Bukan cerita poligami... Ini cerita dua orang wanita yang tidak mau mencapai surga dengan cara berbagi suami...
Shanshan mengira, menjadi cucu dari keluarga kaya raya, dan model seksi ternama, bisa membuatnya mudah mendapatkan Emyr; pria yang dicintainya...
Rupanya tidak, karena background kehidupannya, justru menjadi masalah bagi hubungan cintanya...
Shanshan harus menyaksikan pernikahan kekasihnya bersama wanita surga pilihan orang tua Emyr...
Meski nyatanya cinta Emyr masih untuknya, tapi ia tidak rela menjadi madu dari salah satu kaumnya (perempuan). Jangan sampai ada surga tak terindu: baginya dan Adeeva.
“Sekalipun aku tidak berpikir untuk menyentuhnya, rasaku masih tulus padamu, Shan," ucap Emyr.
“Allahumma baid baini wa baina.” Berkaca-kaca Shanshan merapalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesak
...📌Thanks yg udah doain lewat IG atau pun lewat WA,, lope kalian semua...❤️ sudah mulai up everyday yaa...❤️...
...----------------...
Cukup lama Emyr bergeming, sebelum ia beranjak ke kelasnya. Dan tiba di tempat, rupanya tak ada sosok yang seharusnya sudah duduk di sebelah kiri kursinya.
Bukan hanya Shanshan, Farah dan Aruna pun tak nampak di matanya. Hanya ada Berg yang sudah siap di kursi andalannya.
Emyr juga melihat Haikal telah duduk di barisan kursi depannya. Saat menapaki satu persatu anak tangga menuju kursinya, tak sengaja mata keduanya saling bertemu, bukan menegur sapa, justru datar di masing-masing wajah tampan mereka.
Emyr duduk di kursi andalannya; yaitu kursi yang bersisian dengan kursi Berg. Dan ketiga kursi di sisi kiri Emyr, biasanya digunakan oleh Shanshan, Farah kemudian Aruna.
"Shanshan belum masuk?" tanya Emyr. Berg yang ditanya hanya bergumam manggut manggut tanpa mengalihkan perhatian dari bukunya.
Emyr menghela napas dalam, apakah mungkin kejadian barusan membuat Shanshan urung mengikuti kelas?
Padahal hanya ada beberapa kelas lagi saja sebelum disibukkan dengan skripsi.
...{[<<
Lewat air wastafel di toilet, Shanshan menumpahkan kesahnya. Sedikit tangis dan isaknya ia bagi di sana.
Dicintai Emyr; sesuatu yang sangat Shanshan harapkan, tapi jika sudah begini, bagaimana cara mereka bersatu?
Sampai di Jakarta kemarin, Shanshan masih menunggu kedatangan Emyr. Bukannya kehadiran, justru berita pernikahan yang digaungkan.
Kemudian dengan tidak sopannya, Emyr mengajak dirinya menikah bahkan sebelum pernikahan pertamanya menemukan sakinah mawadah warahmah?
Shanshan mengusap wajah basahnya dengan banyaknya tisu yang dia ambil serampangan dari dalam tasnya.
Raut masih kesal, marah, muak, dan semua rasa terkutuknya bercampur aduk menjadi satu.
Farah dan Aruna ikut mengusap punggung gadis itu; berharap bisa mengurangi beban kesedihan sahabat cantik mereka.
"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Farah.
Shanshan mengangguk kecil. "Aku baik, sekarang kita masuk kelas," ajaknya. Ia membetulkan hijabnya, lalu keluar dari kamar toilet diiringi kedua temannya.
"Shanshan."
Di perjalanan menuju kelas, Shanshan mendapati teguran dari teman-teman dan para fansnya.
Senang atau tidak, Shanshan harus tersenyum, atau media sosial akan memberitakan kesombongannya.
Ada sebagian pria yang sedikit terkejut melihat perubahan Shanshan.
Dikhianati oleh Emyr, rupanya tidak membuat Shanshan berpaling dari pakaian tertutupnya, malah terkesan lebih istiqomah.
Tiba di kelas, langkah kaki Shanshan sempat dipelankan setelah melihat Emyr di kursi sana.
Aruna dan Farah lebih dahulu berlari menaiki anak tangga kecil dan duduk di masing-masing kursinya.
Shanshan memandang sekilas Emyr, dan terdapat tatapan kecewa pemuda tampan itu saat dirinya mengambil tempat duduk di barisan depan.
Bahkan tak segan Shanshan melewati bangku Emyr, untuk bisa duduk di sisi Haikal yang terkaget mendapati hal itu.
Secara bergantian, Haikal menoleh kepada Shanshan lalu pada Emyr yang duduk di belakang barisan bangkunya.
Tampak kesal raut Emyr, tapi, jika dipikir lagi, yang dilakukan Shanshan sudah sangat dibenarkan. Tidak seharusnya Emyr dan Shanshan duduk bersisian.
"Aku belum bilang makasih atas jemputan mu Haikal. Makasih ya," ucap Shanshan.
