NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Kami berdua berdiri di tengah aula dan mulai melangkah dan mendekat satu sama lain. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ivander saat ini, melihat istrinya sedang berdansa dengan pria lain dan saling bersentuhan dengan sangat dekat.

Saat tangan putra mahkota menyentuhku dan tangannya melingkar di pinggangku, rasanya tidak nyaman dan merasa gelisah.

“Kenapa wajahmu terlihat murung Casandra” bisiknya dengan lembut ke telingaku. Dia tersenyum senang melihat ke arahku setelah berbisik.

“Maaf saya hanya tidak terbiasa putra mahkota” jawabku sambil tersenyum palsu. Sesekali saat kami masih terbawa oleh alunan musik, aku menatap ke arah Ivander. Dia terlihat sedang memperhatikan kami dengan tatapan yang tajam dan penuh kekesalan.

“Fokus padaku saja Casandra dan jangan bersikap formal. Panggil saja seperti biasanya, Vernon. Aku sangat suka saat kamu memanggilku seperti itu” putra mahkota menarik pinggangku lebih dekat hingga aku sangat terkejut dan lebih dekat lagi ke dadanya.

Dia membuatku tidak bisa melihat ke arah lain dengan menggerakkan tubuhnya dan membawaku berdansa dengan semestinya. Aku tidak tahu apa tujuannya melakukan itu dan seperti apa ekspresi yang Ivander buat saat ini.

“Ah, maaf put.. ah, maksudku Vernon” ucapku saat tak sengaja menginjak kakinya.

“Haha.. tidak apa-apa Casandra. Apapun yang kamu lakukan tidak masalah bagiku” katanya setelah tertawa kecil dan tersenyum dengan sangat ceria.

Aku sungguh tidak mengerti jalan pikirannya. Apa yang membuatnya terlihat sangat senang bahkan ketika aku melakukan kesalahan.

Di akhir dansa kami,putra mahkota mencondongkan tubuhnya dan membuatku berada di posisi yang seolah akan terjatuh lalu tangannya menahan punggungku dengan kuat kemudian dia menarik tubuhku kembali hingga aku pun menempel pada tubuhnya tanpa kusadari. Posisi yang membuatku takut namun dia berhasil menahannya dengan baik tapi aku tidak akan mengira bahwa akhir dari gerakan itu terasa seperti dia sedang memelukku bahkan aku dapat merasakan tangannya yang melingkar dan mendekap lebih erat.

Dia tersenyum kembali dengan seringainya. Lalu akhirnya kami mundur satu langkah dan membungkuk memberi salam di akhir dansa kami.

Drap.. Drap.. Drap..

Langkah memburu dan sangat cepat menghampiriku.

Ivander menyentuh pundakku dengan kedua tangannya lalu mendekatkan ku ke arahnya seolah memblokir pandangan putra mahkota.

“Maaf putra mahkota, sepertinya istri saya terlihat lelah. Kami akan pergi lebih dulu” katanya dengan intonasi kepemilikan yang kuat dengan merangkulku dari belakang dan menggenggam bahuku.

“Baiklah. Casandra, aku menantikan reuni kita di lain waktu. Istirahatlah dengan nyaman” ucap putra mahkota terlihat kesal kepada Ivander namun ia masih tersenyum manis kepadaku.

“Ah.. iya..” Ivander menarik ku dan pergi dari hadapan putra mahkota saat aku belum selesai mengucapkan perkataanku.

Aku pun merasa berada dalam situasi yang membingungkan. Aku berfikir tentang sikap Ivander yang tidak terlalu hormat kepada putra mahkota. “Bukankah tidak boleh bersikap tidak sopan pada keluarga kekaisaran?” dalam benakku.

Ivander membawaku pergi dari sana kembali ke dalam kereta kuda yang mewah miliknya. Saat berjalan Ivander tidak mengatakan apapun namun aku bisa mengerti betapa kesalnya dia dari raut wajahnya.

Kami duduk berhadapan di dalam kereta kuda namun dia hanya diam sambil menggenggam tangannya dengan kuat. Dia mengernyit dan menatap ke arah lain tanpa melihat ke arahku.

Saat itu aku merasa bersalah dengan apa yang sudah ku lakukan. Dengan kesadaran penuh atas diriku bukan karena reaksi tubuh ini, aku menyentuh tangannya yang ia genggam dengan kuat mengepalkan tinju seolah akan melesat dengan kencang ke arah jendela kereta kuda.

“Suamiku” panggilku sambil menyentuh tangannya dengan lembut. Ivander menoleh lalu menatapku dengan tatapan awalnya tampak kesal berubah menjadi sendu dan berkaca-kaca.

