Topeng Kemiskinan - Rahasia Sang Putri Yang Terkhianati

Topeng Kemiskinan - Rahasia Sang Putri Yang Terkhianati

Bab 1

Anatasya, seorang wanita cantik dengan hati yang tulus, menjalani kehidupan yang jauh dari kemewahan. Tiga tahun lalu, ia menikahi Adrian Pratama, seorang pria sederhana yang bekerja sebagai pegawai di perusahaan kecil. Meskipun keluarganya tidak kaya, Anatasya mencintai Adrian karena kebaikan dan kesederhanaannya.

Setiap hari, Anatasya berjuang di pasar ikan, bergelut dengan bau amis dan kerasnya kehidupan. Ia tinggal bersama ibu mertua dan adik iparnya di sebuah rumah kecil yang penuh sesak. Meskipun kondisi ekonomi mereka sulit, Anatasya berusaha menjadi istri dan menantu yang baik.

Namun, di balik senyumnya, Anatasya menyimpan luka. Ia merindukan kehidupan yang lebih baik, kehidupan di mana ia tidak harus bergelut dengan bau amis setiap hari. Ia juga merindukan perhatian dan kasih sayang Adrian, yang semakin sibuk dengan pekerjaannya. Namun, Anatasya bukanlah wanita manja. Ia pekerja keras, mandiri, dan berdedikasi. Ia menyembunyikan rahasia besar, ia adalah putri bungsu keluarga konglomerat terkaya, yang sengaja menyamar demi cinta sejatinya. Dan supaya Adrian tidak merasa rendah diri.

Kerja keras Anatasya di pasar ikan membuahkan hasil. Ia berhasil membantu perekonomian keluarga, bahkan menginspirasi Adrian untuk mendirikan perusahaan sendiri. Terbukti saat ini perusahaannya berkembang semakin sukses.

Seperti biasa hari Anatasya sedang sibuk menata ikan segar di atas meja kayu nya. Aroma amis ikan bercampur dengan suara tawar-menawar yang riuh memenuhi pasar. Anatasya, dengan cekatan, menata ikan-ikan segar di atas meja kayunya.

Tangannya yang terampil membersihkan sisik dan memotong insang, sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Di tengah kesibukannya, ia tidak menyadari sepasang mata mengawasinya dari kejauhan.

Beberapa pria berjas hitam dengan kacamata hitam berdiri di tepi pasar, menyamar di antara para pembeli. Salah satu dari mereka berbicara melalui telepon genggamnya, suaranya pelan namun tegas. "Pak Damian, Pak Julian, Pak Rafael, kami telah menemukan Nona Anastasya."

Di tempat yang berbeda, Damian, Julian, dan Rafael menghentikan aktivitas mereka. Damian, sang pebisnis andal, menghentikan rapat pentingnya. Julian, dokter muda genius, menunda operasi yang dijadwalkan. Rafael, sang penyanyi top, membatalkan konsernya.

"Akhirnya," gumam Damian, matanya berkilat penuh tekad. "Kita jemput adik kita."

Iring-iringan mobil mewah memasuki kawasan pasar yang kumuh. Para pedagang dan pembeli terdiam, menatap tak percaya. Rafael, dengan gaya kasual namun tetap mempesona, keluar dari mobil pertama.

Rafael Santoso, putra ke tiga keluarga Santoso, bukannya hanya sebagai pewaris melainkan seorang seniman sejati. Jiwa bebasnya menolak terkurung dalam kemewahan, dan ia memilih meniti karier sebagai penyanyi. Karismanya yang memikat dan suara emasnya berhasil mencuri hati jutaan penggemar, menjadikannya salah satu penyanyi top di negeri ini.

"Itu Rafael, penyanyi top sedang apa dia di sini." gumam seorang gadis muda dengan mata berbinar.

Beberapa orang yang mengenalnya pun sama terkejutnya, mereka histeris takjub melihat idola mereka berada di dekat mereka dan mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam momen langka itu.

