Dina, Syifa dan Juned mereka bertiga adalah anak Sania dari Sofwan. setelah mengalami pahit dan manisnya kehidupan, hidup mereka kembali diuji.
Setelah Sofwan bapak mereka meninggal dunia, menyusul lagi ibunda tercinta pergi menghadap yang kuasa. Dina sebagai anak sulung harus berjuang untuk adik-adiknya.
Mampukah mereka bertiga melewati semua cobaan yang kelak akan dilewati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senajudifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Bertemu Para Tante
Auhhhhh....
Mereka berdua teriak bersamaan dan sama-sama melompat mundur kebelakang dengan keadaan lengan mereka masing-masing merah melepuh.
Sementara gadis cilik itu hanya mundur beberapa langkah saja tapi masih menyeringai seperti mentertawakan kedua orang di hadapannya yang tadi beradu lengan dengannya.
"Gila...lenganku seperti menghantam tembok beton, keras sekali, lenganku sampai merah melepuh begini!!" Keluh si cungkring.
Lalu cungkring dan gembrot saling memandang, rupanya mereka saling memberi aba-aba satu dengan yang lain untuk kabur.
"Kabuurrr broott!!" Teriak cungkring memberi aba-aba kabur.
"Sudah jangan dikejar Fa, kamu urus dulu Devina ini!! Baju aki sudah basah berkali-kali kena ompol sama Devina!!" Kata aki Ibud.
"Iya ki maaf, Devina memang tidak dibiasakan memakai pampers karena pahanya sering lecet, kasihan!!" Kata Syifa.
"Mereka tadi sebenarnya siapa ki??" Tanya Syifa sambil mereka keduanya masuk kedalam rumah.
"Ya siapa lagi kalau bukan orang yang nggak suka melihat tante Dellamu bahagia!!" Kata aki Ibud.
"Kita harus cepat mencari bukti keterlibatan mereka ki, Syifa kasihan melihat tante Della yang selalu hidup dalam kecemasan akan orang dari masa lalunya!!" Kata Syifa.
Sementara itu....
Bruak....
"Apa maksud kalian?? Gagal lagi hanya menghadapi seorang anak kecil??" Tanya Bram marah bukan main sambil menggebrak meja.
Bisma diam sambil memperhatikan lengan cungkring dan gembrot yang merah melepuh dan kini jadi sedikit membengkak.
Dia memang bukan dokter, tetapi sebagai perawat dia tau dari luka lebam di lengan orang suruhan kakaknya itu jika dibiarkan akan semakin parah.
"Kenapa lengan kalian berdua??" Tanya Bisma seraya menajamkan matanya pada lengan yang merah melepuh dan mulai membengkak.
"Apa yang sudah menghantam tangan kalian??" Kata Bisma.
"Lengan kami berdua kena tepisan tangan anak itu saat kami hendak memukulnya." Kata cungkring.
"Maksud kalian lengan menghantam lengan begitu??" Tanya Bisma lagi.
"Lengan kalian berdua beradu dengan anak itu begitu maksud kalian??" Tanya Bisma lagi.
Cungkring dan gembrot mengangguk bersamaan.
"Bukan main, jika dua orang dewasa seperti kalian kalah beradu lengan dengan seorang gadis cilik berarti dia hebat dong!!" Kata Bisma dengan wajah serius.
"Kami memang terlalu meremehkannya, kami pikir dia masih gadis cilik tentu saja tak bisa apa-apa ternyata kami salah, kami berdua yang tergolong pandai berkelahi malah tak ada apa-apanya dibandingkan dengan gadis belia itu." Kata gembrot.
"Siapa lagi sih?? Mengapa banyak sekali orang hebat yang mengelilingi Della??" Rutuk Bram kesal.
************
"Wah, kamu kedatangan tamu ya Din?? Siapa si ganteng ini??" Sapa Hans dengan ramah.
"Dia teman Dina bang, kami saat kecil berteman tetapi kemudian lama terpisah terus Nathan kembali bersekolah di sekolah kami dulu." Kata Dina.
"Oh ya sudah, kalian mengobrol lah dulu, abang akan kembalike dalam!!!" Kata Hans.
Sementara Cecilia memandang Hans sambil tersenyum-senyum.
"Bagaimana Cecilia? Kamu sudah kalah taruhankan!!" Kata Dina.
Cecilia hanya mendengus mendengar perkataan Dina.
"Makanya jangan suka meremehkan pekerjaan orang lain, orang tua kamu orang kaya beda dengan aku yang sedari kecil hidup susah bersama bunda dan adik-adikku, almarhumah bundaku mengajarkan nggak apa-apa bekerja apapun yang penting itu pekerjaan halal!! Aku biasa hidup susah, aku mengaku menjual suara sejak aku masih sekolah dasar!!" Kata Dina santai.
