Seberapa tega orang tua kamu?
Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIBA-TIBA
"Ya Allah, No'. Saya juga gak jelek-jelek amat lah, No'!" ucap Pak Subhan sedikit tersinggung dengan sindiran Nou. Rekan kerja lainnya tertawa ngakak, bahkan Pak Wicaksono pun ikut tertawa.
"Terus simpanan Pak Subhan siapa?" tanya Nou, hanya dia saja yang berani bertanya soal pribadi, masalahnya perlu dijelaskan karena berefek hampir melukai dirinya juga. Pak Subhan melirik Pak Wicak dan beberapa rekan lain.
"Gak pa-pa, silahkan cerita agar tidak ada korban seperti Nou," ucap Pak Wicaksono berniat nimbrung dengan obrolan para karyawannya. Adrian pun mengalah, memberi tempat duduk pada Pak Wicaksono, pekerja di lantai tier 1 bergerombol di meja Nou, dengan narasumber Pak Subhan, beberapa karyawan lain menarik kursi, mendekat ke arah meja Nou. Bahkan Yesi sempat memotret moment kebersamaan di tier 1. Yesi menahan tawa Nou dan Wicaksono duduk di kursi yang berdampingan. Justru Yesi malah salfok dengan posisi keduanya.
"Kirana!"
"Hah?" rekan lain bahkan Pak Wicaksono ikut kaget mendengar pengakuan Pak Subhan. Pasalnya gadis berjilbab itu merupakan salah satu karyawan baik di kantor ini, memang banyak yang heran saat dia pengajuan resign, dengan alasan orang tuanya sakit, padahal menjadi istri kedua Pak Subhan. Posisi Kirana digantikan oleh Nou sekarang.
"Waduh, posisi keramat dong," ceplos Nou yang membuat rekan kerjanya tertawa.
"Kok bisa Pak Sub?" tanya Adrian. Mulut ceriwisnya tak tahan kalau hanya mendapat info separoh begini.
"Ya saya jatuh cinta, mungkin puber kedua kali ya, saya dan dia diam-diam menjalin komunikasi, saya beberapa kali ke kontrakannya, dan ya akhirnya saya menikahi dia. Untuk urusan hutang dengan Bu Mar itu murni untuk menutupi gaya hidup istri pertama saya, Pak. Dia menganggap gaji saya banyak terus, akhirnya gaya hidupnya tinggi. Kami sering cek-cok, dan saya pun sudah pusing dengan sikapnya yang gali lubang tutup lubang gitu. Pelampiasan saya ya melihat wajah cantik Kirana."
"Ihir," Adrian pelakunya, menambah kekonyolan mereka.
"Tapi Pak kasihan Istri Bapak loh," ucap Nou, dan diangguki oleh beberapa rekan perempuan. Wicaksono dengan gaya bossy menatap Nou. "Maaf ya, Pak. Karena hati seorang perempuan pasti sakit mendapati suami mendua."
"Lebih baik pilih salah satu, Pak!" tambah Elsa sedikit geram.
"Enggak pa-pa, lagian dengan Kirana juga hanya siri aja."
"Hem tambah bodoh lagi," ujar Nou dan diangguki Wicaksono.
"Saya harap Pak Subhan tidak membuat masalah lagi di kantor, apalagi sampai ada korban jambak seperti tadi, selesaikan urusan pribadi di rumah, dan bijaklah menjadi seorang laki-laki," ujar Pak Wicaksono kemudian beranjak pergi dan menyuruh mereka kembali ke tempat kerja masing-masing.
Yesi bikin gara-gara, ia mengirim foto tadi ke grup tanpa Pak Wicaksono. Serasa melihat pengantin baru sedang dinasehati. Terlihat jelas Nou dan Wicaksono berdampingan.
Astaga sempat-sempatnya Mbak Yes. Elsa yang pertama mengomentari.
Post ah ke status, siapa tahu Pak Wicak notice.
Apaan sih, cuma duduk doang. Nou tak terima.
Dilihat-lihat cocok sih sama kamu, No'.
Jangan gitu nanti ada yang jealous.
Aku lebih ikhlas kamu yang jadi pacar Pak Wicak daripada sama si model.
Kerja woi kerja.
Adrian mengunggah foto itu ke status WA dengan caption, konferensi meja kantor.
"Kita lihat dikomentari Pak Wi gak," ujar Adrian, Nou hanya berdecak sebal.
