Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Calon Ipar ~ 15
Hari ini Husna baru saja mendapatkan kabar dari Huda jika dia akan pulang telat karena masih ada mata kuliah tambahan yang harus ria ikuti. Sebenarnya Huda paling sering bolos saat tiba mata kuliah yang tak disukainya. Semua ini Huda lakukan karena malu pada Husna jika dia akan mendapatkan surat panggilan dari kampus lagi.
"Gue yakin, ada yang gak beres sama aku Huda Gak biasa-biasa tuh anak masuk kelasnya Pak Adam. Secara selama ini dia selalu bolos pas kelas Pak Adam," celetuk Arul yang dari tempat duduknya.
"Gue mikirnya juga gitu, Rul. Tapi Alhamdulillah kalau Huda udah berbuah. Mudah-mudahan kedepannya anak itu semakin baik. Gue denger Huda udah mutusin Miya sama Keisha. Mudah-mudahan Huda juga akan segera memutuskan hubungan dengan pacar yang lain," sambung Mail.
Berbeda dengan dua orang temannya, wajah Dimas terlihat suram, sesuram nasibnya, karena dia bisa melihat jika Huda perlahan mulai menyukai Husna. Jalan untuk menunggu jandanya Husna semakin tak terlihat. Tidak mungkin juga dia berani untuk menipu Huda.
"Lo kenapa, Dim?" tanya Arul saat melihat Dimas terlihat lesu.
"Jangan-jangan kedua anak ini jiwanya sedang tertukar, makanya dua-duanya sama-sama aneh!" celetuk Mail.
"Lo, kenapa? Kalau ada masalah cerita aja? Udah pengen kawin?" Arul menimpali lagi.
"Diem ah! Berisik tau! Gue lagi patah hati. Gak usah gangguin gue!" komentar Dimas.
Kali ini harapan untuk menjaga bidadari Surga ternyata lenyap begitu saja. Huda sudah mulai membuka hatinya untuk Husna, wanita idamannya. Andaikan saja Huda bukalah sahabatnya, mungkin Dimas akan maju untuk mendapat Husna. Namun, sayangnya Huda adalah sahabatnya dan Mas Yudha pun juga telah menyerahkan Husna pada Huda.
"Sejak kapan lo punya gebetan? Sama cewek aja lo takut!" Kini giliran Huda yang mengomentari Dimas.
"Sekalipun gue takut sama cewek, setidaknya gue pria normal yang punya rasa cinta. Lo sih gak pernah ngerasain gimana rasanya mencintai istri orang," ujar Dimas dengan lesu.
Ucapan Dimas membuat mata ketiga orang sahabatnya langsung melotot kearahnya.
"Dim ... lo masih waras kan? Emangnya di dunia ini nggak ada wanita lain selain istri orang? Istighfar, Dim!" ucap Huda seketika.
"Ya mau gimana lagi, gue udah suka sama dia juah sebelum dia menikah. Tapi sudahlah ... sepertinya pria yang dinikahinya sudah mencintainya. Melihat dia bahagia, aku juga akan merasa bahagia. Tapi ikut nyesek aja gak jadi nunggu jandanya," ungkap Dimas.
"Ya salah lo sendiri Napa lo jatuh cinta sama istri orang. Tuh ambil aja mantan-mantan gue! Lo tinggal pilih yang mana yang lo suka!" celetuk Huda.
"Gak sudi dapat bekas bibir lo!"
"Lah, daripada istri orang, bekas digali sama lakiknya. Mending mantan gue, cuma gue sun di pipi sama bibirnya doang."
Perbincangan yang tidak akan berakhir jika sang dosen tidak masuk ke dalam kelas. Baru saja dosen Adam masuk kedalam kelas, mendadak tubuh Huda sudah panas dingin. Kelas yang sama sekali tidak pernah dia ikuti, hari ini terpaksa Huda mengikuti dengan keterpaksaannya.
Jika biasanya waktu 45 menit rasanya singkat, kini waktu 45 menit rasanya seperti satu hari.
"Duh ... kapan siapnya sih? Mana semakin panas dan gerah lagi," gerutu Huda dengan pelan.
Disisi lain Husna yang merasa sangat bosan berada di rumah sendirian memutuskan untuk duduk di teras. Meskipun hanya tinggal di sebuah kontrakan tetapi Huda memilih kontrakan di sebuah perumahan. Sebenarnya Husna sayang akan uang sewanya, tetapi Huda sudah telanjur cocok dengan tempanya.
Baru saja duduk, ponsel Husna berbunyi sebuah notifikasi pesan. Saat dilihat Huda adalah pengirimnya, Husna segera membuka pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Saat dibaca, Husna hanya bisa mengulum senyum di bibir saat Huda mengirimkan sebuah fotonya yang sedang mengantuk di dalam kelas, karena materi yang tak kunjung usai.
Huda : [ Mbak kasih semangat dong. Aku udah ngantuk berat ini ]
Husna : [ Semangat Huda, kamu pasti bisa ]
Huda : [ Kok cuma gitu aja sih, Mbak? Kasih sun gitu dong! ]
Huda : [ Mbak kok cuma read doang, sih? Balas dong! ]
Huda : [ Mbak Husna ... balas! ]
Husna memilih mengabaikan pesan dari Huda, karena dia tidak bisa mengontrol detak jantungnya yang kian berdetak lebih kencang. Rasanya ada desiran dalam hati yang mengalir begitu saja, saat Huda mengatakan minta sun.
...***...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat