NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gavin dan rahasia

Gavin duduk menemani Safira yang belum juga sadar setelah setengah jam pindah ke ruangan. Mamanya izin pulang dahulu, kini ia sendirian. Dipegangnya erat tangan Safira yang masih dingin, mungkin dari AC di ruang ICU.

"Kamu harus bangun, sayang."

Pintu terbuka dan Gavin menoleh, ternyata Ibunya Safira yang datang. Wanita cantik itu langsung duduk di sofa, hanya melirik ke arah Safira sebentar.

"Kenapa dia belum sadar?" Dia memulai pembicaraan.

"Mungkin pengaruh obat," jawab Gavin pelan.

"Saya sudah dengar cerita tentang jalang itu yang membuat Safira seperti ini."

"Maura tidak ada hubungannya dengan ini."

Ibu Safira tersenyum sinis. "Saya tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan di luar sana. Saya cuma minta kamu mundur atau terus maju. Itu terserah kamu."

"Bukankah Tante yang menyebabkan semua ini?"

"Apa maksudmu?" Ibu Safira tersinggung.

"Saya sudah lihat cek atas nama Tante yang ada di meja Safira. Itu ancaman Tante, kan, supaya Safira mendatangi Maura?"

"Ya, memang saya yang memberikan cek itu."

Gavin tersenyum sinis. "Kenapa tidak Tante lakukan sendiri?"

Ibu Safira menggeram menahan kesal. "Semua ini gara-gara kamu, kalau saja kamu tidak bermain perempuan di luar sana, urusannya akan jauh lebih mudah."

"Asal Tante tahu, saya tidak bermain perempuan," tegas Gavin penuh penekanan.

"Lalu apa namanya kalau kamu membawa perempuan ke apartemen yang disembunyikan?"

"Tante tidak akan mengerti."

"Ya, terserah. Asal kamu tahu, cek itu adalah permintaan Safira. Dia tidak mau saya turun tangan langsung."

Gavin terkejut.

Ibu Safira menyeringai. "Kamu yakin masih mau saya yang menangani kalian?"

"Tante tidak akan berani."

"Oh, keluarga Halim lebih dari sekedar berani." Ibu Safira melirik anaknya. "Dengan kondisi Safira yang sekarang, saya sudah tidak punya banyak pilihan. Apalagi dia akan kehilangan poin di sekolah kalau masih terbaring di sini. Kamu tidak usah khawatir, saya masih butuh kamu untuk menangani Safira."

"Apa itu yang Tante khawatirkan sekarang? Apa Tante tidak peduli dengan Safira?!" Sekarang giliran Gavin yang geram.

"Saya pergi dulu." Ibu Safira pun pergi keluar ruangan.

Gavin masih mengatur napasnya yang terasa berat karena kesal. Bisa-bisanya ancaman yang dilayangan Ibunya Safira semata-mata hanya untuk keluarga Halim, dan bukan untuk anaknya? Sulit dipercaya. Sejak dulu selalu seperti ini.

Gavin merasakan Safira mengerakkan tangannya— sejak tadi ia terus menggenggamnya. Safira pun membuka matanya.

"Hei, sayang. Kamu bangun." Gavin mengecup punggung tangan Safira dengan sayang.

"H-haus..."

Gavin segera mengambil air mineral yang berjejer di meja tamu beserta sedotannya. Safira menyedot air itu dengan perlahan, dibantu Gavin memegangnya.

"Gimana sekarang, merasa lebih baik?"

Safira mengangguk. Bibirnya hendak mengucapkan sesuatu tapi ditahan oleh telunjuk Gavin.

"Kamu jangan mikirin yang lain, fokus sama kesehatan kamu dulu."

Safira kembali mengangguk.

"Aku sayang kamu." Gavin kembali mengecup punggung tangan Safira.

Safira tersenyum lemah. Kalau tanpa Gavin, bagaimana ia bisa melalui semuanya?

.

.

Gavin duduk di sofa apartemen seraya membuang napas kasar. Sesekali ia memijat pelipisnya.

"Lo habis jenguk Safira dari rumah sakit?" Aditya bertanya seraya ikut duduk di sofa, diikuti Reza.

"Dia pulang hari ini," jawab Gavin.

"Syukur, deh. Lo kayak cape seminggu ini bolak-balik ke sana."

Reza mengangguk menyetujui ucapan Aditya.

"Tadinya aku mau fokus ngurusin kantor, tapi dengan kejadian kemarin aku gak bisa ninggalin Safira. Maura mana?" Tanya Gavin seraya melirik ke arah dapur.

"Dia belum dateng. Kenapa kamu nanyain dia?" Tanya Reza heran.

"Aku mau tahu kejadian sebelum Safira pingsan." Gavin menjawab.

"Hah, emang apa hubungannya sama si Maura?" Aditya kepo.

