Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 15
_happy reading_
"Enak ya nongkrong terus." sindir Kak Mila yang sedang duduk di teras depan pintu kos bersama teman kos lainnya. Belum juga Nurul berucap salam tapi sudah disambut dengan celetukan yang menyindirnya.
"Iya, saya juga suka nongkrong. Apalagi kalau sama pacar." sahut Kak Risma, tetangga kamar kos. Nurul hanya menghela nafas panjang sebelum berucap.
"Assalamu'alaikum." ujarnya. "Permisi." sambungnya masuk ke dalam kamar kos. Kak Mita entah kemana karena tidak ada dalam perkumpulan tersebut.
"Waalaikumsalam." jawab Mbak Isti dan Mbak Nisa. Yang lain diam saja, mungkin jawab dalam hati. Sore-sore memang sudah menjadi kebiasaan anak kos nongkrong bergosip.
Nurul masuk dalam kamar lalu mandi, tidak lupa membawa pakaian ganti dan handuk. "Huft, kak Mila itu kenapa ya?" gumamnya pelan. "Dia nyindir aku atau dia kurang nongkrong, karena memang dia paling sering di kos."
"Kak Mita juga gak ada di kos, mungkin dia pergi jalan. Kenapa kak Mila gak diajak ya? Kembar tapi memang mereka beda maunya, kurang kompak." gumam Nurul lirih, hanya dia yang mampu mendengarnya.
Usai dengan segala rutinitasnya di kamar mandi, Nurul shalat lalu menyapu kamar karena sudah tidak ada orang nongkrong. "Oh, sudah pada menghilang." ujarnya pelan sambil menengok kanan dan kiri, sepi.
Nurul mengecek pelajarannya, dia membaca-baca kembali ilmu yang dia peroleh. Lewa teman angkatannya yang berbeda jurusan di depan kamar.
"Rajin banget Nur, refreshing sekali-kali." celetuknya saat lewat. Nurul hanya tersenyum saja, ternyata ada Kak Mila yang hendak masuk ke dalam kamar.
"Dia mah sering nongkrong tahu, kamu saja ketinggalan informasi." sahutnya judes. Nurul hanya diam mendengarkan hal itu, baginya sudah biasa karena hampir sehari-hari disuguhkan sindiran-sindiran.
"Abaikan saja, datang kesini mau belajar kok." batinnya menyemangati diri sendiri. Selesai membaca maka dia mengecek seluruh tugasnya bahwa tidak ada tugas baru.
"Aku ingin menjadi lebih baik, jauh-jauh dari kampung aku harus sukses." batin Nurul lagi, dia beralih pada ponselnya. Ternyata ada pesan dari Fitri ~ sahabatnya.
"[Nurul, tugasmu sudah semua?]" tanyanya. Nurul menghela nafas berat, dia tahu jika Fitri akan minta contekan.
"[Sudah, kenapa? Mau contekan? Ha-ha]" pesan terkirim ke Fitri. Nurul menyimpan ponselnya karena dia melihat kak Mila hendak memasak. Nurul mendekat berniat membantu tapi belum apa-apa sudah ditolak mentah-mentah.
"Nanti kamu yang mencuci piring kalau sudah selesai makan." ucapnya sambil menggoreng terong, mau dijadikan sambal karena sudah tersedia lombok dan tomatnya.
"Iya kak." jawab Nurul singkat lalu dia duduk diam memperhatikan. "Aku juga harus bisa masak seperti itu, meski tidak seenak masakannya." batinnya bermonolog.
Selesai dia memperhatikan kak Mila memasak, kini Nurul mengambil ponselnya kembali. "[Tentu, tahu saja kamu. Ha-ha-ha]" balas Fitri, Nurul hanya tersenyum membacanya sebelum membalasnya.
"[Iya, tunggu aku fotokan ya karena filenya di flashdisk. Aku sudah nge-print saat di kosnya Janah tempo hari]" balas Nurul lalu mengirimkan tugasnya berupa foto.
"[Di tunggu sahabat]" balas Fitri. Usai di mengirim tugas, Nurul berencana mengirim pesan buat mamanya.
"[Mama, Papa, dan adik-adik semua apa kabar hari ini?]" pesan terkirim, yang membalas pesan Nurul adalah sang adik ~ Nayla.
"[Kami baik kak, mama sedang di dapur makan. Kakak apa kabar?]" tanyanya melalui pesan, Nurul jadi rindu keluarga, tapi demi pendidikan dia harus bisa bertahan jauh dari keluarga.
"[Alhamdulillah. Kakak kabar baik disini de, jaga kesehatan ya de, jaga mama dan papa juga adik]" pesan Nurul pada sang adik.
"[Insya Allah kak]" balas Nayla. Nurul hanya membacanya tanpa berniat membalasnya lagi. Selesai shalat maghrib, kak Mita baru pulang, dan kak Mila mengajak makan.
"Ayo makan Nur, ayo makan Mita." ajak kak Mila yang sudah bersiap mengambil nasi, piring sudah ada di tangan kanannya.
"Aku sudah makan kak, kakak saja makan sama Nurul. Ini aku bawa martabak manis." jawab kak Mita menolak secara halus, wajar saja sih sudah makan di luar.
"Ayo." jawab Nurul semangat, dia mengambil piring lalu menemani kak Mila makan sama sambal terong dan kerupuk. Kerupuk menjadi lauk andalan kak Mila karena itu sudah menjadi kebiasaannya.
"Kak Mita dari mana?" tanya Nurul, dari tadi dia mau bertanya pada kak Mila tapi selalu dia urungkan.
"Dari menemani mamanya kak Kamal sedang sakit." jawabnya jujur. Kamal adalah kekasih Mita, satu jurusan tetapi beda angkatan. Selesai makan, Nurul mencicipi martabak manis milik kak Mita.
"Aku coba ya kak!" ujar Nurul meminta izin. Dia tidak mau sembarang makan jika tidak dibolehkan, jangan sampai jadi masalah. Pikirnya.
"Makanlah, kak Kamal yang belikan tadi." jawabnya sambil mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan. Nurul tersenyum senang lalu makan dengan lahap, tidak lupa untuk menyisakan buat kedua sepupunya.
Keesokan harinya libur karena hari Ahad, Nurul berniat di kos saja tapi ternyata ada ajakan dari Fitri untuk pergi jalan-jalan. "[Nurul, pergi ke pasar yuk, ajak Janah juga. Mumpung libur nih!]" serunya melalui pesan.
"Kak, hari ini aku mau ke pasar ya sama Fitri." pamit Nurul setelah selesai sarapan.
"Iya, jangan lupa cuci piring dulu." jawab Kak Mila, Nurul mengangguk setuju. Sebelum berangkat dia cuci piring baru mandi. Sedangkan kak Mita menyapu dan mengepel kos. Yang memasak tentu kak Mila, tidak tergantikan.
"[Okey, lewat sini ya sekalian jemput aku. Janah ikut kah?]" pesan Nurul terkirim, dia sudah selesai mandi tinggal ganti pakaian.
"Kak, aku juga mau ke rumah sakit lagi karena gak ada yang jaga mamanya kak Kamal." ucap Kak Mita selesai mandi juga, dia sudah siap untuk pergi ke rumah sakit.
"Iya." jawab kak Mila singkat. Selang beberapa menit kemudian jemputan kak Mita sudah datang.
"Aku berangkat kak, Nur aku duluan." pamitnya lalu mengajak kak Kamal pergi segera. Nurul dan kak Mila hanya mengangguk mengiyakan.
"Oh, jadi itu namanya kak Kamal. Tinggi juga." batin Nurul, dia sedang duduk di teras untuk menunggu kedua sahabatnya yang mengajaknya ke pusat perbelanjaan.
Lima menit kemudian datang kedua sahabat Nurul, Janah dan Fitri. "Ayo berangkat." panggil Janah. Nurul kembali ke kamarnya dengan melambaikan tangan, dia berkata "Tunggu." tanpa suara.
Kedua sahabatnya menunggu di teras kos, Nurul masuk ke dalam kamarnya berniat pamit pada kak Mila tapi tidak ada. Dia mencari ke kamar kak Risma ternyata memang ada disana.
"Kenapa gak ikut Mila, harusnya ikut Nurul atau Mita ke rumah sakit. Dari pada di kos terus bosan." ujar kak Risma. Nurul hendak mengetuk tapi diurungkan karena jawaban kak Mila di luar dugaannya.
...----------------...
Terima Kasih sudah mampir ♥︎♡♥︎
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.