Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teluh darah
Teriakan Doka menggema di goa miliknya ketika seorang prajuritnya datang membawa jasad kuda yang selalu dia percaya untuk menjaga lahan Samad. Dia tidak tahu kenapa bisa ada penyusup ke sana bahkan tidak mereka ketahui.
"Siapa yang melakukan ini!" teriak Doka
"Pekerja Samad bilang itu adalah ulah sesosok ular besar yang melingkar di pohon karet dan sosok kuntilanak tanpa mata tepat di kebun sebelah barat paduka" jawab prajurit lain
"Ada jejak?"
"Tidak ada sama sekali paduka, jejak mereka benar benar hilang seperti tidak ada sisa, kita bahkan tidak bisa meminta bantuan dari jin lain untuk masalah ini" jawab prajurit
"Rukmini, aku akan menemuinya, sampaikan pesanku pada penguasaan tanah Bagaskara itu, aku ingin bertemu dengannya secara empat mata" ungkap Doka
"Baik paduka" jawabnya
"Rukmini bukan hanya penguasa tanah Bagaskara, selain di sana dia juga merupakan ratu di Curug mangimuh, pasukan ku tidak akan sebanding dengan miliknya, apalagi dia sudah bersekutu dengan Hala" gumam Doka
"Satu satunya cara adalah dengan membuat semua jin di daerah ini memusuhi mereka" ucapnya lagi
Berita tentang kebun karetnya yang rusak karena ulah ular raksasa juga sudah sampai di telinga Samad, dia menghancurkan semuanya, barang barang di rumahnya berserakan di mana mana bahkan semua asisten rumah tangga dia pukuli.
"Pak, bapak tidak boleh begitu, mereka tidak bersalah" bujuk Sandi meminta para asisten rumah tangga itu segera pergi dari sana agar bisa selamat dari amukan Samad.
"Kebun kita Sandi, kebun kita hancur sampai setengahnya! Padahal itu adalah bagian lebih ya sudah siap panen dan dalam keadaan bagus" jawab Samad
"Sandi tahu pak, tapi percuma kita marah marah, kita hanya perlu menanam kembali pohon karet baru dan membersihkan tempat itu" balas Sandi
"Iya pak, dengan marah dan merusak barang, yang ada kita malah tambah rugi" bujuk Sani
"Kalian urus lah kebun yang rusak itu, bapak ingin pergi sebentar menenangkan diri"
"Akan Sandi urus pak, sebaiknya bapak tidak usah terlalu banyak pikiran" bujuk Sandi
Samad pergi, kata kata yang dia sebutkan untuk menenangkan diri adalah di tempat hiburan malam yang baru di buka di kota, dia sering ke sana hanya untuk sekedar minum minum atau main perempuan.
*****
Di tempat Dimas.
"Jadi semalam kamu pergi ke tempat Samad?" tanya Bintang
"Iya pa, Dimas kesal karena melihat luka di tangan Ghifari, anak itu tidak punya salah apapun tapi harus kesakitan karena ulah mereka, bagaimana kalau sampai Ghifari telat di tolong saat itu" jawab Dimas
"Papa tahu perbuatan mereka salah, tapi kan itu tidak bisa kamu jadikan alasan untuk membalas mereka Dimas, bagiamana kalau sampai kamu ketahuan di sana, para jin mungkin tidak bisa melakukan apapun padamu, tapi para manusia itu bisa Dimas" ucap Bintang
"Dimas sudah memastikan semuanya aman pa, papa tenang saja"
Dimas Lalu pamit untuk ke bengkel, dia akan mengantarkan adik adiknya sekolah terlebih dahulu dan memastikan Uyung ada di sekolah untuk menjaga adik adik Dimas
"Kenapa mukanya di tekuk begitu dim?" tanya Gilang yang mampir ke bengkel
"Gue kesal karena orang yang nabrak Ghifari ternyata bunuh diri entah di bunuh gue juga nggak tahu" jawab Dimas
