My Husband My Bos

Pagi itu Renata duduk di sisi ranjang sambil melamun membayangkan wajah putrinya yang ternyata sangat dekat dengan keluarga barunya.

Sesekali dia menatap suaminya yang masih terlelap.

" Kenapa menatapku seperti itu? Baru sadar ya kalau aku ini sangat tampan? " Ucap Jason dengan suara parau khas pria yang baru bangun dari tidur.

Renata tersenyum dan menggeleng perlahan

" Ternyata kamu sudah bangun mas? "

Jason meraih tangan Renata dan meletakkannya di pipinya sambil terus mengusapnya " Kamu mikirin apa sih sayang? Ceritakan kepada mas? Ehm coba mas tebak, apa kamu sudah menemukan putri kamu?".

Renata menganggukkan kepalanya membuat Jason menegakkan posisi duduknya dan memegangi pundak istrinya dan membuatnya saling berhadapan " Benarkah? Di mana dia sekarang? ".

" Mas sudah pernah bertemu kok, dia sangat cantik, semua yang dimilikinya mirip seperti mas Dion, hanya saja aku yang terlalu bodoh tidak menyadarinya dari awal" Jawab Renata sambil menunduk dan berkaca kaca.

Jason membenarkan duduknya dan memeluk tubuh istrinya " Dion memang sangatlah beruntung memiliki istri sepertimu sayang, tapi sekarang aku yang lebih beruntung dari Dion karena aku yang memilikimu saat ini".

Renata menepuk dada Jason pelan dan tangisan pun pecah membuat Jason semakin erat memeluk istrinya itu.

Hiks hiks hiks

" Sayang sayang sudah, ehm tadi kamu bilang mas pernah bertemu dengannya, apa maksudnya" Tanya Jason.

Renata pun mengedarkan pelukannya dan mengusap lembut pipinya yang basah oleh air mata " Tapi masih menunggu hasil test DNA keluar mas baru aku bisa yakin kalau dia memang benar benar putriku dengan mas Dion, nanti kamu juga tahu ".

(Dion adalah relasi bisnis Jason keduanya sama sama pembisnis yang hebat tapi naas untuk Dion yang harus meninggal dengan cara yang tragis. Nah, bagaimana Dion meninggal dan siapa yang telah menjebaknya,siapa dalang di balik semua ini? Akan dijelaskan di bab bab selanjutnya ya)

...💝💝💝...

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Ardan mulai membuka matanya dan mulai beranjak serta mencoba mengingat semuanya kenapa dirinya bisa ketiduran di sofa.

Setelah mengingat semuanya, Ardan pun melangkah masuk ke dalam kamarnya. Dilihatnya Emely masih tertidur pulas dengan posisi yang tidak karuan.

Ardan menghela nafasnya dalam dalam kemudian melangkah perlahan mendekati ranjang untuk membangunkan Emely karena dia juga harus masuk kerja hari ini.

Ardan menggeleng dan mulai menggoyang goyangkan lengan Emely, tapi begitu melihat posisi tidur gadis itu yang membuatnya mendesis tak percaya apalagi baju yang Emely kenakakan tersingkap hingga memperlihatkan perut dan pusar Emely yang putih.

" Astaga gadis ini! " Gumamnya.

Ardan adalah laki laki normal, melihat pemandangan yang menggoda di depan matanya sudah pasti membuatnya terbakar.

Ardan memejamkan matanya sesaat untuk membuang pikiran kotornya tapi Emely sudah mulai membuka matanya membuat Ardan bergegas turun dari ranjang dan berdiri memunggunginya.

Emely membuka matanya dan tersenyum tipis melihat Ardan yang berdiri di samping ranjang " Kenapa anda di situ tuan ? Jangan bilang kalau anda mau mencari cari kesempatan ".

Ardan mengepalkan tangannya dan memutar tubuhnya sambil mengerutkan rahangnya menahan emosi namun memaksakan untuk tersenyum getir " Oh ya aku? Mencari kesempatan? Maksudnya mencari kesempatan untuk menidurimu? ".

" Ehem, apalagi? " Jawab Emely enteng sambil membenarkan bajunya.

" Jangan bermimpi aku akan menyentuhmu nona, apalagi menganggapmu sebagai istri. Kalau bukan mamaku yang memaksa aku tidak akan sudi menikahimu! " Umpat Ardan dengan suara tinggi penuh kemarahan.

Emely pun beranjak dari posisinya dan berdiri di sisi ranjang sambil menunjuk pada Ardan dengan satu jari telunjuknya " Dengar ya tuan muda Ratore kalau bukan karena mama tiriku yang tidak menyayangiku itu memaksa aku pun ogah menjadi istrimu. Jangan dikira hanya kamu yang merasa menderita di sini, aku pun sama dan paling menderita dibanding dirimu".

Ardan menatap tajam wajah Emely yang tampak bersungut-sungut kemudian mencoba menahan semua amarahnya dengan menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskannya perlahan " Baiklah sekarang apa maumu? ".

" Memangnya perlu aku bicara sama kamu".

" Nona, aku sudah bicara baik baik sama kamu tapi kamu justru tidak menghargaiku jangan salahkan aku kalau aku tidak akan bersikap baik lagi kepadamu! " Tegas Ardan kemudian melangkah ke kamar mandi.

" Hhh aku gak butuh kebaikan darimu dasar, aku benci kamu! " Jawab Emely ketus.

Setelah beberapa menit berlalu, Ardan pun keluar dari kamar mandi dengan rambut dan tubuh basah serta handuk yang dililitkan di bawah pusar untuk menutupi aset berharganya.

Emely yang duduk sambil memainkan ponselnya pun terperanjat begitu melihat pemandangan langka yang jujur saja tidak pernah dilihatnya dan ini untuk pertama kali di dalam hidupnya. Emely terdiam sejenak karena takjup sambil menelan salivanya.

Ardan berdiri sambil berkacak pinggang dan seperti sengaja memamerkan kepada Emely perut sikcpak nya, dan itu berhasil membuat Emely berdecak kagum saat melihatnya.

" Wao tubuh Ardan bagus juga,ah apa sih kamu pikirkan Emely " Batin Emely kemudian melemparkan tatapannya ke arah yang lain.

Ardan menghela nafasnya kemudian berjalan ke arah lemari pakaiannya untuk berganti baju.

Sedangkan Emely segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya namun naas baru saja dia masuk tiba tiba kakinya terpeleset dan membuatnya terjatuh.

" Ach hhhh" Emely berteriak kecil membuat Ardan menghentikan kegiatannya mengancingkan kemejanya dan berjalan ke arah Emely yang sudah dalam posisi duduk di lantai kamar mandi tapi pintunya masih terbuka lebar.

" Apa yang kamu lakukan? Buruan mandi atau aku tinggal kamu di sini! " Gertak Ardan sambil merapikan kemejanya.

"Apa kamu tidak melihatnya aku terjatuh? Ih gak punya hati banget sih" Jawab Emely sambil menggerutu.

Dan Emely pun menutup pintu kamar mandinya untuk memulai kegiatannya membersihkan diri.

Ardan yang sudah rapi pun tak menghiraukan Emely yang masih berada di kamar mandi dan segera keluar dari kamarnya untuk mencari cari sesuatu yang dapat di makan di dalam kulkas untuk mengganjal perutnya.

Setelah satu jam, Ardan mulai tidak sabar menunggu istrinya bersiap du dalam kamarnya.

" Emely! Cepatlah, sudah siang atau aku akan pergi dan meninggalkanmu " Teriak Ardan.

"Tunggu tunggu, jangan tinggalkan aku sendirian di sini, tapi "Jawab Emely dari dalam kamar.

" Astaga, tapi apa lagi" Gumam Ardan sambil memijit mijit pelipisnya.

Ceklek

Emely pun keluar dari kamar dengan hanya memakai kemeja milik Ardan yang kebesaran namun memperlihatkan pahanya yang putih mulus.

Ardan menatapnya dengan melotot tajam, darahnya seketika menjadi panas dan sesuatu yang telah lama tertidur tiba tiba mulai bereaksi begitu melihat tubuh Emely yang nampak seksi meskipun terbungkus kemeja miliknya.

Emely meringis sambil menarik narik kemejanya agar menutupi pahanya yang terekspos oleh mata Ardan " Maaf tuan, bajuku basah jadi aku meminjam kemejamu".

Ardan terperanjat dan mengusap wajahnya dengan kasar " Ada ada saja kamu, ya sudah aku berangkat sendiri saja" Ucap Ardan kemudian memutar tubuhnya dan berjalan.

" Tunggu tuan, aku tidak mau di sini sendirian"

Ardan menghentikan langkahnya dan kembali memutar tubuhnya untuk menatap wajah merah istrinya " Apa! Kamu mau ke kantor dengan pakaian seperti ini? Apa kamu sudah tidak waras! ".

" Ehm ya tidak tapi aku mau pulang ke rumah saja, hari ini aku tidak masuk ke kantor jadi semua tugasku kamu sendiri yang mengurusnya.

Ardan menarik nafas panjang " Pintar sekali gadis ini " Gumam Ardan kemudian merogoh ponselnya yang berada di saku celananya " Baiklah tunggu saja di sini aku akan meminta Hansen untuk membawakan pakaianmu ".

Emely hanya terdiam dan menunggu Hansen datang untuk membawa pakaiannya.