"Di panggung yang kamu naiki itu, di sana lah aku mulai mengenal gitar, drum, organ dan alat musik lainnya, panggung itu yang telah membesarkan namaku dan kafe ini?? Sebagian jiwaku ada di kafe ini, jadi aku tak akan membiarkan siapapun menghina kafe ini karena menghina kafe ini sama saja dengan menghinaku!!" Ucap Dina seraya menatap Cecilia datar.
"Aku tau kamu mencintai Juma, terserah kalian mau sebagai apa aku tidak peduli tapi jangan sangkut pautkan namaku di dalam hubungan kalian!! Mengerti??" Tekan Dina .
"Hei sudahlah cantik...kok marah melulu, jelek tau!!" Kata Nathan mencolek hidung Dina.
"Aku tidak narah Nathan, aku hanya sekedar memberi peringatan padanya!!" Tunjuk Dina pada Cecilia.
"Aku tidak tau kalian ada masalah apa dan ada hubungan apa!! Tapi aku harap juga padamu Juma, jika cewek ini pacarmu jaga dia supaya tidak mengganggu Dina, katena kamu tau kan bagaimana Dina? Mengganggunya sama saja membangkitkan sisi kegelapan dalam dirinya!!" Kata Nathan seraya menepuk bahu Juma.
Semenyara Cecilia tidak mampu lagi berkata apapun selain nerah padam wajahnya.
****************
"Leganya!!! Akhirnya aku bisa menghirup udara kebebasan setelah dua tahun lebih terkurung di dalam penjara yang lembab dan dingin!!" Kata salah seorang wanita yang baru saja menghirup udara kebesannya hari ini.
"Seorang wanita sudah menyambutnya di luar gerbang penjara.
"Selamat atas kebebasan kalian para saudariku!! Kuharsp dinginnya lantai prnjara bisa membuat ksluan jera untuk tidak lagi berbuat kejahatan!!" Kata Juwita.
Iya, setelah dua tahun lebih di dalam penjara akhirnya membuat Nuri dan Anya kini bebas.
"Sebelum pulang ke tempat kita, aku ingin mencari makan dulu Juwi, aku mendengar ada satu kafe terkenal di kota ini, kami ingin makan di sana!!" Kata Nuri.
Dengan mengendarai mobil, hanya sekitar sepuluh menit mereka tiba di kafe tempat Dina bekerja.
"Wah, ternyata benar kata selentingan orang yang mengatakan bahwa kafe ini nyaman, semoga makanan di kafe ini pun menggugah selera!!" Kata Anya.
Mereka bertiga masuk ke dalam, kebetulan ini belum jam makan siang jadi kafe belum terlalu ramai.
Mereka bertiga duduk di pojok kafe.
Seorang gadis manis yang usianya masih sekitaran 12 tahun datang kehadapan mereka dengan membawa daftar menunya.
"Permisi ibu-ibu...ini daftar menu makanan di kafe kami, silakan!!" Katanya.
Sambil memilih Juwita menatap lekat gadis cilik itu lalu bertanya.
"Kok seusia kamu sudah bekerja? Memang kamu tidak sekolah?" Tanya Juwita yang akhirnya juga mengalihkan perhatian Nuri dan Anya pada gadis itu.
"Oh, saya bersekolah dari hari senin sampai jumat saja bu, sabtu dan minggu libur!!" Jawabnya tersenyum.
Ketiganya terpana melihat senyum itu. Setelah mencatat pesanan ketiganya, gadis cilik itu pun berlalu.
"Apakah kalian sependapat denganku??" Tiba-tiba Nuri bertanya.
"Gadis cilik itu, senyumnya seperti mengingatkan aku pada Sofwan saat masih kecil dulu, mirip sekali hanya ini versi wanitanya!!" Kata Nuri.
"Iya, aku baru saja akan mengatakan demikian!!" Kata Juwita pula.
Tak lama pesanan ketiganya datang.
"Silakan bu, semoga berkenan dengan hidangan kami!!" Kata Syifa.
"Nak, apakah kedua orang tuamu yang membiarkan kamu bekerja part time di sabtu dan minggu begini??" Tanya Juwita.
"Bekerja memang kemauan saya kok bu, lagian ini adalah kafe keluarga!!" Kata Syifa.
"Wah pasti ayah dan ibumu bangga memiliki putri yang cantik, cerdas dan pekerja keras sepertimu ini!!" Kata Juwita lagi.
"Ayah sama ibu sudah lama meninggal bu, jadi kami sekeluarga saja yang saling bahu membahu mengelola kafe ini, karena bagi kami semua pekerja di kafe ini adalah keluarga!!" Jawab Syifa sambil tersenyum.
"Oalah...maafkan kami ya jika begitu!!" Kata Juwita lagi.
Mereka bertiga menikmati hidangan dalam diam seolah larut dalam pikiran masing-masing.
Sementara Syifa yang tadi berwajah sangat manis saat sudah berada di dapur, wajahnya jadi tegang dan mengeras.
*
*
***Bersambung...
Apakah Syifa mengingat sesuatu?
Mohon dukungannya ya reader🙏🙏