Gerry Putera Tanuwijaya seorang pengusaha sukses dan kaya harus menelan pil pahit saat perusahaannya dinyatakan bangkrut akibat ulah Om dan Tantenya yang ingin menguasai kekayaan Gerry. Bahkan Gerry mengalami kecelakaan wajahnya hancur dan harus menjalani operasi plastik.
Rubi Caesa Gilbert wanita cantik nan sexi, dia merupakan seorang pengusaha muda yang sukses. Kehidupannya tidak tenang saat Kakak dan Mama tirinya berusaha untuk membunuh Rubi.
Pertemuan yang tidak disengaja antara Rubi dan Gerry, membuat mereka terikat satu sama lain. Rubi membutuhkan bodyguard untuk melindungi dirinya sementara Gerry membutuhkan uang untuk menjalani hidupnya.
Akankah tumbuh cinta diantara mereka? sedangkan Rubi saat ini menutup rapat hatinya untuk seorang pria dan tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
💰
💰
💰
💰
💰
Keesokkan harinya...
Seperti biasa Gerry dan Kiting bangun subuh dan latihan bersama Shifu Shen-shen, setelah itu mereka semua berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama-sama.
"Hari ini sebelum ke kantor kita ke butik langganan gue dulu, gue mau pesan baju buat nanti malam," seru Rubby.
"Asiap Bos cantik."
Selama dalam perjalanan mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.
"Ger, mulai besok lo yang akan urus perusahaan gue," seru Rubby.
"Besok? cepat banget?" sahut Gerry tampak terkejut.
"Lebih cepat lebih baik, gue ga mau Juan tahu keberadaan gue, gue yakin dia bakalan nyari tahu dimana gue tinggal dan itu sangat membahayakan Papa."
"Lo yakin mempercayakan perusahaan lo dipegang sama gue?" tanya Gerry meyakinkan.
"Gue yakin, di dunia ini hanya lo orang yang gue percaya dan bisa gue andalkan, dan gue yakin kalau lo ga mungkin mengkhianati gue."
"Ok kalau begitu, sebisa mungkin gue akan membuat perusahaan lo menjadi perusahaan no satu disini, dan gue bakalan ambil lagi perusahaan dan aset yang sudah Om dan Tante gue rebut."
Rubby tersenyum kearah Gerry membuat jantung Gerry berdetak tak karuan.
Tidak lama kemudian mobil Rubby pun sampai di butik langganannya.
"Lo serius ini butiknya?" tanya Gerry tidak percaya.
"Iya, ini butik langganan gue, memangnya kenapa?"
"Yang punya butik ini, Raisa kan? dia teman gue," sahut Gerry.
"Oh ya, seriusan?"
"Ya seriuslah, tapi sekarang dia ga bakalan kenalin gue karena wajah gue sudah berubah," sahut Gerry.
"Benar juga, ayo kita turun gue mau cari gaun buat nanti malam, cari jas juga buat lo."
Rubby pun turun dan memasuki butik tersebut...
"Selamat pagi Nona Rubby."
"Pagi, Raisanya ada?"
"Ada di ruangannya Nona, sebentar saya panggilkan dulu."
"Ok."
Gerry dan Kiting duduk di sofa yang tersedia disana, sementara Rubby tampak melihat-lihat gaun disana.
Tap..tap..tap..
Seorang wanita cantik yang perutnya terlihat membuncit menuruni anak tangga..
"Lihatlah, Nona muda mampir ke butikku," goda Raisa.
"Hai Raisa, lama tidak berjumpa."
Rubby dan Raisa cipika-cipiki dan berpelukkan, mereka memang sudah kenal lama. Gerry hanya bisa memperhatikan keduanya, Raisa adalah teman kuliah Gerry, dia begitu baik dan sekarang dia sudah menikah dengan seorang pengusaha.
"Maaf ya waktu pernikahan kamu, aku tidak datang soalnya waktu itu aku masih di Australia mengurus perusahaanku," sesal Rubby.
"Tidak apa-apa, aku tahu kok bagaimana kesibukan seorang Rubby Caesa Gilbert," sahut Raisa.
Pandangan Raisa beralih kepada dua pria yang sedang duduk di sofa. Raisa memperhatikan Gerry, dia merasa kenal dengan Gerry tapi wajahnya sangat asing.
"Mereka siapa By?" tanya Raisa.
"Oh, mereka Bodyguardku."
"Hallo namaku Raisa."
"Kiting."
"Gerry."
"Hah...Gerry," gumam Raisa.
"Kenapa Sa?" tanya Rubby.
"Ah tidak, dulu aku punya teman namanya Gerry juga tapi sekarang dia sudah meninggal," sahut Raisa sedih.
Rubby, Gerry, dan Kiting hanya bisa saling pandang satu sama lain. Mereka tahu kalau Gerry yang dimaksud Raisa itu adalah Gerry yang saat ini berada dihadapannya.
"Kalau boleh tahu, dia meninggalnya kenapa?" tanya Rubby pura-pura tidak tahu.
"Katanya sih kecelakaan, mobilnya masuk jurang tapi menurut aku kematian Gerry itu aneh deh," sahut Raisa.
"Aneh kenapa?" tanya Rubby.
"Kita duduk dulu, pegal tahu ngobrol sambil berdiri seperti ini," sahut Raisa terkekeh.
Mereka berempat pun duduk di sofa...
"Menurutku aneh saja, masa jasadnya sama sekali tidak ditemukan. Kita pikir saja secara logika, ok mobil Gerry meledak hancur dan pastinya jasad Gerry pun hancur, tapi kan setidaknya pasti masih ada dong serpihan tubuh Gerry tapi polisi sama sekali tidak menemukannya, waktu itu aku ingin sekali polisi mengusut tuntas kecelakaan Gerry tapi Om Darius melarangnya dan menutup kasus itu, tapi aku yakin kalau Gerry masih hidup," seru Raisa dengan tatapan sedihnya.
Gerry sudah mengepalkan tangannya mendengar cerita dari Raisa, Kiting terlihat menepuk pundak Gerry untuk menenangkan Gerry.
"Kenapa kamu berpikiran kalau Gerry masih hidup?" tanya Rubby lagi.
"Karena polisi tidak menemukan sedikit pun jasad Gerry, dan aku selalu berdo'a kalau Gerry ada yang menyelamatkan dan sekarang masih hidup."
"Gue masih hidup Raisa, ini gue Gerry," batin Gerry.
Rubby tersenyum dan menoleh kearah Gerry..
"Oh iya, kok kita jadi ngomongin teman aku sih, kamu kan kesini mau mencoba gaun yang aku buat, ayo kita ke kamar ganti," ajak Raisa.
Raisa memperlihatkan gaun yang sudah dibuat khusus untuk Rubby, Raisa sangat tahu dengan selera Rubby kalau model gaun yang Rubby pesan selalu yang memperlihatkan kemolekan tubuh indahnya. Memang image Rubby identik harus sexi tapi anggun.
"Wow, cantik banget gaunnya," seru Rubby dengan senangnya.
"Mau dicoba dulu?" tanya Raisa.
"Tidak usah, aku yakin kamu sudah tahu ukuran tubuh aku seperti apa. Jas untuk Gerry pun sudah selesai kan?"
"Sudah dong, kamu tinggal bawa saja. Oh iya By, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Raisa.
"Kamu mau tanya apa?"
"Seriusan Gerry itu Bodyguard kamu?"
"Iya, memangnya kenapa?"
"Kalian itu lebih cocok jadi sepasang kekasih dibandingkan menjadi pasangan Bos dan anak buah."
"Kamu bisa saja," sahut Rubby tersipu malu.
"Seriusan, malah dulu aku sempat berencana mau kenalin kamu sama Gerry teman aku itu, karena Gerry merupakan pria setia kalau dia sudah mencintai seorang wanita, dia akan berusaha menjaga dan melindungi wanita itu, tapi dulu dasar Chelseanya saja yang tidak tahu malu membuang Gerry begitu saja karena mendengar kalau Gerry sudah bangkrut," kesal Raisa.
"Iya Raisa, aku juga tahu kalau Gerry pria yang sangat baik, tapi aku belum yakin dengan perasaanku," batin Rubby.
"Woi, kok malah melamun," seru Raisa dengan menepuk pundak Rubby.
"Ah iya, maaf."
"Kamu nanti malam mau datang bersama Herry itu?"
"Iya."
"Sudahlah By, kamu mendingan jadian saja sama dia kalian cocok kok."
"Apaan sih, sudah ah aku mau pergi ke kantor nanti gaun sama jasnya kamu kirim ke rumah aku saja dan pembayarannya sudah aku transfer ke rekening kamu."
"Ok, terima kasih Nona Bos," goda Raisa.
"Kamu itu ya, ya sudah ayo kita keluar," ajak Rubby.
Raisa dan Rubby pun keluar dari ruangan ganti..
"Ok, kalau begitu aku pergi dulu."
"Siap, sampai bertemu nanti malam."
Rubby pun pamitan dan kembali memeluk Raisa, setelah itu mobil Rubby pun mulai melaju meninggalkan butik milik Raisa.
"Kok aku merasa kalau dia Gerry teman aku, dari tatapannya sama persis seperti Gerry," gumam Raisa.
Selama dalam perjalanan, Gerry tampak diam dan murung, Rubby tahu apa alasan Gerry seperti itu. Hingga tidak lama kemudian, mereka sampai di Kantor.
Seperti biasa Gerry membukakan pintu mobil untuk Rubby dan selalu siaga takut ada yang mengikuti mereka. Tapi kali ini Gerry yang menyebalkan dan suka menggoda Rubby hilang entah kemana diganti dengan Gerry yang diam dan murung.
Sampai di ruangan Rubby pun, Gerry masih diam. Kiting tidak berani mengajak Gerry bicara, Kiting takut kena damprat, begitu pun dengan Rubby tapi Rubby merasa jengah dan tidak nyaman.
"Hai Gerry, mau sampai kapan lo diam terus seperti itu? lama-lama lo bisa buat gue stres karena sikap lo," ketus Rubby dengan melipat tangannya di dada.
Gerry menoleh kearah Rubby dan menaikkan satu alisnya tanda dia tidak mengerti dengan ucapan Rubby.
"Maksud lo apa?" tanya Gerry.
"Gue ga suka lo diam kaya gitu, biasanya juga lo nyebelin godain gue," sahut Rubby.
"Oh jadi lo mulai suka ya digodain sama gue," seru Gerry.
"Bu--bukan be--gitu," sahut Rubby gugup.
Melihat Rubby gugup seperti itu, Gerry berniat ingin menggoda Rubby. Gerry mencondongkan tubuhnya kearah Rubby, sehingga membuat Rubby memundurkan tubuhnya dan wajahnya kembali memerah.
"Kenapa lo gugup? jangan bilang lo jatuh cinta sama gue?" goda Gerry dengan menaik turunkan alisnya.
Dengan kesalnya Rubby mendorong kening Gerry dengan jari tulunjuknya supaya menjauh dari wajahnya.
"Percaya diri banget anda jadi orang, bukan gue yang jatuh cinta tapi lo kan yang jatuh cinta sama gue," sergah Rubby.
"Kalau iya, terus lo mau ngapain?" sahut Gerry dengan santainya.
Rubby melongo mendengar jawaban dari Gerry, Rubby sudah tidak bisa menjawab lagi dia sudah mati kutu dihadapan Gerry. Akhirnya Rubby memilih fokus kembali ke laptopnya dan mengerjakan pekerjaannya.
