Istri Kecil Tuan Jonathan

Apa yang diharapkan oleh Jonathan akhirnya tercapai. Pria itu bisa membebaskan tangannya dari kepala Nayla tanpa membangunkan wanita itu.

"Bisa-bisanya dia tidur seperti ini? Bagaimana bisa dia tetap tertidur?" tanya Jonathan tidak percaya seraya menggelengkan kepalanya.

"Sebaiknya aku mandi terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan membangunkannya."

Jonathan akhirnya masuk ke kamar mandi. Tapi, saat pria itu sedang beraktivitas didalam, mata Nayla terbuka. Wanita itu mendudukkan dirinya seraya mengumpulkan kesadaran yang masih berada di perjalanan pulang dari alam mimpi.

Saat pintu kamar mandi terbuka, tatapan Nayla beralih ke pintu itu.

"Ah...," teriak Nayla seraya menutup matanya dengan kedua tangan ketika melihat Jonathan keluar hanya dengan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Kenapa kamu berteriak seperti itu?" tanya Jonathan yang terkejut dengan tidak kalah berteriak agar bisa didengar oleh Nayla.

"Kenapa Kak Jo tidak pakai baju?" tanya Nayla balik membuat Jonathan tersadar sehingga pria itu kembali ke kamar mandi.

Tidak lama setelah itu, pintu kamar mandi kembali terbuka dan menampilkan Jonathan yang hanya menggunakan bathrobe tapi setidaknya lebih baik daripada tadi.

"Maaf," ucap Jonathan karena Nayla menatapnya dengan tajam tanpa mengatakan apapun dari tempat tidur. "Aku lupa kalau kamu ada disini."

"Awas saja kalau Kak Jo mengulanginya," ancam Nayla. "Kak Jo tahu, mata Nayla yang masih suci ini ternodai karena ulah Kak Jo tadi. Memangnya Kak Jo tidak malu?"

"Iya, iya," ucap Jonathan malas karena harus mendengarkan omelan Nayla di pagi hari. "Sebaiknya kamu mandi sekarang agar kita bisa turun dan sarapan bersama dengan yang lainnya."

"Kamu tidak mau diejek oleh Kakakmu karena telat bangun bukan? Apalagi jika kita telat, mereka pasti berpikir yang tidak-tidak. Apa kamu mau hal itu terjadi?"

"Tidak mau." Nayla beranjak dari tempat tidur dan langsung masuk kedalam kamar mandi.

"Dia benar-benar masih seperti anak-anak." Jonathan menggelengkan kepalanya dan kemudian mengambil pakaian yang akan dia kenakan.

"Apa mereka sedang kelelahan karena pertempuran panas mereka semalam?" tanya Kakek Jonathan saat semuanya berkumpul untuk menikmati sarapan pagi dan sukses membuat semuanya tersenyum.

"Tapi, aku harap mereka bertempur panas setiap hari agar cicitku bisa segera jadi. Aku sudah tidak sabar lagi menggendong calon cicitku. Aku juga akan meminta cicit yang banyak dari Jonathan dan Nayla."

"Sayang, kamu tidak boleh membahas masalah intim itu didepan pengantin baru. Mereka pasti akan sangat malu," ucap Nenek Jonathan yang juga merasa senang.

"Akhirnya bintang hari ini turun juga," ucap Cris saat melihat putra dan menantunya ikut bergabung dengan mereka.

"Bagaimana malam pertama kalian? Apa kamu sudah berhasil membobol gawang Nayla, Jo?"

"Sepertinya belum, Om," jawab Ega mewakili pasangan itu. "Om lihat saja, Nayla bahkan masih bisa berlari."

"Jadi, kalian belum membuat cicitku?" tanya Kakek Jonathan. "Padahal, Kakek sudah tidak sabar lagi menggendong cicit."

"Kek, Kakek masih punya banyak waktu untuk hal itu," ucap Jonathan. "Kami masih melakukan pendekatan, Kek. Kami sedang berusaha untuk menumbuhkan perasaan satu sama lain."

"Tapi sampai kapan, Jo?" tanya Kakek Jonathan dengan raut sedih. "Sampai kapan Kakek harus menunggu?"

"Bisakah kalian memulai proses pembuatan Kakek cicit terlebih dahulu sambil menumbuhkan perasaan kalian?"

"Setidaknya berikan Kakek satu cicit terlebih dahulu saat ini. Untuk cicit yang selanjutnya, kalian bisa memutuskan waktunya."

"Memangnya berapa banyak cicit yang Kakek inginkan?" tanya Nayla setelah mendengar pernyataan Kakek Jonathan.

"Sebanyak yang kalian bisa, Sayang," jawab Kakek Jonathan dengan lembut. "Kalau bisa, Kakek ingin 11 cicit agar Kakek bisa membentuk squad sepak bola."

Mendengar jawaban Kakek Jonathan, Nayla dan Jonathan kompak melebarkan mata mereka. Bukan hanya mereka saja, para orang tua dan Ega turut terkejut dengan jumlah yang disebutkan oleh Kakek Jonathan itu.

"Kalian tenang saja. Tugas kalian hanya membuat cicit Kakek saja. Setelah lahir, kami semua akan membantu merawat mereka. Dan setelah masa nifas Nayla selesai, kalian bisa memulai proses pembuatan cicit lagi."

"11 anak? Bagaimana bisa aku melahirkan anak sebanyak itu?" tanya Nayla didalam hatinya.

Wanita itu langsung menyikut pelan tangan Jonathan yang duduk di sampingnya.

"Kek, untuk masalah itu kami tidak bisa janji," ucap Jonathan. "Anak itu pemberian dari Tuhan. Dan, apakah jumlahnya tidak terlalu banyak?"

"11 itu tidak terlalu banyak, Jo," ucap Kakek Jonathan yang sebenarnya ingin mengerjai pasangan itu saja. "Lagipula, proses membuatnya sangat menyenangkan. Kalian pasti akan kecanduan."

"Jika kalian masih belum diberi oleh Tuhan, kalian tidak boleh putus asa. Justru kalian harus lebih rajin dan berusaha lebih kuat lagi. Jika perlu, kalian pergi honeymoon agar bisa fokus membuat cicit Kakek 24 jam."

"Sudah, sudah," ucap Nenek Jonathan menyudahi keusilan suaminya itu. "Kamu tidak boleh mengerjai mereka seperti itu, Sayang. Kasihan mereka."

"Lihat, cucu menantu kita sudah sangat malu sampai-sampai wajahnya memerah karena ulahmu."

"Huh. Untung saja Kakek hanya bercanda," ucap Nayla didalam hati. "Jika tidak, keinginan Kakek sangat memberatkan."

"Aku harus melakukan sesuatu kepada kedua orang ini," ucap Kakek Jonathan didalam hatinya. "Aku yakin setelah mereka menghabiskan malam bersama, hubungan mereka akan berkembang lebih cepat."

"Aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk cicit pertamaku. Aku harus segera menyusun rencana agar mereka mau memproduksi cicitku dengan cepat dan sesegera mungkin."

Akhirnya, semuanya bisa sarapan dengan tenang. Meskipun masih ditemani dengan perdebatan kecil Nayla dengan Ega karena Ega sangat suka menggoda adiknya itu. Apalagi mulai sekarang Nayla akan ikut Jonathan dan tinggal di mansion yang sudah disiapkan oleh Jonathan. Jadi, sebisa mungkin Ega akan menggoda adiknya saat mereka bertemu.