CEO perusahaan literasi ternama, Hyung menjual dirinya di situs online sebagai pacar sewaan hanya karena GABUT. Tak disangka yg membelinya adalah karyawati perusahaannya sendiri. Ia terjebak satu atap berminggu-minggu lamanya. Benih-benih asmara pun muncul tanpa tahu jika ia adalah bosnya. Namun, saat benih itu tumbuh, sang karyawati, Saras malah memutuskannya secara sepihak. Ia tak terima dan terpaksa membongkar jati dirinya.
"Kau keterlaluan, Saras. Kau memperlakukanku semena-mena tanpa menimbang kembali perasaanku. Lihat saja! Kau akan datang padaku secara terpaksa ataupun patuh. Camkan itu!"
Ia pun ingin membalas terhadap apa yang pernah Saras lakukan padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaharu Wood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGUATKAN
Kembali ke rumah kontrakan Saras...
Saras tampak mengusap air matanya kala mendengarkan cerita Hyung. Ia tak menyangka jika pria yang dicintainya menyimpan luka mendalam. Ditinggalkan oleh orang yang disayang.
Mungkin ini alasannya mengapa dia marah sekali waktu kukembalikan ke situs itu. Ia trauma dengan rasa kehilangannya.
"Vi, maafkan aku." Saras pun memegang tangan Hyung. Ia merasa bersalah. "Semua akan baik-baik saja." Ia menepuk-nepuk tangan Hyung seolah menguatkannya.
Hyung pun mencoba bersikap tegar di hadapan Saras. Sebisa mungkin ia menutupi kesedihannya kala mengingat sang nenek.
Saras memegang erat tangan Hyung. "Kau begitu menyayangi nenekmu. Pasti kalian sangat dekat sekali." Saras mencoba mengalihkan kesedihan Hyung.
"Ya." Hyung mengangguk. "Sedari kecil aku diurus olehnya. Ayah dan ibu terlalu sibuk dengan bisnis." Hyung menceritakan.
"Jadi kau tidak dekat dengan mereka?" tanya Saras lagi.
Hyung menggelengkan kepala. "Bisa dibilang aku hampir tidak pernah merasakan kasih sayang dari mereka. Meskipun aku anak satu-satunya," jawab Hyung dengan raut wajah yang sedih.
Saras mengerti perasaan Hyung. Namun, banyak sekali hal yang ingin ditanyakan olehnya. Ia pun kembali bertanya pada Hyung. "Jadi kau kembali ke negara asal saat sudah lulus SMA?" tanya Saras kembali.
Hyung mengangguk. "TK aku di negara asal. Hanya saja sejak SD sampai SMA di Eropa. Kakek punya usaha di sana. Jadi mau tak mau nenek dan aku ikut juga." Hyung menjelaskan.
"Oh, begitu. Berarti S1, S2?"
"S1 aku kembali ke negaraku. S2 dan S3 aku ke Eropa. Sambil mengurus usaha kakek di sana," kata Hyung lagi.
"Usaha apa?" tanya Saras ingin tahu.
"Perkebunan dan peternakan." Hyung jujur akan usaha kakeknya.
Dia punya usaha peternakan dan perkebunan di Eropa? Luar biasa. Apa ini yang dinamakan rezeki nomplok? Sungguh sangat disayangkan jika aku tidak bisa mendapatkannya.
Sebagai seorang wanita pasti menginginkan pria mapan untuk menjadi suaminya. Dan Hyung adalah paket komplit untuk Saras. Selain tampan dan rupawan, Hyung juga mempunyai bisnis peternakan dan perkebunan. Yang mana meneruskan usaha kakeknya. Sedang kantor literasi adalah milik ayah Hyung. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi Saras untuk tidak mencintai Hyung. Akal logika telah dipakainya.
Saras mengerti. "Jadi kakek meninggal saat kau lulus SMA ya?" Saras memastikan.
"He-em." Hyung mengangguk.
"Dan nenek meninggal saat lulus S1?" tanya Saras lagi.
"Ya. Begitulah kisah hidupku. Seperti pola yang berulang." Hyung menduganya.
Saras mengembuskan napasnya. Ia merasa prihatin dengan keadaan Hyung. Tapi ia juga tahu jika kematian tidak ada yang bisa melawan. Saras pun menguatkan Hyung.
"Baiklah. Saat ini yang bisa kau lakukan hanya membuktikan jika dirimu dapat diandalkan. Sesuai harapan kakek dan nenek. Jadi teruslah semangat. Aku akan mendukungmu," kata Saras kepada Hyung.
