NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 27

"Masalahnya ayah, Zira … perusahaannya sudah bangkrut. Bahkan, beliau sekarang kena stroke. Semua kebutuhan keluarga mereka hanya bergantung pada butik kecil ibu Zira. Zira biasanya membantu ibu menjaga butik itu, tapi jujur saja, penghasilannya sangat terbatas, jadi dia tidak bisa memberikan apa-apa untukku dari sana," ucap Zyan, suaranya sedikit gemetar. Ia mencoba tersenyum, meski matanya tak sanggup menyembunyikan perasaan malu yang mengalir di dalam hatinya.

"Aku biasanya mendapatkan uang dari anak-anak yang ikut balap liar. Ketika mereka menang, ada bagian hasil yang biasanya dibagi rata, termasuk untukku. Dari situlah aku dapat uang untuk membayar utangku padamu." Zyan berhenti sejenak, menatap Livia dengan penuh keraguan, seolah mencoba membaca ekspresinya. "Mungkin terdengar konyol atau rendah, tapi hanya itu cara yang kupunya sekarang."

Livia tidak menunjukkan banyak emosi. Ia menggeser kertas perjanjian itu di depan Zyan, lengkap dengan materai, dan menyodorkan pena kepadanya. "Oke. Jadi aku harus menunggu hasil kemenangan itu? Tidak masalah. Yang penting kamu memang punya niat untuk membayar. Tanda tangan di sini," ujarnya tanpa banyak basa-basi, seolah menjaga jarak dengan perasaan apa pun yang mungkin muncul.

Zyan menatap kertas itu lekat-lekat. Ia merasakan dorongan tajam di hatinya, semacam luka yang menyadarkannya betapa hubungan persahabatan ini sudah berubah. Tangannya gemetar saat meraih pena, tapi sebelum melakukannya, ia mendongak dan bertanya dengan suara yang hampir tak terdengar, "Apa harus sejauh ini, Livia? Kamu seakan-akan tidak mempercayaiku lagi. Kita kan teman … satu klub motor. Masa harus ada perjanjian segala?"

Namun, dalam hati, Zyan tahu jawabannya. Kepercayaan, sekali rusak, butuh lebih dari sekadar kata-kata untuk memulihkannya. 

Livia menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara. "Bukan soal uangnya," ucapnya dengan nada yang terkendali, meski dalam hati masih terasa letupan kecil emosi. "Tapi kepercayaan yang kamu sebut-sebut tadi. Kalau kamu benar-benar jujur dan amanah dalam perkataanmu, buktikan itu. Kalau tidak ... maaf, aku tidak bisa memberikan pinjaman kepadamu."

Zyan terlihat gugup. Tangannya gemetar ringan saat ia mencoba meneguk ludahnya. "Ba-baik, aku tandatangan sekarang," jawabnya terbata, buru-buru meraih dokumen yang telah disiapkan di atas meja dan mulai menuliskan tanda tangannya di atas materai.

Senyum tipis tersungging di wajah Livia. Dalam hati, ia merasa lega sekaligus puas. "Akhirnya masuk juga ke dalam rencanaku," pikirnya dengan sinis. "Bagaimana mungkin dia bisa melunasi utang sebesar itu? Aku tahu ini permainan yang tidak adil, tapi dunia ini tak pernah adil, bukan?"

Livia menatapnya penuh percaya diri. "Senang bisa bekerja sama denganmu, Zyan. Jadi, kamu mau uangnya dalam bentuk cash atau aku transfer saja ke rekeningmu?"

Wajah Zyan sedikit berubah cerah, seolah ia mendapatkan harapan baru. "Kalau bisa uang cash saja, Livia. Aku butuh uangnya segera," ucapnya, nada tidak sabar dalam suaranya sangat kentara.

Livia mengangguk singkat sambil menyerahkan segepok uang yang telah disiapkan sejak awal. Semuanya sudah direncanakan dengan matang. Ia bahkan tahu rencananya dan ke mana uang itu akan Zyan habiskan.

"Ambil ini," ujar Livia sambil menatapnya lurus-lurus. "Mulai bulan depan, kamu harus mulai membayarnya. Jangan lupa itu."

Zyan mengangguk dengan anggukan yang nyaris lemah, tapi matanya berbinar melihat tumpukan uang di tangannya. ia hanya bisa tersenyum kecil sambil memandang uang.

"Mari kita lihat, Zyan, seberapa jauh langkah yang bisa kamu ambil sebelum semuanya hancur," pikir Livia dalam hati sambil meliriknya yang tampak sangat puas.

"A-aku pamit dulu," ucap Zyan sembari menatap wajah Livia yang terlihat tenang, terlalu tenang hingga membuatnya sedikit risih. "Mau pulang bertemu ibuku, mungkin sekalian membeli makanan enak juga. Maaf kalau tadi mengganggu waktumu."

"Tidak masalah, Zyan. Kamu hati-hati di jalan, ya. Sampai jumpa." Livia tersenyum tipis, namun ada sesuatu di sorot matanya yang membuat Zyan bertanya-tanya.