Sedangkan Kiting yang dari tadi melihat drama queen dihadapannya hanya senyum-senyum sendiri. Rubby dan Gerry pun fokus dengan laptop masing-masing, hingga Gerry pun berniat untuk mengambil bolpoint tapi Garry tidak sengaja malah memegang tangan Rubby.
Rubby menoleh dan sesaat mereka saling pandang satu sama lain, bahkan jantung keduanya pun sudah dag-dig-dug tak karuan.
"Yaelah, dari tadi gue lihat lo sama Bos cantik so sweet banget, sudahlah kalian jadian saja kalian sudah cocok kok," seru Kiting nyengir.
"DIAM...." teriak Rubby dan Gerry bersamaan membuat Kiting terlonjak karena terkejut.
"Astaga, biasa aja kali ngomongnya," ketus Kiting.
Rubby dan Gerry kembali menyelesaikan pekerjaannya karena hari ini mereka akan pulang siang karena malamnya akan menghadiri acara ulang tahun pernikahan Darius dan Dona.
***
Malam pun tiba...
Gerry sudah menunggu Rubby dengan gelisah, entah mengapa malam ini dia merasa gugup dan nervous.
Tap..tap..tap..
Suara heels Rubby menuruni anak tangga terdengar nyaring, membuat Gerry seketika menoleh kearah tangga.
Rubby muncul dengan pakaiannya yang sexi namun masih terlihat anggun, membuat Gerry seketika melongo melihat penampilan Rubby.
"Ayo kita berangkat," ajak Rubby.
"Ah i--iya."
Gerry dengan cepat membukakan pintu mobil untuk Rubby. Kali ini Gerry dan Rubby menggunakan mobil Ferrarri warna merah.
Selama dalam perjalanan mereka hanya diam tidak ada yang berani memulai obrolan. Sebenarnya mereka berdua sedang mencoba menenangkan jantungnya yang terus saja berdetak tak karuan.
Tidak lama kemudian, mobil yang dikendarai Gerry pun masuk ke pelataran hotel mewah. Setelah memarkirkan mobilnya, Gerry langsung menghampiri Rubby yang berdiri didepan pintu masuk.
"Ayo kita masuk," ajak Gerry.
Tanpa diduga-duga, Rubby mengalungkan tangannya ke lengan Gerry membuat Gerry semakin canggung.
"Kenapa diam? ayo kita masuk," seru Rubby.
Malam ini Rubby dan Gerry menjadi pusat perhatian, pasalnya kebanyakan para tamu undangan tidak mengenal mereka dan sebagian kecil kenal kepada Rubby sebagai puteri dari Robby Gilbert.
Sepasang mata tampak menatap tajam kearah Rubby dan Gerry menandakan kebencian yang sangat luar biasa, siapa lagi kalau bukan Juan.
Sementara itu Rubby mengajak Gerry bertemu dengan Darius dan Dona untuk mengucapkan selamat kepada mereka. Tapi disaat melihat wajah Darius dan Dona yang sedang tertawa bahagia membuat Gerry menghentikan langkahnya dan tangannya pun mulai bergetar menahan gejolak amarah yang sangat memuncak.
Rubby merasakan hal itu dan menoleh kearah Gerry, terlihat wajah Gerry yang sudah mulai menegang.
"It's ok Gerry, lo harus tenang jangan perlihatkan sisi lemah lo," bisik Rubby di telinga Gerry.
"Lo benar, gue harus bersikap santai. Ayo kita kesana."
Rubby dan Gerry menghampiri Darius dan Dona.
"Selamat Pak Darius dan Bu Dona untuk ulang tahun pernikahan kalian, semoga kalian selalu diberikan kesehatan," seru Rubby dengan menjabat tangan keduanya.
