NovelToon NovelToon
Topeng Kemiskinan - Rahasia Sang Putri Yang Terkhianati

Topeng Kemiskinan - Rahasia Sang Putri Yang Terkhianati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.

Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.

Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.

Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.

Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Kebohongan Clara

"Nggak mungkin!" teriak Jamilah histeris, menggelengkan kepalanya tak percaya mendengar berita buruk dari perawat. Air mata sudah membanjiri pipinya, membentuk sungai kecil yang mengalir deras.

"Bukannya barusan Dokter Liam masuk? Kenapa dia tidak bisa menolong putriku?" tanya Jamilah dengan nada histeris kepada perawat, kebingungan dan keputusasaan terpancar jelas di wajahnya. Tangannya mencengkeram erat lengan perawat, mencari jawaban yang tak mungkin ada.

Perawat itu menggelengkan kepalanya dengan wajah sedih. "Saya tidak tahu kalian mendapatkan dokter itu dari mana, tapi... pisau dokter itu justru yang melukai lebih parah hingga jantung pasien berhenti berdetak." Suaranya lirih, nyaris tak terdengar di tengah hiruk pikuk emosi yang melanda lorong rumah sakit.

"Aku sudah bilang! Dokter itu tidak bisa dipercaya!" seru Anatasya dengan nada geram, menatap Clara dengan tatapan penuh curiga. Matanya menyipit, menelisik setiap inci ekspresi Clara, mencari kebohongan yang selama ini ia rasakan.

Jamilah menoleh dengan tatapan penuh amarah dan menyalahkan ke arah Clara. "Kamu! Kamu bawa dokter itu untuk melukai putriku?!" teriak Jamilah histeris, menunjuk Clara dengan jari gemetar. Tubuhnya bergetar hebat, antara syok dan kemarahan yang membakar.

Clara tampak panik dan ketakutan di bawah tatapan penuh amarah Jamilah. Wajahnya pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. "Nggak, bukan begitu! Sungguh! Kalau begitu, aku telepon Kak Julian sekarang! Dia pasti..." Clara meraih ponselnya dengan tangan gemetar, berusaha membuktikan bahwa ia memiliki niat baik.

Jari-jarinya salah mengetik nomor, semakin menunjukkan kepanikannya.

"Minggir!" Sebuah suara dingin dan tegas memecah ketegangan. Semua mata yang berada di lorong rumah sakit itu serentak menoleh ke arah sumber suara. Julian Santoso berdiri di ujung lorong, raut wajahnya datar namun memancarkan aura otoritas yang kuat. Langkahnya tegap dan cepat, seolah membawa badai yang siap menerjang siapa saja yang menghalangi.

Julian berjalan cepat menghampiri mereka. Matanya sekilas mencari sosok adiknya, Anatasya, namun sebelum tatapan mereka bertemu, Clara dengan cepat meraih lengannya. "Kak Julian, kamu datang," ucap Clara dengan nada lega bercampur harap, berusaha menarik perhatian Julian dan menjauhkannya dari Anatasya.

Namun, Julian menepis tangan Clara dengan kasar, tatapannya tetap fokus ke arah ruang operasi, tempat nyawa Winda tengah dipertaruhkan.

Julian menatap adiknya. "Kamu nggak papa?" Suaranya melembut, ada kekhawatiran yang tersirat di balik nada datarnya.

Anatasya menggeleng pelan, masih terpukul dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Tunggu kakak sebentar." ucap Julian memegang lengan Anatasya dengan lembut, memberikan sedikit kekuatan dan kepastian, lalu berlalu masuk ke ruang operasi. Pintu tertutup rapat di belakangnya, meninggalkan keheningan tegang di lorong.

Clara buru-buru menghampiri Adrian yang tampak tegang dan memegang lengannya erat. "Kak Adrian, aku sudah bilang aku pasti bantu sembuhkan Winda," ucap Clara dengan nada meyakinkan, berusaha menenangkan pria yang dicintainya itu dan menunjukkan bahwa ia memiliki niat baik. Ia menggenggam erat tangan Adrian, menyalurkan harapan palsu.

Adrian menatap Clara, sorot matanya bercampur antara kekhawatiran akan kondisi adiknya dan rasa terima kasih atas usaha Clara. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.

"Jangan khawatir, ya," ucap Clara lagi dengan nada manja, mengusap lembut lengan Adrian. Ia berusaha memanfaatkan momen ini untuk semakin mendekatkan diri pada Adrian, memanfaatkan kerapuhan emosinya.

Adrian memegang pergelangan tangan Clara dan mengecupnya sekilas. "Clara, kau memang baik padaku," ucapnya lirih, lalu tanpa sadar melirik ke arah Anatasya, seolah ingin menunjukkan kepada mantan istrinya bahwa ia kini memiliki seseorang yang lebih baik, seseorang yang ia yakini bisa memberikan kebahagiaan.