Dia terlihat tidak tenang dan masih menyimpan kekesalan yang tidak terlampiaskan lalu dia melepaskan kepalan tangannya dan meraih tanganku lalu mendekatkan ke pipinya. Tanganku kini menyentuh wajahnya dengan tangannya yang masih berada di atas tanganku. Ia memejamkan matanya sejenak lalu setelah ia membuka matanya ia menarik kembali tanganku dan mencium telapak tanganku.

“Sayang.. apa aku boleh bersikap seperti ini? Apa aku kekanakan jika aku marah melihatmu bersama sahabatmu itu” tanya Ivander dengan tatapan sendu. Dia menatapku dengan perasaan cemburu yang amat jelas.

Dia masih menggenggam tanganku. “Suamiku, kamu sudah benar hanya saja aku pun tidak bisa berbuat apa-apa karena dia orang yang tidak bisa kita tolak begitu saja. Aku hanya bisa menjanjikan satu hal bahwa aku akan menjaga jarak dengannya” ucapku merasa bersalah.

Saat ini aku tidak peduli mengenai apapun karena aku yang sekarang adalah istri dari pria berhati hangat ini. Aku harus menjalankan peranku dengan benar meskipun aku tidak boleh menaruh perasaan yang lebih kepadanya.

Dia sangat baik dan tulus sehingga wanita manapun yang mengenalnya pasti akan menyukainya. “Aku sangat mencintaimu, istriku. Kuharap kamu bisa terus bersamaku dan tidak meninggalkanku” ucapnya dengan tangan yang gemetar. Ivander terlihat sangat ingin menyentuhku namun aku tidak bisa dengan mudah membiarkannya karena aku masih belum siap melepaskan hal yang berharga dariku.

Meskipun bagi tubuh Casandra, melakukan hal itu bukanlah kali pertama namun bagi diriku, jiwa yang berada dalam tubuh ini merupakan pertama kalinya. Aku bahkan sengaja menghindari kontak mata dengan Ivander yang terlihat matanya di penuhi dengan hasrat yang tertahan sangat lama.

Aku merasa telah menyiksanya dengan penantian dan rasa menahan diri yang cukup lama baginya namun aku masih ragu dengan tindakanku nantinya. Aku takut Ivander akan sangat membenciku jika dia tahu bahwa dalam tubuh istrinya bukan jiwa istrinya melainkan jiwaku.

Tiba-tiba di sela pembicaraan kami yang belum selesai, kereta kuda yang kami tumpangi berhenti mendadak dan membuat Ivander hampir menimpa tubuhku karena dia duduk di belakang kusir menghadap ke arahku.

“Kyaa!” Ivander menindih ku dan bibirnya menyentuh bibirku. Mataku terbelalak dan terkejut namun Ivander tampak senang dengan sentuhan itu. Namun tatapannya menjadi waspada dan langsung bergegas bangun, berbalik dan menyembunyikan ku di belakang punggungnya.

Suasananya sangat aneh dan hening karena tidak ada ucapan apapun dari kusir yang menjalankan kereta kuda.

Sret!

Ivander mengambil pedangnya dan menempatkannya di depannya dan perlahan melihat ke arah luar. Tampaknya ada yang menghadang kami dan kusir itu sudah jatuh pingsan tak sadarkan diri.

“Ssstt” Ivander memintaku untuk diam. Aku sangat takut karena situasi ini sangat genting.

Ivander keluar dengan perlahan dan tak berselang lama terdengar suara pedang yang saling beradu dan berbenturan.

Trang.. Trang.. Suaranya nyaring terdengar dan sangat mencekam.

Aku sangat takut melihat Ivander bertarung dengan sekelompok orang yang tak di kenal. Dia yang hanya sendiri melawan 5 orang berbaju hitam dan mengenakan penutup wajah.

Desing pedang semakin terdengar tanpa henti. Aku melihat dari balik celah di kereta kuda. Aku melihat Ivander sudah menumbangkan 3 dari 5 orang tersebut dengan cepat.

Namun di saat aku sedang gemetar ketakutan dan memperhatikan kondisi di luar kereta, tiba-tiba ada seseorang mendatangiku.

Brak!

Dia membuka pintu kereta kuda dengan keras dan bahkan menghancurkannya.

Syut..

Dia mengarahkan pedang di leherku. “Jangan bergerak atau aku akan menggoresnya lebih dalam” ancamnya semakin mendekatkan pedang itu hingga sedikit menggores leherku.

Ivander yang sibuk melawan orang-orang itu tidak tahu bahwa ada orang lain yang mengincar ku dan mengancam ku.

Aku sangat takut dan tidak bisa bergerak sehingga aku hanya bisa menuruti perintah orang itu untuk turun dari kereta kuda.

1
Riss Si Author
semangat ya
Riss Si Author
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!