"Wow, terima kasih Nona Rubby. Suatu kehormatan untuk kami karena seorang Nona Rubby sudi menyempatkan diri untuk hadir ke acara kami," sahut Darius.
"Ah Pak Darius terlalu berlebihan, oh iya kenalkan ini kekasih saya namanya Gerry Angkasa," seru Rubby.
"Ger--gerry," gumam Darius gugup.
"Hallo Pak Darius, saya Gerry senang berkenalan dengan anda," seru Gerry dengan mengulurkan tangannya.
Dengan tangan yang masih bergetar, Darius menjabat tangan Gerry.
"Astaga, kenapa orang ini sangat mirip dengan Gerry. Walaupun wajah dan nama tidak sama tapi tatapan itu hanya Gerry yang punya," batin Darius.
"Kenapa Pak Darius tiba-tiba pucat seperti itu?" tanya Rubby sehingga mengagetkan Darius.
"Ah tidak apa-apa Nona."
"Kalau begitu kami permisi dulu."
"Silakan Nona."
Rubby dan Gerry mulai menikmati minuman yang tersedia.
"Ger, gue ke toilet dulu sebentar."
"Mau gue antar?"
"Tidak usah, gue bisa sendiri."
"Tapi lo harus hati-hati."
"Ok."
Rubby pun melangkahkan kakinya menuju toilet, namun sayang Juan mengetahuinya. Juan dari tadi memang memperhatikan gerak-gerik Rubby. Setelah Rubby selesai dari toilet, betapa terkejutnya Rubby saat melihat Juan sudah berdiri sana.
"Wow, kamu sangat cantik dan sexi, Baby."
Rubby tidak menghiraukan Juan, dan hendak melangkahkan kaki meninggalkan Juan tapi dengan sigap Juan menarik lengan Rubby.
"Mau kemana Baby, jangan buru-burulah kita senang-senang dulu."
"Lepasin gue, Juan," bentak Rubby.
"Lepaskan calon istri gue," seru Gerry.
Juan menoleh, Rubby cepat-cepat berlari kearah Gerry.
"Hahaha...apa aku tidak salah dengar? kamu menyebut Rubby dengan sebutan calon istri, lucu sekali," ledek Juan dengan tertawa terbahak-bahak.
"Rubby memang calon istri gue."
"Iya, Gerry calon suami gue," sambung Rubby.
Juan tampak mengepalkan tangannya, dia tidak terima kalau harus kalah oleh tikus kecil seperti Gerry.
"Jangan bercanda, itu sungguh tidak lucu. Pasti kamu hanya pura-pura saja kan Baby, masa kamu mau menikah dengan anak buah kamu sendiri," seru Juan yang masih memperlihatkan senyumannya.
"Siapa yang pura-pura, gue mencintai Gerry dan asalan lo tahu, Gerry bukan orang sembarangan," sahut Rubby.
"Aku tidak percaya, paling itu hanya akal-akalan kamu saja untuk menghindariku, iya kan? itu sama sekali tidak akan mempengaruhi perasaanku terhadapmu, Rubby," seru Juan.
Rubby membalikkan tubuh Gerry supaya berhadapan dengan dirinya.
"Maafin gue, Ger," bisik Rubby.
Tanpa aba-aba lagi, Rubby mencium bibir Gerry dihadapan Juan. Juan melotot, begitu pun dengan Gerry yang sama terkejutnya, Gerry menarik pinggang ramping Rubby sehingga mereka semakin dekat dan Gerry pun mengikuti permainan Rubby.
Gerry semakin memperdalam ciumannya, membuat Juan kembali mengepalkan tangannya. Juan akhirnya meninggalkan sepasang manusia yang sedang berciuman itu.
Rubby perlahan melepaskan pungutannya, nafasnya terlihat ngos-ngosan begitu pun dengan Gerry, kedua kening mereka menempel dan Rubby terlihat memejamkan matanya.
💰
💰
💰
💰
💰
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
Mantap