"Segera tangkap dia,aku tidak ingin pernikahan ini gagal!"Ucap seorang laki-laki paruh baya dengan stelan jas hitam dan sangat rapi.
"Tapi tuan saya sudah berusaha nona Sena telah kabur bersama seorang laki-laki."Ucap seorang yang seperti nya adalah pesuruh dari laki-laki berpakaian rapi tadi.
Laki-laki paruh baya itu terdiam wajah nya memerah menahan amarah yang saat ini sedang ia rasakan.
Penasaran kan sama ceritanya hehe ayo ikuti kisah-kisah selanjutnya dari novel author yang kesekian ini, semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Namun siapa sangka bukan hanya Zia, Rafael pun sedikit demi sedikit mulai luluh dengan sikap lembut, ketulusan, kesabaran Zia, namun hanya rasa gengsi yang terlalu tinggi.
Malam harinya.
Zia dan Rafael kini tiba di taman bermain di kota tersebut.
Sopir pribadi Rafael pun memberhentikan mobilnya tepat di tempat parkir taman bermain.
Rafael dan Zia pun turun dari mobil kemudian berjalan menuju pintu masuk taman.
Setelah membeli tiket untuk masuk ke taman bermain Zia dan Rafael pun masuk ke dalam, Zia benar-benar terlihat senang malam itu.
terlihat begitu banyak macam permainan termasuk biang Lala, mainan kesukaan Zia sejak kecil.
"Astaga ini indah sekali."Ucap Zia melongo melihat keindahan taman bermain tersebut.
"Kita di mana?"Tanya Rafael bingung karena mendengar suara keramaian.
"Coba tebak kita berada di mana?"Ucap Zia yang mengengam erat tangan Rafael.
"Aku tidak suka menebak."Jawab Rafael malas.
"Kita sekarang berada di taman bermain kota, dan suasananya sangat indah."Ucap Zia penuh semangat.
"Apa? Taman bermain? Apa kau gila? Mengapa kau membawa ku ke sini,aku tidak mau,ayo kita ke tempat lain saja."Ucap Rafael yang awalnya tidak tau kemana tujuan Zia membawa nya,setau nya ia hanya ingin bersantai di sebuah restoran mewah.
"Aiyaa, sebentar saja kita sudah membeli tiket masuk yang mahal."Ucap Zia merengek-rengek.
"Bodoh,uang tidak masalah, habis ya habis saja aku tidak mau di sini."Ucap Rafael malas.
"Hayo lah,aku hanya ingin bermain-main sebentar di wahana."Ucap Zia mulai merengek semakin kuat.
"Benar-benar, wanita gila."Ucap Rafael.
"Boleh kan?"Tanya Zia lagi.
"Terserah."Jawab Rafael pasrah.
Karena jika menjawab tidak maka Zia akan kembali merengek dan itu membuat nya malu.
"Yeyy! Ayo ikut aku!"Ucap Zia terus memegangi tangan Rafael dan mulai berjalan masuk lebih dalam ke taman bermain tersebut.
Rafael kini seperti seorang bapak yang mengikuti anak nya yang bermain.
"Emm,ayo naik biang Lala."Ucap Zia kepada Rafael.
"Apa? Biang Lala? Tidak-tidak, aku tidak mau,kau saja."Ucap Rafael dengan raut wajah yang mulai ngeri mendengar kata biang Lala.
"Oh ayo lah, jika kau tinggal di sini aku akan khawatir,di sini begitu banyak orang."Ucap Zia cemberut.
"Orang tidak akan sudi menculik laki-laki buta seperti ku."Ucap Rafael pelan.
"Justru itu, aku lebih takut jika orang-orang akan menabrak mu atau kau yang menabrak orang-orang, karena di sini banyak sekali anak kecil yang lari-lari."Gumam Zia berhati-hati dalam perkataan nya takut jika Rafael akan tersinggung.
"Jangan khawatir kan aku."Ucap Rafael yang sebenarnya sangat merasa bersalah karena selalu menyusahkan orang lain.
"Sudah, ikut saja,apa kau takut ketinggian?"Ejek Zia sambil tertawa renyah.
"Aku? Takut ketinggian? Mana mungkin."Jawab Rafael berbohong.
Zia tau jelas dari raut wajah Rafael ia takut akan ketinggian.
"Oke kalau kau benar-benar tidak takut ayo pergi naik bersama ku."Ucap Zia jahil.
"Oke."Jawab Rafael tidak ingin terlihat lemah di depan istri nya.