Julian, dengan jas dokternya yang rapi, keluar dari mobil kedua, diikuti Damian, dengan tatapan tajam dan aura misteriusnya.

Mereka bertiga berjalan beriringan, menembus kerumunan, menuju ke arah Anastasya. Para pedagang dan pembeli terdiam, terpaku melihat pemandangan langka itu.

Anatasya, yang sedang sibuk melayani pembeli, terkejut melihat ketiga pria tampan dan berkarisma itu berdiri di depannya. Matanya membelalak, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Anatasya," panggil Damian, suaranya lembut namun tegas.

Anatasya terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Air mata mulai menggenang di matanya. Ia merindukan keluarganya, tetapi ia juga takut rahasianya terbongkar.

"Kami merindukanmu, adik kecil," kata Rafael, senyumnya tulus.

Julian mengangguk, matanya menunjukkan kelegaan. "Kami datang untuk membawamu pulang."

"Kak Damian, Kak Julian, Kak Rafael kenapa ke sini?" tanya Anatasya menghentikan aktifitas nya memotong ikan.

Rafael, dengan tatapan sinis, menjawab "Tasya kamu pergi dari rumah 3 tahun yang lalu untuk berjualan ikan? mana si miskin itu?" ucap Rafael.

"Demi si miskin itu kamu ngga jadi nona keluarga Santoso. Mana dia? kenapa ngga nemenin kamu di sini?" tanya Julian menambahkan.

"Malam ini Adrian reuni, dia pergi makan malam. Oh yah Kak Julian jangan sebut dia si miskin, dia punya nama, Adrian Pratama. Sekarang dia nggak miskin lagi dia punya perusahaan, aset nya miliaran." ucap Anatasya tersenyum bangga.

"Kamu bodoh, cepat pulang!" seru Damian dengan nada dingin, menyela.

"Haisshhh, baik-baik. Aku mengerti. Dulu aku menyembunyikan identitasku dan ngga mau pulang karena latar belakang Mas Adrian kurang baik. Kalau ia tahu aku orang kaya dia mungkin tertekan. Tapi sekarang beda, dia sudah punya perusahaan sendiri."

Anatasya tersenyum. "Oh yah kebetulan hari ini hari jadi 3 tahun kami menikah. Aku akan memberitahukan nya sekarang. Anggap saja ini kejutan."

Tiba-tiba dering ponsel miliknya berdering.

"Ssttt ibu mertuaku menelpon." ucap Anastasya pada kakak-kakaknya dan menyuruh mereka diam.

"Halo, Bu." sapa Anastasya, dengan nada lembut.

"Cepat pulang! Cerai sama Adrian." seru ibu mertuanya, suaranya penuh amarah.

Anatasya terdiam, terpaku. Kata-kata ibu mertuanya seperti petir di siang bolong.

Kakak-kakaknya menatapnya dengan cemas, menunggu penjelasan.Ucapan mertua nya mengejutkan Anatasya membuatnya diam terpaku.

Di ruang keluarga yang mewah, Jamilah, sang ibu mertua, duduk dengan anggun di sofa beludru, matanya terpaku pada layar televisi yang menampilkan wajah tampan Adrian, putranya, dalam sebuah wawancara eksklusif. Kedua adik Jamilah, Rina dan Dewi, duduk di sisi kanan dan kirinya, ikut serta dalam kebanggaan yang meluap-luap.

"Lihatlah putraku, Adrian, masuk dalam daftar sepuluh pemuda berprestasi! Siapa yang sangka, anak seorang janda miskin bisa mencapai puncak kejayaan seperti ini?" Jamilah berseru, suaranya bergetar karena emosi.

"Benar, Kak Jamilah. Adrian memang luar biasa. Dulu, kita dipandang sebelah mata, dihina karena kemiskinan kita. Sekarang, semua orang menatap kagum pada keluarga kita," timpal Rina, matanya berbinar-binar.