"Apakah dia tahu apa yang sedang kurencanakan? Ataukah aku yang terlalu banyak berpikir?" pikir Zyan membalas senyumnya, lalu melangkah pergi.

Di bawah sinar matahari yang mulai meninggi, langkah Zyan terasa berat. Ia tahu apa yang akan dilakukan bukanlah hal yang benar. "Namun, apa lagi yang bisa kulakukan? Orang tua Kevin terus menghalangi jalanku, mengambil apa yang seharusnya bisa menjadi milikku. Kalau bukan aku yang bertindak, siapa lagi?" batinnya, mencoba membenarkan niat busuk.

Begitu sampai di motor, Zyan hidupkan mesinnya dan segera meninggalkan rumah Livia. Namun, dalam perjalanan, pikirannya tetap dipenuhi rasa bersalah. "Ibu selalu bilang bahwa aku harus menjadi orang yang jujur, tapi dunia ini tidak selalu adil, kan? Untuk bertahan, aku harus lebih cerdik dari mereka," gumamnya pelan.

Beberapa menit berlalu, hingga Zyan tiba di pasar tradisional yang katanya menjadi sarang para preman terkenal. Ia mengamati sekeliling dengan gugup. Tempat ini terasa suram, bau anyir bercampur dengan aroma tak sedap dari sampah yang berserakan.

Zyan tahu bahwa melibatkan mereka adalah langkah berbahaya, tetapi rasanya ia tidak punya pilihan lain. Demi diri, demi ambisinya, harus melakukannya.

Seorang pria bertubuh besar mendekat, sorot matanya tajam seperti elang. "Ikut aku," katanya singkat.

Zyan mengikutinya tanpa banyak bicara, meskipun telapak tangan mulai basah oleh keringat dingin. Hatinya berdebar kencang, seperti genderang perang yang memekakkan telinga. Ia dibawa ke sebuah ruangan sempit dengan lampu redup. Di sana, seorang pria yang tampak lebih tua menatapnya dengan penuh selidik. "Namaku ... Zyan," ucapnya, mencoba terdengar percaya diri meskipun suara bergetar. "Aku punya tugas untuk Anda."

Pria itu menyeringai, senyumannya membuat Zyan semakin tidak nyaman. "Tugas apa? Bayarannya besar, tidak?" tanyanya dengan nada dingin, matanya menembus tepat ke dalam rasa takut.

Zyan menelan ludah, mencoba mengusir keraguan di hatinya. "Ini demi kepentinganku. Kalau aku mundur sekarang, berarti aku kalah," bisiknya pada diri sendiri, mencoba menenangkan pikiran. "Aku harus maju, apa pun risikonya.". 

Zyan susah payah menelan salivanya. "Ini alamat orang itu, dia punya usaha toko roti di sana. Anda cuman perlu memfitnah jualan mereka, biar orang-orang tidak mau membelinya. Ua-uang bayarannya, Tuan."

Preman itu, menatap amplop coklat di depannya. Lalu memberikan kode kepada anak buah lain, untuk menghitung jumlah uang itu.

"Uangnya berjumlah empat juta, Bos. Tugasnya mudah ini," jawab anak buah preman itu.

"Baik, kami bisa menyelesaikan tugas ini. Biar kamu yang bergerak, kamu tinggal beresnya nanti. Ayo, kita bergerak cepat." Preman itu, memberikan kode kepada lainnya.

Zyan tersenyum smirk. "Lihatlah apa yang aku lakukan kepadamu, Kevin. Intinya kamu tidak bisa lepas dari klub motor milikku, terus-terusan terjerat denganku dan menghasilkan uang," gumamnya pelan. Sudah waktunya pergi dari sini, jangan sampai ketahuan oleh seseorang. Membiarkan para preman yang melaksanakan tugasnya itu.

**********

Sedangkan di tempat lain, Rekha menemui adiknya di sebuah desa yang suasananya masih alami. Ia sengaja mau membujuk adiknya kembali ke kediaman keluarga besar Esier.

"Dalam rangka apa Kak Rekha ke sini? Padahal sangat jauh sekali," kata Dara duduk santai di halaman belakang. Ini adalah waktu yang diinginkannya sejak dulu. Jauh dari keramaian keluarga, menikmati hidup tenang dan anaknya mengurus usaha mendiang suami.

Rekha tersenyum manis, tentu ada maksud lain dan mau jauh-jauh menemui adiknya. "Aku ke sini memintamu untuk kembali, Dara. Apa gunanya hidup jauh dari keramaian, bahkan kamu jauh dari anak sendiri."

Dara menghembuskan napas beratnya. "Anakku sudah dewasa sekarang, Kak Rekha. Walaupun tidak diawasi, Livia bisa menjaga dirinya dan menjadi anak yang baik. Untuk apa membujukku kembali? Bukannya Kak Rekha sudah mengusirku?"

Glek

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!