"Innalilahi, kapan kejadiannya?" tanya Sadam
"Tadi subuh, papa Galuh bilang dia sudah ke sana bersama pihak polisi dan malah mendapati orang itu sudah meninggal gantung diri, tapi gue yakin dia di bunuh orang yang udah nyuruh dia" jawab Dimas
"Berartii nggak ada bukti dong, dan orang yang jadi dalang semuanya itu justru bisa bebas?" tanya Gilang
"Ya begitulah dan gue kesal" jawab Dimas
"Sudah, tidak apa apa, yang penting sekarang adalah Ghifari sudah baik baik saja, besok juga dia sudah bisa sekolah" ungkap Gibran
"Permisi kak, apa di sini jual lampu untuk motor kak?" tanya seorang perempuan yang sepertinya pekerja kantoran
"Ada, lampu motornya adek rusak?" tanya Panji langsung sigap membuat teman temannya mendelik
"Iya kak, nggak tahu kenapa tapi kalau pulang malam selalu lampunya nggak nyala, Laras takut soalnya tempat kerja Laras jauh" jawab perempuan bernama Laras itu
"Adek kerja di mana memangnya?" tanya Panji berpura pura memeriksa motor Laras
"Di kota kak, kebetulan Laras kerja di Bank, tapi karena jaraknya jauh dari kampung ini, Laras harus pulang kemalaman terus" jawab Laras
"Dari sini ke kota kan dua jam, kamu naik motor bolak balik empat jam apa tidak cape?" tanya Panji
"Mau bagaimana lagi kak, pekerjaan di kampung ini masih sedikit, dan Laras nggak mau pendidikan tinggi Laras hanya jadi pajangan saja di rumah" jawab Laras
"Memangnya kamu orang kampung mana?" tanya Panji
"Dari kampung lampuyang ka" jawab Laras
"Oh kampung lampuyang" jawab Panji
Dimas langsung mengambil alih motor Laras, sementara Panji di minta untuk duduk bersama Laras sambil mengobrol di kursi tunggu pelanggan yang di siapkan Dimas di depan bengkelnya.
"Modus mulai di lancarkan" sinis Gilang
"Lo benar, mungkin sebentar lagi akan ada orang gila di bengkel kita, yang senyam senyum sendiri" jawab Gibran
"Lampu motor perempuan itu masih bagus dan berfungsi baik ko" ucap Dimas
"Ko bisa? Katanya tadi sering mati kan?" tanya Gibran ikut mengecek lampu motor itu dan berfungsi dengan baik bahkan cukup bagus.
Sekarang mereka sedang saling pandang karena tidak ada bagian dari motor itu yang perlu di perbaiki, bahkan mesin dan ban motor juga aman dan bagus.
"Apa perempuan itu bohong?" tanya Gibran
"Nggak tahu, tapi ko dia bisa masuk ke dalam, biasanya kalau ada yang berniat buruk sering merasa kepanasan" jawab Dimas
"Mungkin nggak karena jalan yang dia lalui adalah jalan yang angker, kan ada jalan di tengah hutan karet itu yang katanya angker kalau malam hari" ucap Sadam
"Iya, mungkin saja begitu, perempuan itu kan tadi bilang dia tinggal di kampung lampuyang" sahut Gilang
Dimas lalu mengecek energi negatif dari motor itu yang mungkin masih tersisa dengan cara mendekatkan cincin miliknya pada body motor Laras, dan reaksinya sangat mengejutkan, asap hitam tiba tiba saja keluar dari dalam jok motor itu.
"Itu.. Santet darah" gumam Gibran yang mencium bau darah dari dalam jok motor Laras.
"Aakhhh perutku sakit!" teriak Laras dari arah luar
"Dimas, tolongin gue Dimas, Laras tiba tiba kesakitan" teriak Panji
"Siapa yang mengirim santet itu pada pemilik motor ini" gumam Dimas meminta Panji untuk membawa Laras ke teras rumah Lintang yang berada lebih dekat dari bengkel Dimas.