"Emang Pak Wi sering ngomentari status karyawan?" Adrian menggeleng, mana sempat sih bos sibuk lihat status WA.
Sebuah keajaiban datang menjelang makan siang, sebuah chat masuk di ponsel Adrian. Dari Pak Bos.
Minta foto ini.
"Sumpah demi apa, No'!" Adrian mulai heboh, sampai menarik lengan Nou yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Apa sih," jawab Nou risih juga dipegang-pegang Adrian. Adrian menunjukkan room chat sebuah pesan dengan nama kontak Pak Bos. "Terus?"
"Ya elah, pasti Pak Bos sengaja minta foto karena ada kamu."
"Enggak ngerti deh, kenapa semua orang berniat menjodohkan aku sama Pak Bos sih, jauh banget coba gap kita. Nyungsep deh kalau aku kege-eran nanti."
"Dengerin ya No'. Pak Bos itu tipe orang yang patuh sama mamanya. Yakin deh kalau cari istri sesuai spek yang diminta mamanya."
"Pasti kasihan sang istri nanti, kalau diatur sama Nyonya. Kalau Pak Bos gak tegas," gumam Nou membayangkan sikap cerewet mama Pak Bos pada sang menantu. Bisa-bisa semua diatur mama dan istri Pak Bos tak berkutik.
"Ian, sudah dikirim?" Wicak sampai keluar ruangan menanyakan foto itu. Adrian sontak berdiri, dan bersikap hormat.
"Siap, Pak. Segera!" ujarnya dan membuat Nou menahan tawa. Adrian langsung mengirim foto itu. Entah apa yang akan dilakukan Pak Bos dengan foto itu, yang jelas tak ada kabar setelahnya.
Menjelang tidur, Nou sengaja berkirim pesan dengan ibu, hanya bertukar kabar saja dan menceritakan aktivitas masing-masing. Sedang asyik chat dengan ibu, ada sebuah pesan masuk dari Pak Bos. Nou sampai kaget.
No', ditanya mama nih. Kapan jalan lagi?
"Hah? Yakin gue dicariin? Perasaan Nyonya punya nomor gue deh," gumam Nou, dan menganggap pesan Pak Bos hanya modus pendekatan.
Oh ya, Pak. Nanti saya chat beliau saja.
Mama sering tanya kamu No'. Cuma beliau sungkan aja mau chat.
"Nih, Pak Bos gak sih, kok aneh banget chat sepanjang ini," Nou jelas heran, gak mungkin seorang bos mengirim pesan receh begini ke karyawannya. Terlebih tak pernah dekat dengan Nou.
No' kamu udah punya pacar?
"Nah, nah, aneh kan?" Nou semakin heran saja.
Ini Bapak gak sih? Kok aneh?
😘😘😘😘
Nou melongo melihat emoticon yang dikirim, dan Nou tak berani balas, tutup saja room chat agar status online tak terdetek. Ingin cerita sama Adrian, khawatir dia ember. Tanya Mbak Yesi khawatir disebar juga. Nou sedang memikirkan bagaimana bertemu Wicak di kantor. Otak berisik Nou dibuyarkan dengan panggilan telepon, Nou sampai mengerjapkan mata, "Gak salah nih, bos telepon?"
Ingin mengabaikan namun tak enak, terpaksa Nou pun mengangkatnya. "Iya, Pak?" sapa Nou sedikit takut.
"Nou, barusan ada pesan dari saya kah?"
"Ouh iya, Pak."
"Bisa kirim ke saya, screen shoot saja!" ucap beliau kemudian memantikan ponselnya. Dugaan Nou benar, pasti ponsel Wicak dibajak orang. Ia pun segera screen shoot dan kirim ke Pak Bos tersebut.
Maaf ya No'. Ponsel saya dipegang mama, tadi beliau pinjam ponsel saya katanya ponsel beliau mati. Ternyata buat chat kamu.
Nou menghela nafas berat, lega. Ternyata mama Pak Bos yang berulah, untung saja Nou tak membalas detail, haduh malu sekali kalau sampai membalas chat tersebut.
Ouh iya Pak, tidak apa-apa.
Kalau mau jalan sama mama, silahkan, saya kasih izin.
Terima kasih Pak. Lain kali saja.
Oke.
persaingan pengusaha muda vs dokter anak semakin kocak 🤣🤣
weh Weh emang bosmu gendeng cembukur dia
stop udah jangan di kirim lagi keterusan ga mandiri