NovelToon NovelToon
PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Dokter / Nikahmuda / Penyesalan Suami / Hamil di luar nikah
Popularitas:924
Nilai: 5
Nama Author: Ada Rasaku

Tiga tahun yang penuh perjuangan, Cathrine Haryono, seorang gadis desa yang memiliki ambisi besar untuk menjadi seorang Manager Penjualan Perusahaan Top Global dan memimpin puluhan orang dalam timnya menuju kesuksesan, harus menerima kenyataan pahit yang enggan dia terima, bahkan sampai saat ini.

Ketika kesempatan menuju mimpinya di depan mata, tak sabar menanti kehidupan kampus. Hari itu, seorang pria berusia 29 tahun, melakukan sesuatu yang menghancurkan segalanya.

Indra Abraham Nugraha, seorang dokter spesialis penyakit dalam, memaksa gadis berusia 18 tahun itu, menjalani takdir yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali dalam hidupnya.

Pria yang berstatus suaminya sekarang, membuatnya kehilangan banyak hal penting dalam hidupnya, termasuk dirinya sendiri. Catherine tidak menyerah, dia terus berjuang walaupun berkali-kali tumbang.

Indra, seseorang yang juga mengenyam pendidikan psikolog, justru menjadi penyebab, Cathrine menderita gangguan jiwa, PTSD dengan Skizofrenia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ada Rasaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1 | Bekas Cupang Semalam

Di cermin persegi horizontal itu, memantul mimik datar cenderung muak seorang wanita dengan tahi lalat dibawah ujung kanan matanya. Catherine Haryono, ketika membuat ikatan simpul syal di lehernya, dia mencengkeram erat kain itu. Sorotnya menyalang saat mengamati bekas cupang dari suaminya semalam.

Gerakannya terjeda, Catherine mendengus dan menatap ke sudut langit sebelah kanan. Dia mengumpat kasar dengan ekspresi kekesalan yang mendalam, "Ah! That f*cking shit! Shibal! Shibal! Argh ... Shibal sekiya!"

Dia lantas mencondongkan tubuh dengan kedua tangan sebagai penyangga dan menunduk. Saat memejamkan mata, rasa frustasinya makin melonjak, ketika bayang-bayang adegan semalam memutar dalam pikirannya.

Dia tidak mencintai pria itu, atau bahkan terkadang membencinya. Namun, mengapa saat tubuh mereka melakukan penyatuan, dia justru menikmatinya juga ...

Catherine berdiri tegak, dia mencuci kembali tangannya untuk menetralisir pikiran kotornya di pagi ini.

"Gue? keenakan? Segs sama itu orang? Cuih! Naj*s! Engga mungkin bangetlah," ujar Catherine berikut dengan makiannya.

Dia pun meraih tisu, mengelap tangannya dengan cepat dan kasar. Muka julid dan gerakannya membeku, sekelebat memori bagaimana pertemuan mereka dulu, mengembalikan wajah dingin dan mukanya.

"Cih, baj*ngan memang!"

Catherine meremas tisu, membuangnya dan menendang tong sampah besi penuh tenaga.

Cathrine mengenakan setelan pantsuit berwarna teal blue dengan syal dasi leher sutra berwarna hitam pekat. Riasan wajahnya selalu on point dan tegas, malah memberi kesan antagonis, ibu tiri dan bos besar yang arogan. Khas dengan butterfly haircut.

Catherine menuruni anak tangga, sambil mengecek dokumen dan menjawab telepon, grasak-grusuk sekali. Gaya petantang-petetengnya lebih cocok menjadi penguasa pasar atau anak band rock metal daripada menjadi manajer perusahaan internasional.

Berpapasan dengan Mbak Sumi, Catherine menjauhkan sebentar ponselnya untuk bertanya, "Mbaksum, masak apa?"

Mbak Sumi yang sedang membawa piring oval berisi capcay, berhenti untuk menjawab, "Ikan Gurame kukus jahe, capcay, buncis rebus sama nasi merah. Eh, iya, Bu ... Itu, Bapak sudah menunggu dari tadi, katanya mau sarapan bareng loh ..."

"Dih, ogah banget."