Haikal tersenyum. "Pulang nanti aku antar pulang juga, mau?" tanyanya.
"Boleh," angguk Shanshan. Keduanya tersenyum sangat manis sebelum saling mengobrol dengan raut riang masing-masing.
Sekuat tenaga Emyr menahan kecemburuan, pulpen dalam genggamannya patah menjadi beberapa bagian.
Berg mengusap lembut punggung sahabatnya. Dia tahu, sakit yang Emyr rasakan lebih dari apa pun.
Tak berapa lama, kelas di mulai, Lektor sudah mengisi ruangan. Satu pemuda berpakaian acak-acakan bernama Juan Manuel terlambat datang.
Senyum miring Juan tertampil melihat Shanshan duduk di bangku yang biasanya dia tempati. Tak pikir panjang, Juan berlari duduk di sisi Emyr.
Saat menjatuhkan tubuhnya di kursi, sempat tangan Juan menyentuh punggung Farah, berbisik 'Hay Sayang' di telinga gadis itu.
Farah diam tak merespon, Juan memang terkenal playboy bahkan sempat beberapa kali menembak Shanshan tapi selalu ditolak.
Juan melirik Emyr, ia melihat ada patahan pulpen di meja Emyr; yang mana dia yakini menjadi pelampiasan kecemburuan pemuda itu terhadap Shanshan dan Haikal.
Juan menyeringai kecil, dengan tangan yang mengusap-usap jambang tipisnya, ia mendekati telinga Emyr yang masih menatap ke arah Shanshan dan Haikal.
"Kau tahu Emyr dzemir, dulu aku juga bisa mematahkan apa pun, saat kau mendekati gadis incaran ku," bisiknya.
Sontak, Emyr melirik tajam pemuda berbau alkohol itu, dan wajah menyebalkan Juan lumayan membuatnya naik pitam.
"Tapi tidak apa, aku sudah memiliki fotonya untuk melepas hasrat kecemburuan ku, dan kau boleh melakukan hal yang sama, jika kau mau," kata Juan.
Pemuda itu mengeluarkan ponselnya, menunjukkan foto-foto terdahulu Shanshan dengan menggeser jarinya di atas layar miliknya. "Kau punya foto ini? ... Ini? ... Atau yang ini mungkin?" tanyanya.
Jemarinya berhenti di foto Shanshan yang cukup terbuka di area dada, paha dan perutnya.
"Wow wow wow, foto yang ini benar-benar menggairahkan bukan, kau bisa cepat keluar jika melakukannya dengan memandangi foto ini," ujarnya.
"Coba saj..."
Brakkk...
Belum lagi selesai ucapan Juan, ponsel miliknya sudah Emyr renggut untuk dibanting hingga hancur berkeping-keping.
Juan berdiri melotot tak terima, di situ kesempatan Emyr melayangkan tinjunya pada wajah Juan Manuel. "Bajingan!" teriaknya.
Juan terkapar di bawah kaki Farah. Aruna serta mahasiswa lainnya berteriak hingga sampai ke telinga Shanshan, Haikal dan dosen mereka tentunya.
Di atas anak tangga, Emyr masih memberikan tendangan bebas pada tubuh lelaki itu. Selain merangkak pergi, Juan tak mampu bangkit, pukulan dan tendangan Emyr tak cukup mampu ia tepis.
Rupanya benar, kemarahan singa yang tak pernah bersuara lebih menyeramkan dari pada anjing yang sering menggonggong.
Di tengah teriakan orang-orang, Haikal dan Berg berlari.
"Cukup Gus! Kau bisa membunuhnya!" peringat Haikal. Ia tahu betul, Emyr telah mendapat sabuk putih di perguruan silat yang sama-sama mereka ikuti.
Emyr menepis Haikal dan Berg, lalu mengalihkan pandangan pada Shanshan yang menatap kecewa dirinya.
Sumpah demi apa pun, Emyr tak kuasa menahan diri, saat foto mantan kekasihnya dijadikan objek fantasi laki-laki. Lalu salahnya di mana?
"Kau keluar dari kelas saya, Emyr!" Lektor mencetuskan kata itu dengan bulatan mata kecewanya.
Juan masih tak berdaya di lantai anak tangga, sebagian orang menolong laki-laki itu.
Sementara Emyr pergi ke bangkunya, meraih tas ransel miliknya, lalu meraih ponsel milik Juan yang ingin sekali ia lenyap kan.
Berjalan arogan Emyr keluar dari kelas, hal itu disaksikan oleh Shanshan juga teman lainnya tentu saja.
Emyr sesak, seolah sudah kehilangan semua yang ingin ia capai. Tiba di kolam ikan ia menenggelamkan ponsel Juan; berharap benda laknat itu tak lagi berfungsi selama lamanya.
Wajah kalutnya ia usap secara kasar. Kacau sudah kehidupannya setelah keputusan yang lagi-lagi bukan berasal darinya dia ambil.
Di rumah ada istri sahnya, tapi masih saja memiliki kecemburuan terhadap mantan kekasih yang jelas-jelas tidak lagi mau menerima dirinya.