"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"
"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Arya masuk ke rumah dan melihat Mery yang telah membawa semua sisa makanan dan piring kotor ke arah dapur, Arya pun segera mengikuti langkah Mery dan juga segera membantunya. Dia terus mengulas senyum seakan seorang anak remaja yang tengah kasmaran. "Kenapa kamu senyum-senyum terus seperti itu?" tanya Mery yang pura-pura tidak tahu.
"Apa kamu tahu, aku baru saja menemui siapa?" tanya Arya.
"Tentu saja aku tidak tahu, apa kamu kira aku ini dukun? Sehingga bisa mengetahui sesuatu yang ada di balik tembok?" tanya Mery sembari membuang sisa makanan ke bak sampah yang ada di dapur.
"Aku baru saja menemui Hany," ucap Arya akhirnya, dengan nada yang sangat senang.
Degh.
Mery menghentikan aktivitasnya beberapa detik dengan degup jantungnya yang juga ikut terhenti. Arya berkata seakan tidak memikirkan perasaan Mery.
"Benarkah? pantas saja kamu kelihatan sangat bahagia," ucap Mery setelah dia menyadarkan dirinya dan berusaha menguasai emosi, sembari menaruh semua piring kotor ke dalam wastafel.
"Sini, biar aku saja yang mencuci piring," ucap Arya yang lalu menghampiri Mery di depan wastafel, serta segera menggantikan posisinya.
"Aku sebenarnya segan untuk bercerita padamu." Arya menghentikan ucapannya sembari mulai mencuci piring. Sementara Mery membuka kulkas dan mengambil buah dari sana.
"Cerita saja, bukankah kita sudah sepakat, bahwa tidak ada yang kita tutupi, aku juga ingin berbagi kebahagiaan denganmu," ucap Mery yang mencoba memancing. Arya pun dengan senang hati segera menceritakan semua yang dia bicarakan di dalam mobil saat bersama dengan Hany, sementara Mery memotong beberapa buah dan mendengarkan cerita Arya sembari memakan buah tersebut.
***
"Jadi Hany sudah setuju untuk menjalin hubungan lagi denganmu?" tanya Mery, setelah Arya menceritakan semuanya, tanpa ada yang dia tutupi.
"Emb, dia juga sudah tidak marah dengan kejadian saat aku salah menginput pembayaran barang-barang branded tadi siang," jawab Arya.
"Baguslah, aku turut senang jika akhirnya Hany tidak lagi salah paham denganmu. Dia juga tidak salah paham denganku kan? Dia tidak menyalahkan aku atas pernikahan kita yang dijodohkan ini kan?" tanya Mery.
"Tentu saja tidak, aku sudah menjelaskan semua padanya. Sepertinya obrolan kita tadi juga semakin hangat dan kembali seperti dulu," jawab Arya. Mery pun mengangguk tipis.
"Tapi Arya, aku punya satu permintaan," ucap Mery yang seketika membuat Arya menghentikan aktivitas cuci piringnya dan segera menoleh ke arah Mery.
"Bisakah kamu tidak membawanya kemari?" tanya Mery dengan sedikit ragu. Arya terdiam dan menarik nafas.
"Selama aku masih menjadi istrimu, aku tidak ingin ada wanita lain yang menginjak rumah ini. Akan berbeda lagi jika kita sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama 2 tahun dan memutuskan untuk tetap bercerai, setelah aku keluar dari rumah ini, terserah kamu jika ingin membawanya pulang," jelas Mery.
"Oke, aku tidak akan membawanya pulang, aku juga belum siap untuk memamerkannya di depan umum, takut jika nanti kami tiba-tiba tidak sengaja bertemu dengan Ayah atau keluarga yang lain," jelas Arya.
"Kamu juga tidak lupa kan dengan perjanjian kontrak yang telah kita sepakati, bahwa kamu harus lekas pulang setelah pekerjaanmu selesai, kamu harus mendengarkan keluh kesahku dan ... "
"Iya, iya, iya, tenang saja Mery. Aku mengingat semuanya, aku tidak akan mengingkari komitmen yang sudah kita sepakati berdua, itu juga sebagai rasa terima kasihku, karena kamu sudah mau mengerti posisiku. Aku juga minta maaf kepadamu, karena harus menempatkan dirimu dalam pernikahan palsu ini." Arya segera memotong ucapan Mery dan menjelaskan semuanya.
"Baiklah kalau kamu mengerti, semoga saja untuk kedepannya, semua bisa berjalan dengan lancar dan kita bisa hidup dengan damai," ucap Mery yang segera menyudahi memakan buah. Dia pun berlalu pergi ke kamar terlebih dahulu, sementara Arya masih terdiam sembari senyum-senyum sendiri di dapur, sembari makan sisa potongan buah milik Mery tadi.
"Apa kamu sesenang itu bisa kembali bersama Hany? Tunggulah, aku akan mencari tahu semua tentang Hany, seperti apa dia sebenarnya. Jika memang dia adalah yang terbaik untukmu, belum sampai 2 tahun pun aku akan melepaskan kamu, tapi jika dia tidak lebih baik dariku, jangan harap kamu bisa lepas dari pernikahan ini," monolog Mery dalam hati, sembari melangkah ke atas tangga dan melihat ke arah Arya yang terus tersenyum sendiri di dapur.
***
Keesokan harinya saat istirahat makan siang, Mery mengajak sekretaris Arya untuk mengembalikan semua barang-barang branded yang kemarin di buang di lantai begitu saja oleh Hany dengan sombongnya.
Atika, sekretaris Arya, tentu saja dia merasa sangat senang saat diajak jalan-jalan seperti itu. Terlebih Mery juga mengatakan bahwa nanti hasil dari pengembalian barang-barang tersebut akan dibagi dua.
Mery juga tidak ingkar janji, setelah semuanya beres dan toko mengembalikan dengan uang cash, maka hasilnya segera mereka bagi dua. Belum lagi setelah itu, Atika masih ditraktir makan siang serta dibelikan beberapa barang dari hasil uang tadi. "Bu Mery, terima kasih sekali karena sudah sangat baik padaku," ucap Atika saat mereka berdua sedang makan.
"Apa kamu tahu bahwa di dunia ini, segalanya tidak ada yang gratis," ucap Mery yang seketika membuat Atika mengerutkan keningnya.
"Apa yang harus saya lakukan Bu?" tanya Atika, setelah dia terdiam beberapa detik dan segera mengerti maksud dari Mery.
"Kamu pasti tahu kan bahwa Arya memiliki mantan pacar," ucap Mery.
"Iya Bu saya tahu. Orang yang kemarin itu kan? Namanya Bu Hany. Dia sangat berbanding terbalik dengan Bu Mery yang sangat baik, dia sangat angkuh," jawab Atika.
"Apa kamu mengenalnya dengan baik?" tanya Mery.
"Saya tidak kenal, tapi selama mereka berdua menjalin hubungan, semua orang di kantor tidak ada yang suka dengan Bu Hany," jelas Atika. Mery mengangguk tipis beberapa kali.
"Jadi setidaknya kamu sedikit banyak mengetahui tentang sikap dia.”
“Aku ingin kamu menceritakan padaku semuanya secara detail yang kamu ketahui tentang Hany, karena akhir-akhir ini, sepertinya mereka berdua mulai berkomunikasi kembali, jadi aku juga ingin kamu melaporkan padaku, saat Arya melakukan gerak-gerik yang mencurigakan," suruh Mery.
"Oh tenang saja kalau masalah itu Bu, dengan sangat senang hati aku akan melakukannya, karena aku juga lebih senang kalau Pak Arya bersama Bu Mery daripada bersama dengan Bu Hany," ucap Atika dengan mulut penuhnya. Mery melihat Atika yang terlihat sangat polos, dia sepertinya memang tipe orang yang akan melakukan semua tugas dari atasannya. Mery terus memandangi Atika yang lahap memakan makan siangnya itu dengan tersenyum.
Mery merogoh tasnya, dia mengambil ponsel dan segera mengirim pesan pada Ayah Handoko. Mery mengatakan bahwa dia menginginkan pertemuan dengan Ayah Handoko di waktu dekat.
Setelah mengirim pesan, Mery pun juga segera memakan hidangan makan siangnya yang sudah ada di hadapannya dari tadi, mungkin hidangan tersebut juga sudah terasa sangat dingin, tapi Mery tetap memakannya dengan senang, karena Atika yang ada di hadapannya selalu saja mencari topik pembicaraan yang menyenangkan, sehingga membuat Mery sedikit bisa melupakan urusan rumah tangganya saat ini. Sebenarnya Atika memang orang yang sangat asyik saat diajak mengobrol dan bertukar pendapat.