"Apa, ya, Bu? Ndak kedengeran,"

Catherine menggeleng dan mengisaratkan Mbak Sumi lanjut menyajikan dengan kibasan tangan. Dia menyambung pembahasan dengan salah satu anggota timnya, yang agak-agak ini.

Tiga menit berlalu, Catherine masih berdiri di tempat saat mengobrol dengan Mbak Sumi dan akhirnya masalah dadakan itu sudah sat set dia handle. Dia menyimpan ponselnya dan merapikan dokumen, lalu menuju meja makan.

"Mah ... selamat pagi, sarapan bareng, yah?" sapa Indra Abraham Nugraha, dengan intonasi lembut dan tatapan sayang.

"Baj*ngan! Katarak! Ta* ... Ogah banget, walaupun makanan Mbaksum bikin ngiler, tapi liat muka lu aja muak banget gue! Kenapa mesti ada acara sarapan bareng, sih?" gerutu Catherine Haryono dalam hati, mimiknya datar.

Dia tersenyum dan mengangguk, "Iya, Pah."

Indra makan dengan khidmat, manner bagus dan tenang. Sesekali memperhatikan istrinya yang makan lahap seperti konten kreator mukbang, Catherine tak sadar berdiri untuk menambah lauk lagi. Wanita itu kelaparan. Dia lupa belum makan malam dan semalam mereka ...

Indra selesai makan satu menit lalu, kini memandangi intens istrinya. Hati Indra semakin menghangat, sebagai anak yatim piatu yang ditinggalkan ketika mengenyam pendidikan spesialis, dia merasakan kasih sayang tulus dari Catherine.

"Mah ... Makasih, ya, buat semalam. Papah puas banget."

Catherine tersedak kembang kol, dia lekas menggeletakan sendok dan garpu. Batuk keras dan menepuk dadanya.

"F*ck, bisa kaga ga usah bahas begituan pas lagi makan? Selera makan gue jadi hilang sekarang, mana masakan Mbaksum enak banget lagi pagi ini ... S*al."

Indra sigap berdiri dan mencondongkan badan berniat menyodorkan air. Catherine langsung menyambar dan meneguk habis. Indra berujar lembut, "Pelan-pelan, Mah ..."

Agak canggung, "Em ... Thanks, buat airnya, P-pah."

"Iya, Mah."

Hening. Setelah itu tidak ada obrolan lagi, untunglah, Catherine menghela napas lega dan menghabiskan makanan di piringnya.

Tidak seperti biasa, mereka berangkat bekerja bersama dalam satu mobil, Indra yang menyetirnya. Catherine duduk dengan perasaan tidak nyaman selama perjalanan, meski tidak ada pembicaraan nyeleneh atau semacamnya lagi.

Perusahaan Internasional HA, tempat Catherine bekerja adalah badan usaha yang memproduksi sistem robotik untuk otomasi manufaktur di berbagai industri, sehingga sepenuhnya bergerak dalam model bisnis-to-bisnis. Dan, Catherine Haryono sebagai Manajer Penjualan Otomatis yang membawahi timnya.

Saat hendak turun, Indra menahan pergelangan tangannya. Catherine mengernyitkan alis, heran. Mau apa lagi?

Indra mengurai syal sutra di leher Catherine, menyampul ulang lebih rapi. Bekas cupang itu sedari tadi mengacaukan fokusnya saat menyetir. Jelas sekali, telinganya jadi memerah.

"O-oh?"

Kepala Indra yang agak menunduk, berhadapan dada Catherine dan deru napasnya mengenai kulitnya. Wangi ocean dari tubuh Indra sedikit menenangkannya. Tidak dipungkiri, punggung itu ... Punggung yang semalam dia cakar dengan beringas, Catherine agak canggung.

"Udah? Em ... Makasi," dia sontak menjaga jarak dan saat menatap wajah Indra, Catherine tersenyum dipaksakan.

"P-pah!" imbuhnya lagi.

Lelaki itu kini menatapnya intens, seolah mau memakannya hidup-hidup. Mulut Indra terbuka, tetapi kalimat yang hendak disampaikan harus dia telan kembali, ketika Catherine membuka pintu mobil. Dia bergegas menuju gedung bangunan yang menjulang tinggi, seperti mercusuar itu.

"Akhirnya, slamet gue!"

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!