Dewi mengangguk setuju, menambahkan, "Tidak akan ada lagi yang berani meremehkan kita. Adrian telah mengangkat derajat keluarga kita setinggi langit!"

Jamilah tersenyum puas, kenangan pahit masa lalu seolah terhapus oleh kilauan kesuksesan Adrian. Namun, di balik senyumnya, tersimpan rencana licik. Ia bertekad untuk memisahkan Adrian dari Anatasya, menantunya yang berprofesi sebagai penjual ikan. Baginya, Anatasya tidak pantas bersanding dengan Adrian yang sekarang menjadi pria terpandang.

"Adrian berhak mendapatkan wanita yang sepadan, seorang gadis cantik dari keluarga kaya raya. Anatasya hanya akan menjadi penghalang bagi kebahagiaan Adrian," gumam Jamilah dalam hati, matanya menyipit penuh perhitungan.

Rina dan Dewi, yang telah lama menjadi kaki tangan Jamilah, ikut menyetujui rencana tersebut. Mereka berdua juga tidak menyukai Anastasya yang dianggap tidak tahu diri dan tidak tahu berterima kasih.

Dewi, dengan mata berbinar, mengagumi piagam penghargaan yang terbingkai indah di tangannya.

"Lihat ini, piagam Adrian. Bagus sekali, bukan?" pujinya, suaranya penuh kekaguman. Jamilah, duduk di sofa mewah ruang keluarga yang dihiasi lampu kristal berkilauan, tersenyum bangga mendengar pujian itu.

Tiba-tiba, suasana tegang menyelimuti ruangan. Anatasya, dengan wajah pucat pasi dan tangan gemetar, muncul di ambang pintu. Matanya yang sembab menatap Jamilah dengan tatapan terluka.

"Ada apa, Bu? Kenapa Ibu menyuruh ku bercerai dengan Mas Adrian?" tanyanya lirih, suaranya bergetar menahan tangis. Di tangannya, tergenggam kantong plastik berisi ikan segar, bukti pekerjaannya sebagai penjual ikan.

Jamilah, yang tadinya bersikap anggun, berubah menjadi sosok yang penuh amarah dan penghinaan. "Diam! Jangan panggil aku 'Ibu'! Aku tidak punya menantu rendahan sepertimu!" bentaknya, suaranya menggema di seluruh ruangan.

Matanya yang tajam menatap Anatasya dengan jijik. "Lihat ini!" serunya, menunjuk layar televisi yang masih menampilkan wajah tampan Adrian.

"Putraku sekarang termasuk dalam jajaran sepuluh pemuda berprestasi! Kekayaannya berlimpah! Putri konglomerat pun pantas bersanding dengannya!"

Jamilah melirik Anatasya dengan sinis, merendahkannya dengan tatapan penuh kebencian. "Sedangkan kamu? Anak miskin yang tidak tahu asal-usul orang tuanya! Mau jadi menantuku? Apa pantas?" teriaknya, suaranya memekakkan telinga.

Anatasya, yang hatinya hancur berkeping-keping, mencoba membela diri dengan suara bergetar.

"Tapi dulu kalian juga miskin, tidak punya apa-apa. aku yang memberi Mas Adrian uang untuk memulai perusahaan hingga sukses seperti sekarang."

Jamilah, yang merasa harga dirinya diinjak-injak, melangkah maju dengan marah. "Omong kosong!" teriaknya, wajahnya memerah padam. "Kamu hanya tahu menjual ikan busuk dan udang busuk! Mana mungkin punya uang untuk membuka perusahaan?"

Dengan gerakan kasar, Jamilah merebut kantong plastik berisi ikan dari tangan Anatasya dan melemparkannya ke lantai. Ikan-ikan segar itu berhamburan, menebarkan bau amis yang menyengat di ruangan mewah itu. Anatasya terisak, air matanya jatuh membasahi pipi, merasa terhina dan direndahkan di rumah yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Heny

Heny

Baru kaya dkt sdh sombong

2025-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!