Anatasya yang melihat interaksi mesra Adrian dan Clara hanya bisa tertawa hambar. Sungguh, mantan suaminya itu benar-benar sangat bodoh. Bagaimana bisa ia begitu mudah termakan oleh drama Clara? Entah bagaimana lagi ia bisa membuat Adrian mengerti siapa sebenarnya Clara. Ia bahkan tidak habis pikir bagaimana bisa ia pernah menikah dengan pria sebodoh Adrian. Kekesalan dan keputusasaan bercampur aduk di hatinya.

Clara yang menyadari tawa sinis Anatasya langsung menatapnya dengan tidak suka. "Kenapa kamu tertawa, Tasya?!" tanyanya dengan nada ketus, merasa terganggu dengan reaksi mantan istri Adrian. Ia merasa Anatasya sedang mengejeknya dan Adrian, merusak momen kemenangannya.

"Aku tertawa karena kamu begitu narsis dan tidak tahu malu. Apa kamu yang membuat Kak Julian datang?" tanya Anatasya dengan nada mengejek.

"Tentu saja." Jawab Clara dengan nada angkuh, mengangkat dagunya sedikit.

"Sebelum aku datang aku meminta ayahnya menelpon Kak Julian. Kak Julian itu sepupuku, kalau bukan aku siapa lagi, apa kamu?" sinis Clara, berusaha merendahkan Anatasya.

"Benar, aku yang meminta Kak Julian datang," balas Anatasya dengan tenang, tidak terpancing emosi. Ia tahu Clara sedang berusaha memprovokasinya.

"Tasya, apa kamu mau goda Dokter Julian juga? aku peringatkan dia beda dengan majikan kaya mu itu. Cuma orang lapar yang nggak pilih makanan seperti kamu wanita murahan dan memuakan."

Nada suara Clara semakin meninggi, dipenuhi kebencian dan iri.

"Aku nggak perlu goda siapapun," desis Anatasya tajam, menatap Clara dengan tatapan dingin.

"Tasya, seseorang itu harus punya kesadaran diri! kalau nggak dia bakal jadi lelucon. Percaya atau enggak akan kulaporkan semua kelakuan mu pada kakakku. Mereka bakal membuatmu menderita seumur hidupmu." Clara mengancam dengan nada penuh keyakinan.

"Silahkan saja," jawab Anatasya datar, tidak sedikit pun merasa takut dengan ancaman Clara. Ia tahu kebenaran akan terungkap pada waktunya.

"Silahkan saja," ulang Clara dengan nada mengejek, merasa menang dalam perdebatan sengit itu. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa sedikit tidak nyaman dengan ketenangan Anatasya.

"Diam!" ucap Julian tegas, keluar dari ruang operasi dengan langkah lebar. Raut wajahnya masih tegang, namun ada sedikit kelegaan terpancar dari matanya.

"Kenapa ribut di rumah sakit? Ini tempat untuk orang sakit dan beristirahat," ucapnya, pandangannya menyapu semua orang yang berada di sana, mengisyaratkan ketidaksetujuannya dengan keributan yang terjadi.

Anatasya segera menghampiri kakaknya, raut wajahnya penuh harap dan kecemasan. "Kak Julian, apa operasinya sudah selesai? Winda nggak papa kan?" tanyanya dengan suara bergetar.

Julian mengangguk pelan, berusaha menenangkan adiknya. "Tenang saja. Semuanya sudah selesai."

Tiba-tiba, Anatasya didorong sedikit ke samping oleh Clara yang tiba-tiba menyela. "Maaf merepotkan kakak," ucap Clara dengan nada dibuat-buat, berusaha menarik perhatian Julian dan menunjukkan kepeduliannya.

Julian menoleh ke arah Clara dengan tatapan dingin. "Apa urusannya denganmu?" tanyanya ketus.

"Aku cuma mau tanya bagaimana kondisi Winda?" balas Clara dengan senyum manis yang dipaksakan.

"Dia sudah melewati masa kritis. Cukup istirahat beberapa hari dia akan sadar," jawab Julian singkat, tatapannya kembali beralih pada Anatasya.

Adrian yang tampak lega mendengar kabar baik itu segera menghampiri Julian dan menjabat tangannya dengan antusias. "Ah, Dokter Julian, aku sudah siapkan jamuan makan malam di restoran Hafuza sebagai ucapan terima kasih. Mohon terima jamuan ini," ucap Adrian dengan nada penuh harap. Namun, Julian dengan sopan melepaskan genggaman tangan Adrian.

"Maaf, Tuan Adrian, saya misofobia," ucap Julian datar.

"Saya tidak bisa makan dengan orang kotor. tambahnya.

Adrian terkejut kemudian tertawa kecil, menganggap ucapan Julian sebagai lelucon.

Clara yang berdiri di samping Adrian juga tampak sedikit terkejut dengan pengakuan Julian.

