati ketika ia baru selesai membasuh mulutnya. Dipandanginya wajahnya di cermin, terlihat pucat pasi.
"Aku harus kuat. Aku pasti bisa." gumamnya dalam hati.
Hari ini Aileena ada jadwal mengajar. Ia tentu tidak ingin melewatkan satu hari pun kegiatan kesukaannya itu. Bertemu anak-anak adalah mood booster baginya. Karena itu, ia harus kuat agar tetap mampu mengajar anak-anak dengan baik .
Aileena telah selesai bersiap. Sebelum pergi bekerja, Aileena terlebih dahulu membuat segelas susu. Aileena tidak menyukai susu hamil rasa vanilla, tapi selain rasa itu ia suka. Pagi ini ia membuat segelas susu rasa coklat. Pertama-tama ia menuangkan air panas, lalu dicampur air dingin agar tidak terlalu panas. Baru kemudian ia menyendokkan susu sesuai takarannya. Tujuannya adalah agar vitamin yang terkandung di dalam susu itu tidak rusak.
Aileena pagi ini enggan sarapan. Sebab bila makanan masuk ke dalam perutnya, pasti ia akan berakhir di kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.
"Dedek yang kuat ya! Jangan lama-lama ya dek ngambek nggak mau makannya! Entar bunda jadi lemes dong, terus nggak bisa kerja dan cari duit buat beli keperluan dedek. " ujar Aileena bicara pada baby dalam kandungannya. Tangannya tak berhenti mengusap perutnya seraya tersenyum. Besar harapannya, buah hatinya akan tumbuh sehat dan kuat.
Baru saja Aileena keluar dari dalam rumah dan hendak mengunci pintu rumahnya, tiba-tiba terdengar deru suara mobil yang berhenti tepat di depan pagar rumah Aileena. Aileena sangat mengenal pemilik mobil itu. Lalu seorang pria dengan tubuh tegap dibalut kemeja berwarna navy yang tampak pas body dan celana bahan berwarna hitam, turun dari dalam mobil dengan senyum lebarnya. Di tangan kanannya, pria itu tanpa memegang sebuah paper bag yang entah apa isinya.
"Hai, ... eh, ... assalamualaikum." ucapnya gagap lalu terkekeh.
Aileena tersenyum lalu membalas salam itu.
"Wa'alaikum salam, Mas. Kok tumben pagi-pagi udah kesini?" tanya Aileena to the point.
"Oh, anu ... itu ... aku mau kasi kamu ini." ujar Fatur salah tingkah sambil menyerahkan paper bag berwarna coklat .
"Apa ini mas?" tanya Aileena saat menerima paper bag itu.
"Itu cuma sandwich kok. Siapa tau kamu belum sarapan. Tapi kayaknya udah ya soalnya kamu udah mau pergi kerja." ujar Fatur seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Wah, kamu tau banget kalo aku belum sarapan! Makasih ya udah repot-repot anterin sarapan buat Ai." sahut Aileena ramah.
"Aku nggak repot kok. Semoga suka ya. Maaf cuma bisa buatin sandwich soalnya kalo masak yang lain aku nggak bisa." ucapnya seraya terkekeh. "Tapi kamu kok pucat banget, Ai? Kamu sakit?" tanya Fatur khawatir.
"Ah, enggak kok! Ai cuma kurang enak badan aja." kilah Aileena.
"Mau aku anterin aja? Aku takut kamu kenapa-napa kalau nyetir sendiri?" bujuk Fatur.
Aileena tampak berpikir.
"Udah, nggak usah banyak berpikir. Yang terpenting sekarang kesehatan dan keselamatan kamu dan anak kamu." ucap Fatur lembut.
"Baiklah, Mas. Makasih ya!" ucap Aileena seraya tersenyum manis.
Fatur pun segera melajukan mobilnya menuju ke SD Mercu buana untuk mengantarkan Aileena bekerja. Dalam perjalanan, Fatur tak henti-hentinya tersenyum bahagia karena ia berhasil membuat Aileena duduk di kursi samping kemudinya.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Karena kalau di awal..... namanya pendaftaran hahaha
kepo nih thor....