Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mungkin Bukan Putrinya
Wanita itu terus menatap pada selembar foto usang di tangannya. Foto seorang gadis kecil yang sangat cantik dan berbola mata berwarna Hazel yang sangat indah. Jari-jari lentiknya dengan gemetar menyentuh foto itu dan air mata menetes dari pelupuknya.
Jika saja putri kecilnya meninggal 23 tahun yang lalu, pasti saat ini dia sudah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik dan anggun. Karena saat kecelakaan maut itu terjadi, Jessica baru berusia 2 tahun.
Bukan hanya kehilangan putrinya, dia juga kehilangan kakak tercintanya dalam kecelakaan itu. Bedanya, jasad putrinya tidak bisa dia temukan sampai detik ini.
"Ma, kenapa tidak turun untuk makan sarapan?" Wanita itu menyeka air matanya saat melihat kedatangan putra sulungnya.
Ia tersenyum simpul. "Sebentar lagi Mama turun. Kau duluan saja," jawab si Ibu.
Kemudian pria itu menghampiri sang ibu lalu mengambil foto usang yang ada ditangannya. Senyum tipis terlukis disudut bibirnya. "Pasti Mama sangat merindukannya kan, aku juga. Jika saja dia masih hidup, pasti saat ini usia Jessica sudah 25 tahun." Ucap pria itu sambil tersenyum hambar.
Saat kecelakaan itu, Johan baru berusia 5 tahun. Yang dia ingat tentang adiknya adalah dia yang memiliki mata berwarna Hazel dan kulit seputih porselen. Johan sempat membayangkan seberapa cantik adiknya itu jika dia masih hidup.
"Han, pasti Papamu sudah menunggu kita untuk sarapan. Ayo turun, jangan buat dia menunggu terlalu lama." Ucap Nyonya Jung seraya bangkit dari duduknya. Johan mengangguk. Lalu ia dan Nyonya Jung melenggang keluar meninggalkan kamar.
-
-
Serra terus memperhatikan kalung yang ada di genggamannya itu. Kalung yang begitu cantik dan berkilauan. Mendiang Neneknya memberikan kalung itu pada Serra saat dia berusia 15 tahun, kata mendiang Neneknya, kalung itu adalah jati dirinya.
"Apa kau tidak bosan terus melihat kalung itu sampai hampir satu jam!" Tegur Lucas, dia bersandar pada pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Sontak Serra menoleh dan menatap Lucas yang terlihat menghampirinya. "Aku ingat perkataan mendiang Nenek ketika memberikan kalung ini padaku, dia bilang jika kalung ini adalah jati diriku. Tapi aku tidak paham dengan apa yang dia katakan. Semalaman aku memikirkannya, jati diriku? Kemudian aku berpikir jika aku bukanlah putri kandung dari keluarga Valentino." Ujar Serra panjang lebar.
"Kenapa kau berpikiran begitu?" Tanya Lucas. Mata kanannya memicing dan menatap Serra penuh tanya.
"Karena perlakuan beda mereka padaku. Jika aku memang putri kandungnya, tidak mungkin dia memperlakukanku seperti sampah dan lebih menyayangi Sarah. Mereka selalu bersikap kasar dan sering menganggapku sebagai anak pembawa sial. Cuma mendiang nenek-kakek yang bersikap baik padaku," Tutur Nara.
"Bagaimana kalau kita lakukan tes DNA untuk mengetahui kau benar putri mereka atau bukan?" Usul Lucas.
"Caranya? Aku sudah malas jika harus balik lagi kesana apalagi belum tentu mereka mau melakukan tes itu."
"Serahkan saja padaku, biar aku yang mengurusnya." Ucap Lucas menimpali.
Serra mengangguk, menyetujui usulan suaminya. Karena hanya dengan tes DNA, dia bisa tau apakah Valentino benar-benar keluarganya atau bukan. "Lucas, tunggu!!" Seru Serra menghentikan Lucas yang hendak meninggalkan kamar.
"Ada apa, apa ada yang ingin kau katakan padaku?" Tanya Lucas memastikan. Serra mengangguk, sepertinya dia harus memberitahu Lucas perihal dalang dibalik insiden yang terjadi beberapa hari lalu. "Kalau begitu katakan."
"Ini tentang dalang dibalik teror itu. Sebenarnya aku sudah mengetahuinya sejak beberapa hari yang lalu, lebih tepatnya saat kau pergi malam itu. Aku dan adik-adikmu menyisir lokasi kejadian untuk menemukan barang bukti. Dan ternyata si kembar tidak sengaja menjatuhkan kameranya di-sana beberapa jam sebelum ditemukan kotak misterius pertama di depan gerbang."
"Lalu kenapa kau tidak langsung memberitahuku?" Lucas menyela ucapan Serra.