Hyung tersenyum. Ia tak menyangka jika Saras akan mendukungnya. Padahal sebelum-sebelumnya hidup mereka dipenuhi drama. Tapi malam ini seakan kebahagiaan itu dirasakan olehnya. Saras ternyata bisa bersikap dewasa dan tak lagi marah-marah. Rasa sayang di hati Hyung pun semakin bertambah.
"Terima kasih." Ia kemudian mengecup kening Saras dengan penuh cinta.
Aku harap tidak ada lagi kesalahpahaman di antara kita, Saras.
Dan akhirnya malam ini pun menjadi saksi atas keduanya yang semakin mesra. Hyung dan Saras memutuskan untuk melanjutkan kisah cinta mereka.
Esok harinya...
Pagi telah datang. Matahari terbit dengan terang. Saat ini pukul enam pagi waktu sekitarnya. Dan saat ini juga Saras sedang bersiap-siap ke kantornya.
"Aku memang sempat menyukai Zuyu. Tapi itu saat kami masih satu kampus dulu."
Teringat kembali perkataan Hyung yang menerangkan siapa Zuyu pada dirinya. Saat keduanya merebahkan punggung bersama di kursi kayu yang ada di ruang tamu.
"Lalu bagaimana dengan perasaanmu sekarang?" Saras ingin tahu.
"Tentu aku tidak mempunyai perasaan apapun padanya. Dia ke sini atas permintaan ibuku. Dan aku tidak memedulikannya," kata Hyung lagi.
Saat itu juga Saras memeluk Hyung. Ia mencoba percaya dengan segala penjelasan Hyung.
"Aku harap kau bisa bertahan. Pelan-pelan aku akan memberi pengertian pada ibu jika hatiku sudah mempunyai pilihan." Hyung meyakinkan.
Saras mengangguk. Ia pun mencium pipi Hyung dengan cepat. Tampak Hyung yang terkejut dengan sikap Saras.
"Jangan pancing aku. Aku lelaki."
Hyung pun meminta Saras untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membangkitkan gairahnya. Saras pun tertawa. Bersama dengan dering telepon yang menyadarkan keduanya. Ternyata Hyung di telepon oleh ayahnya.
.........
Andai semalam ayahnya tidak menelepon. Mungkin dia masih bersamaku dan kami tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi selanjutnya. Astaga. Kenapa pikiranku jadi begini?
Sebagai wanita normal, tentunya membutuhkan kasih sayang. Begitu juga dengan Saras terhadap pria yang dicintainya. Terlebih Hyung paket komplit untuknya. Membuat Saras bisa melupakan apa saja.
"Baiklah.Kita akan berangkat lebih awal hari ini. Anniversary perusahaan tidak akan lama lagi."
Dan akhirnya Saras segera bersiap-siap. Mengenakan pakaian kerja untuk berangkat ke kantornya. Banyak tugas yang harus segera diselesaikannya.
Sesampainya di kantor...
Jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Saat ini suasana kantor masih tampak sepi. Hanya ada office boy yang sedang menyapu di sana. Saras pun menyapanya.
"Pagi Pak Amin." Saras menyapa Pak Amin, office boy kantor.
Pria paruh baya itu menoleh ke arah Saras. "Non Saras? Tumben pagi-pagi sudah datang?" tanya Pak Amin kepada Saras.
"Iya, Pak. Banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Apalagi sebentar lagi anniversary perusahaan." Saras menerangkan sambil duduk di kursi kerjanya.
"Oh, iya. Bapak sampai lupa. Minggu depan ya?" tanya Pak Amin lagi.
"Benar, Pak. Bapak juga diundang, kan?" tanya Saras sambil menghidupkan komputernya.
"Sepertinya tidak, Non. Sudah ada orang-orang yang mengurusinya," kata Pak Amin lagi.
"Oh ...." Saras pun mengerti.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Non. Ingin mengambil alat pel." Pak Amin undur diri dari ruangan Saras.
"Baik, Pak." Saras pun melihat Pak Amin yang pergi dari hadapannya. Tersirat rasa kasihan di hatinya.
Sejak aku masuk kantor ini, Pak Amin sudah lama bekerja. Kira-kira berapa gajinya ya? Apakah dia mendapatkan tunjangan seperti kami?
...Saras...
Kaget ya karena dia tamvan 😁