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk naik biang Lala bersama, meskipun takut Rafael tetap tidak mau kalah dan tak ingin Zia menganggap remeh dirinya hanya karena biang Lala.
Zia tau saat ini suaminya sedang berperang melawan rasa takut nya, karena tangan Rafael mulai dingin dan berkeringat.
Saat biang Lala itu mulai bergerak Rafael menjadi semakin takut ia mengengam erat tangan Zia bahkan lebih erat dari sebelumnya.
Zia yang jahil pun melepaskan genggaman itu dan sedikit menjauh kan duduk nya dari Rafael.
"Zianaaa! Aku takuuut!"Teriak Rafael akibat ulah Zia yang jahil.
Saat itu juga Zia tertawa lepas melihat reaksi Rafael dengan wajah penuh keringat dan pucat pasi.
Beberapa menit kemudian mereka pun akhirnya turun dari biang Lala tersebut.
Rafael berjalan cepat entah kemana meningal kan Zia, ia sudah tidak peduli ketika menabrak apapun yang berada di depan nya,ia begitu marah kepada Zia karena telah membuat nya ketakutan.
"Rafael! Rafa! Mas Rafa!"Teriak Zia berlari mengejar Rafael yang berjalan cepat di depan nya tampa tongkat.
Dengan cepat Zia memegang tangan Rafael karena Rafael hampir saja menabrak anak kecil yang berdiri di depan nya.
"Lepas' kan aku!"Ucap Rafael kepada Zia.
"Maaf,aku hanya bercanda."Ucap Zia menahan tawa nya.
"Apa kau puas hah!?Puas telah membuat aku ketakutan!?"Bentak Rafael benar-benar marah.
"Sudah-sudah, jangan marah lagi,aku minta maaf aku tidak akan berbuat seperti itu lagi."Ucap Zia kepada Rafael.
"Aku tidak peduli, sekarang juga pulang."Jawab Rafael.
"Apa? Pulang, tidak mau,baru beberapa menit saja aku masih belum puas."Jawab Zia kesal.
"Hey wanita, dengar, aku yang minta di temani, sekarang mengapa malah aku yang menemani mu untuk bermain?"Tanya Rafael kesal.
Zia terdiam,ia tau jika suaminya tidak senang dan dirinya juga sudah kelewatan, seharusnya ia yang menemani Rafael.
"Baik lah."Jawab Zia lesu.
"Belikan aku minuman."Ucap Rafael lagi.
"Apa kau haus?"Tanya Zia.
"Tidak aku tidak haus."Jawab Rafael kesal dengan pertanyaan istri nya itu.
"Lalu mengapa minta di belikan air?"Tanya Zia lagi.
"Arghhh! Jika aku minta air artinya aku haus! Astaga aku benar-benar gila di buat wanita ini!"Ucap Rafael frustasi.
"Hehe,maaf,baik lah akan ku blikan, tunggu di sini."Ucap Zia kepada Rafael.
Zia pun berjalan meningal kan Rafael untuk membeli minuman.
"Benar-benar wanita menyebalkan."Ucap Rafael.
Beberapa menit kemudian,Zia kembali menghampiri Rafael dengan membawa sebotol minuman.
"Ini."Ucap Zia membuka tutup botol tersebut dan menyodorkan ke tangan kanan Rafael.
"Hmm."Jawab Rafael yang kemudian meneguk air mineral itu.
"Ayo pulang."Ucap Zia kepada Rafael.
"Bukan kah masih mau main?"Tanya Rafael dingin.
"Tidak,aku sudah lelah, kita pulang saja."Ucap Zia berbohong.
"Jangan berbohong."Ucap Rafael yang kini merasa bersalah.
"Aku tidak berbohong."Jawab Zia.
"Terserah kau saja."Jawab Rafael singkat.
"Kyaa,aku mau main itu!"Tunjuk Zia kepada mesin capit boneka yang berada di depan mereka.
"Apa?"Ucap Rafael bingung.
"Capit boneka."Ucap Zia tersenyum lebar.
"Yasudah cepat, setelah itu kita pulang,aku capek."Ucap Rafael yang kini menuruti keinginan Zia.
"Benar kah boleh?"Tanya Zia girang.
"Iya boleh."Jawab Rafael singkat.
Mereka pun akhirnya berjalan mendekati mesin capit boneka tersebut.
Berkali-kali Zia mencoba mencapit boneka yabg di dalam mesin tersebut ia selalu gagal dan gagal.
Bersambung ....