"Dengarkan dulu dan jangan asal menyela!!" Lucas mengangguk. "Sebenarnya aku ingin memberitahumu tapi di kembar melarangku."
"Lalu siapa peneror itu?" Tanya Lucas penasaran.
"Axel dan Kakek Xiao. Merekalah yang meletakkan kotak-kotak itu didepan gerbang," jawab Serra.
Lucas tersenyum sinis. "Sudah aku duga jika memang mereka pelakunya. Sepertinya alasan orang yang aku kirim untuk menyelidiki masalah ini belum juga menemukan titik terang tentang teror itu, pasti karena ulah mereka berdua juga. Tapi baguslah, karena menghadapi kedua bocah itu lebih buruk dari pada menghadapi kematian sekalipun." Tutur Lucas panjang lebar.
"Kau tidak mempermasalahkannya?" Serra menatap pria itu tak percaya. Dia pikir Lucas akan marah.
Lucas menggeleng. "Untuk apa dipermasalahkan lagi, toh sudah clear juga. Dan aku sudah mengetahui siapa pelakunya, jadi biarkan saja mereka yang mengurusnya." Ucap Lucas dan pergi begitu saja.
-
-
"A..Apa, jadi di apartemen ini ada hantunya dan mereka mengincar kami semua?!"
Si kembar mengangguk, membenarkan ucapan Kakek Xiao. Deriel dan Daniel mengarang sebuah cerita yang sangat luar biasa untuk menipu keempat manusia bodoh itu. Mereka mengatakan jika ada hantu di apartemen yang mereka tempati ini. Dak bodohnya lagi, mereka malah percaya.
"Betul, Kakek. Semalam kami juga diganggu oleh mereka. Bahkan kedua hantu itu mengambil uang dan jam tangan mewah yang kami miliki. Mereka adalah hantu pemakan uang dan barang-barang berharga." Ujar Daniel, ucapannya begitu meyakinkan.
"Bukan hanya itu saja. Kedua hantu itu juga suka mengambil kolor wanita yang dijemur sembarangan. Katanya untuk jimat supaya awet muda, tidak masuk akal bukan," kini giliran Deriel.
"A..Apa, suka mengambil kolor wanita yang sedang di jemur?" Andien mengulang ucapan Deriel. Dan pemuda itu mengangguk.
Axel sangat-sangat ketakutan setelah mendengar apa yang mereka berdua katakan. Dia terus bersembunyi dibelakang ibunya, Axel si pria arogan ternyata sangat takut pada hantu. Dan itu membuat si kembar geli sendiri.
Dan bukan Deriel dan Daniel namanya jika tidak jahil bin iseng, karena membuat orang naik darah adalah keahlian mereka berdua.
"Kkyyyaaa!!! Hantu!!" Tiba-tiba Daniel berteriak histeris membuat keempat orang itu terlonjak kaget.
Mereka sontak menoleh dan mengikuti arah tunjuk Daniel, keempatnya pun langsung histeris saat melihat sosok menyerupai tengk*rak keluar dari kamar kakek Xiao.
Kedua kaki Kakek Xiao langsung gemetaran dan cairan hangat dengan aroma yang begitu khas merembes dari celananya, lagi-lagi dia terkencing di celananya. "Ke..Kenapa hantu itu malah keluar dari kamarku?" Ucapnya terbata-bata.
"Karena memang di-sana sarangnya, begitulah yang dikatakan oleh dukun sakti yang kami temui tadi pagi." Jawab Daniel menimpali.
"La..Lalu harus bagaimana supaya mereka semua pergi dari sini?" Tanya Anita setelah cukup lama bungkam.
"Gampang. Mandi dan berendam air kembang 7 rupa, yang dicampur dengan air kencing 7 hewan berkaki 4, air dari 7 comberan di 7 kota berbeda, air dari 7 sumur, lalu ditambahkan kotoran kerbau, babi, sapi dan ayam. Lalu berlari mengelilingi pohon di-Sungai Han sebanyak 7 kali dalam keadaan tel*njang bulat. Kata dukun sakti, itu untuk membuang sial supaya hantu-hantu itu tidak mengganggu lagi." Tutur Deriel panjang lebar.
"Menjijikkan, apa tidak ada cara lain lagi?" Tanya Andien memastikan.
Keduanya menggeleng dengan kompak."Tidak!!! Hanya itu caranya, tapi jika kalian menolaknya juga tidak masalah. Yang penting harus siap mental untuk menghadapi mereka setiap harinya." Ujar Daniel.
"Baiklah, kami semua mau. Tidak masalah, yang penting kami lepas dari teror hantu-hantu gentayangan itu." Jawab Axel menimpali.
"Oke, akan kami atur!!"
-
-
Bersambung