Anatasya sendiri hanya bisa menahan senyum tipis melihat ekspresi canggung mantan suaminya. Situasi di lorong rumah sakit itu kembali terasa tegang, meskipun kabar tentang kondisi Winda membawa sedikit kelegaan.

"Kak Adrian jangan marah, kebanyakan dokter memang misofobia. Apalagi Kak Julian orang hebat. Iyah kan, Kak?" ucap Clara cepat-cepat, berusaha menengahi dan mengambil hati Julian sekaligus Adrian. Ia menyunggingkan senyum manis ke arah Julian, berharap pria itu terkesan dengan pembelaannya.

Julian menatap Clara dengan alis terangkat, tatapannya menyelidik dan dingin. "Sebenarnya kamu siapa? Dan kenapa kamu memanggilku kakak?" tanyanya dengan nada tegas dan tanpa basa-basi. Pertanyaan itu menusuk Clara seperti anak panah, membuatnya kehilangan senyum palsunya.

Clara tergagap, berusaha mencari jawaban yang tepat.

Sementara itu, Anatasya tersenyum tipis melihat tingkah Clara yang berusaha keras menarik perhatian Julian. Senyumnya bukan senyum ramah, melainkan senyum sinis yang menyimpan ejekan dan kepuasan melihat kepura-puraan Clara mulai terungkap. Ia sudah hafal betul taktik Clara yang selalu berusaha memanfaatkan orang lain demi keuntungan dirinya. Anatasya menggelengkan kepalanya pelan, merasa geli sekaligus muak melihat betapa gigihnya Clara dalam memainkan perannya. Drama murahan ini, pikir Anatasya, sebentar lagi akan mencapai klimaksnya.

 

1
Heny
Duh clra gk malu y sok kenal sok akrab
Heny
Knp clara dan anastasya gk saling knl y
Heny
Baru kaya dkt sdh sombong
Ma Em
Clara tdk ada kapok2 nya sdh minta maaf malah skrg bertambah gila mau membuat Tasya menderita , siap2 saja Clara pasti hidupmu akan hancur dan untuk bu Jamilah dan Adrian sekarang kamu baru sadar dan baru tau bahwa Tasya adalah anak seorang pengusaha sukses Adrian menyesalkan karena sdh membuang berlian hanya untuk kerikil yg tajam pasti akan menusukmu Adrian
Ma Em
Thor kapan waktunya Adrian dan keluarganya tau bahwa Anatasya adalah putrinya Santoso, mau tau reaksi Adrian dan keluarganya begitu juga dgn Clara dan usaha si Adrian bangkrut agar si Andin dan ibunya yg sombong itu merasakan hdp nya susah lagi.
Ma Em
Kenapa sih Anatasya sama ibunya Adrian ditampar kok diam saja Ana itu bkn sabar tapi kamu terlalu bodoh jadi orang masa setiap di buly sama keluarga Adrian dan selalu dihina Ana diam saja tdk melawan heran saja ada orang dihina ditampar biasa saja , coba tunjukan Ana pada Adrian dan Clara bahwa kamu benar putri bungsu santoso kayanya punya empat kakak yg sangat menyayangi Anatasya tapi waktu Ana dihina dan tampar kok tdk ada yg belain , jadi ga seru karakter si Anatasya nya terlalu lemah
Ma Em
Thor maaf up nya yg banyak lagi seru2nya habis , ga sabar mau tau Adrian dan keluarganya hancur.
Ma Em
Fans apaan begitu fanatik hanya membahayakan orang saja .
Ma Em
Adrian pasti menyesal karena sdh menyakiti dan menyia nyiakan putri dari keluarga Santoso malah memuja muja si anak haram dari keluarga Santoso si Clara, si Adrian sdh salah pilih berlian yg sdh ada digenggaman malah Adrian lepaskan dan di tukar dgn tembaga
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novelku berjudul Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih. /Joyful/
total 1 replies
Ma Em
Thor tambah dong bab nya lagi seru banget ingin melihat reaksi tiga orang ini Adrian, Winda dan Clara setelah tau kalau Tasya adalah putri bungsu pak Santoso ditunggu thor upnya lagi.
Ma Em
Clara ngaku2 adik Rafael padahal teman2 Rafael sdh tau adik Rafael adalah Tasya bakalan malu tuh si Clara yg pede banget ngaku dari keluarga Santoso apalagi si Adrian dan si Winda kalau tau Tasya putri bungsu Santoso bakal pingsan dia.
Ma Em
Adrian dan keluarganya menghina Anatasya kok ga berhenti2 hina Tasya coba tunjukan sama kamu Tasya bahwa kamu putrinya tuan Santoso bungkam tuh mulut si Clara yg cuma anak selingkuhan saja kok bangga juga sama si Adrian sama keluarganya agar si Adrian menyesal karena sdh membuang berlian dan ngambil yg imitasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!