"Kamu belum tahu? Kan, Maura yang nganterin Safira ke rumah sakit. Aku juga tahu dari Lisa." Reza yang menjawab. Senyumnya seolah berkata 'aku dapat kabar lebih dulu dari kamu'.

"Itu beneran, Vin?" Aditya ingin memastikan dari Gavin.

Gavin pun mengangguk. Aditya tampak kecewa dan menunjukkan tatapan 'kenapa gue ketinggalan berita'.

"Emang Safira gak ngomong apa-apa?" Reza bertanya mengabaikan Aditya yang selalu sedih setiap kali ketinggalan berita penting— dan itu selalu terjadi.

"Aku gak mau maksa dia. Dokter bilang biarin aja dia tenang, aku juga mikirnya gitu. Makanya aku cari Maura."

"Lisa bilang, Maura ngasih ancaman sampai Safira pingsan," ucap Reza pelan. Ia berusaha untuk berhati-hati.

"Lisa lagi, Lisa lagi, emang pacar lo itu ada di sana? Jangan percaya Vin, gossip itu 99%-nya bohong, 1% fakta."

"Emang apa fakta 1%-nya?" Tantang Reza.

"Y-ya..." Aditya gelagapan, tetiba Maura muncul dari balik pintu. "Nah, kita tanya faktanya sama yang bersangkutan."

"Ada apa?" Maura bingung karna ketiga lelaki di sofa itu menatapnya.

"Aku mau bicara," ujar Gavin.

Aditya mengangguk. "Iya, kita mau bicara."

Gavin menatap Aditya tajam dan memberi isyarat seolah berkata 'kamu pergi sana'. Reza yang lebih paham pun lantas membawa Aditya ke ruang main game.

"Sini duduk." Gavin menepuk sofa di sampingnya yang kosong.

Maura pun mengisinya tanpa ragu. Ia sudah tahu ke mana pembicaraan Gavin akan membawanya.

"Gimana kabar Safira?" Tanya Maura memecah canggung di antara mereka.

"Dia pulang hari ini."

"Syukur, deh."

"Aku juga minta maaf soal Mamaku yang salah paham."

"Ya, aku bisa ngerti kok."

"Soal kamu dan Safira..."

"Aku minta maaf, aku gak tahu kondisi dia bakal kayak gitu. Aku cuma—"

"Apa yang kamu bilang sama dia?"

Maura menggeleng. "Aku gak ngobrol banyak. Bukannya harusnya kamu yang khawatir aku diancam sama dia?"

"Aku tahu, tapi itu bukan kemauan dia."

"Kamu pikir ada orang lain di belakang dia? Asal kamu tahu, dia ngasih aku cek dan mengancam memakai nama keluarganya. Kamu pikir dia gak salah?"

Gavin tersenyum sinis hingga membuat Maura syok. "Harusnya kamu bersyukur hari itu ketemu Safira. Gimana kalau Papa aku? Atau keluarga Halim? Membayangkannya saja kamu gak akan sanggup mengahadapi mereka."

"Huh, jadi ini yang dilakukan orang kaya? Mengancam orang lemah? Gak heran kamu bisa tahan sama Safira."

"Ya, kamu tidak mungkin tahu seberapa 'keras' orang kaya hidup."

"Padahal aku sudah meminta Safira merelakan kebahagiaan kamu."

Gavin melotot. "A-apa? Apa maksudmu?"

"Aku bilang, belum tentu kamu bahagia sama dia. Terutama lingkungannya, aku tahu kamu tersiksa sama dia."

"Ah, sialan!" Gavin berdiri lantas melempar vas bunga di atas meja ke arah kaca apartemen. Ia terus memaki kata-kata kasar dan berjalan mondar-mandir.

Maura pun spontan menjerit seiring dengan benda lain yang dilemparkan, termasuk ponsel. Aditya dan Reza segera berlari menghampiri mereka.

"Sialan kamu Maura!" Gavin hendak menyerang Maura tapi ditahan oleh Reza, sementara Aditya memeluk Maura yang menangis ketakutan.

"Tenang, Vin. Lo tenang dulu." Reza berusaha menenangkan. Ini bukan kali pertama Gavin mengamuk, tapi jelas Maura baru kali ini mengalaminya.

"Gara-gara cewek itu gue hampir kehilangan Safira. Gimana jadinya kalau dia gak selamat? Nanti gue... nanti gue..." Gavin jatuh terduduk dan mulai berurai air mata. Reza memeluknya.

Inilah alasan kenapa 'apartemen rahasia' sangat dibutuhkan. Hanya Aditya dan Reza yang tahu perasaan terdalam Gavin, ketakutan terdalamnya, rahasia hidupnya. Makanya, untuk mengatasi ketakutan Gavin akan Safira, Aditya mengusulkan pengalihan lain. Ke tempat ini.

.

.

TBC

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!