NovelToon NovelToon
Petani Hebat Dengan Sistem

Petani Hebat Dengan Sistem

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / System / Militer
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Dyoka

Seno adalah seorang anak petani yang berkuliah di Kota. Ketika sudah di semester akhir, ia menerima kabar buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus.

Sebagai satu-satunya laki-laki di keluarganya, Seno lebih memilih menghentikan pendidikannya untuk mencari nafkah. Ia masih memiliki dua orang adik yang bersekolah dan membutuhkan biaya banyak.

Karena dirinya tidak memiliki ijasah, Seno tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Mengandalkan ijasah SMA-nya pun tidak jauh berbeda. Maka dari itu, Seno lebih memilih mengelola lahan yang ditinggalkan mendiang kedua orang tuanya.

Ketika Seno mulai menggarap ladang mereka, sebuah kejutan menantinya.

----

“Apa ini satu buah wortel dihargai tujuh puluh ribu.” Ucap seorang warganet.

“Mahal sekali, melon saja harga lima puluh ribu per gramnya. Ini bukan niat jualan namanya tapi merampok.” Ucap warganet yang lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PH 15 Sangat Sulit Dicabut (revisi)

“Sial anak itu benar-benar belum kapok rupanya.” Umpat Joko ketika mobil yang ia tumpangi sudah menjauh dari sana.

“Apakah kita akan merusak kembali kebun milik dia Bos?” Tanya Tokrep salah satu anak buah Joko.

“Kita akan rugi jika merusaknya. Sekarang, kita panen saja sayur milik dia. Jika dia tidak mau menjualnya kepada kita, maka kita akan mencurinya. Nanti malam kumpulkan yang lainnya. Kita kerja lembur memanen semua sayuran yang ada di kebun Seno.”

“Jangan lupa membawa tangga. Kita nanti akan naik tangga saja untuk masuk ke dalam kebun Seno.” Ucap Joko.

Joko sekarang semakin geram dengan Seno. Ia tidak habis pikir kenapa laki-laki itu membuat pagar hanya untuk kebun sayur. Jika begini, Joko akan cukup sulit untuk mencuri sayuran itu. Ia harus memanjat tembok dulu untuk bisa melakukannya.

“Kenapa kita tidak rusak saja gembok dari pagar kebunnya Bos? Kenapa harus melewati tembok sih Bos.” Tanya Tokrep heran. Ada yang lebih simpel tetapi Bosnya ini malah memilih cara yang begitu sulit.

“Itu karena aku ingin memberikan kejutan untuk anak itu. Besok pagi dia pasti dalam keadaan bahagia menuju kebunnya. Tetapi, setelah membuka gerbang itu, bukan jajaran sayur yang ia lihatnya, tetapi petak tanah kosong.”

“Bukankah itu akan menjadi kejutan yang luar biasa untuk dia?” Joko langsung membayangkan wajah sengsara yang akan Seno tunjukkan pagi hari nanti setelah diri laki-laki membuka gerbang kebunnya. Membayangkannya saja membuat Joko senang.

“Baiklah Bos jika itu maumu. Aku akan menghubungi anak-anak yang lainnya.” Jawab Tokrep.

“Lalu, nanti malam bawa sebanyak mungkin kelinci yang bisa kalian temukan.” Perintah Joko.

“Untuk apa lagi kelinci-kelinci itu Bos?”

Keanehan Bosnya ini belum juga sembuh rupanya. Tidak hanya sekali ini saja Tokrep menerima perintah yang cukup aneh, ia sering mendapatkannya. Untung saja bayaran yang diberikan oleh Joko cukup besar, jadi Tokrep mau bertahan menjadi anak buahnya.

“Tentu saja itu untuk hadiah kecilku untuk Seno. Biarlah anak itu berpikir bahwa sayurnya yang hilang itu dimakan oleh kelinci-kelinci itu.”

Malam harinya, Tokrep berhasil mengumpulkan dua puluh orang untuk diajaknya memanen kebun Seno. Mereka membawa lima kandang besar berisi dua puluh kelinci. Tidak hanya itu, mereka juga membawa enam buah tangga untuk melaksanakan misi mereka malam ini.

Tokrep dan rekannya yang lain pun memasang tangga itu di tempat yang sepi dan tidak terlihat dari jalan. Satu persatu mereka naik. Tiga tangga berada di luar dan tiga tangga lainnya akan mereka taruh di dalam. Dengan begitu, mobilitas mereka akan mudah.

Yang pertama kali mereka lakukan adalah mebawa kelinci-kelinci itu ke dalam kebun. Lalu menyusul keranjang anyaman bambu kosong untuk tempat sayuran nanti. Joko juga hadir dalam operasi malam ini. Ia ingin melihat sendiri bagaimana sayuran yang ada di kebun Seno.

“Ck.” Joko berdecak lidah setelah melihat sayuran yang ada di sana. “Pantas saja Seno berhasil menjual sayur-sayur ini dengan harga tinggi. Sayur ini memang memiliki kualitas bagus. Ini lebih bagus lagi dari sayur yang biasa aku masukkan ke supermarket besar.” Gumam Joko.

“Tokrep sekarang cepat panen sayuran itu. Kita harus memanen sayuran ini sebanyak mungkin. Tetapi kalian harus melakukannya dengan hati-hati jangan sampai merusak sayur-sayur itu.” Perintah Joko.

“Baik Bos.”

Tokrep lalu berjalan ke petak sayuran yang berada paling dekat dengannya. Dari cahaya senter yang ada di kepalanya, itu adalah petak kangkung. Pasti cukup mudah mencabuti kangkung-kangkung ini. Dirinya tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk melakukannya.

Sayangnya, apa yang Tokrep bayangkan tidak akan pernah terjadi. Ketika dirinya mencabut kangkung tersebut dari tanah, kangkung tersebut tidak bergerak sedikitpun. Hal itu membuat Tokrep sedikit mengerutkan keningnya.

“Ini cukup aneh. Kenapa kangkung ini tidak juga tercabut. Baiklah akan aku coba sekali lagi.”

Sekarang Tokrep menggunakan dua tangannya untuk mengangkat kangkung tersebut. Lagi-lagi apa yang Tokrep lakukan tidak membuahkan hasil. Kangkung tersebut masih tetap berdiri kokoh di tempatnya.

“Eh kenapa semakin aneh begini? Aku sudah menggunakan dua tanganku. Tetapi kenapa ini tetap tidak bisa dicabut.” Gumam Tokrep.

Di mata Tokrep, kangkung ini seperti kangkung pada umumnya. Tidak ada hal khusus yang terlihat. Lalu, kenapa kangkung ini sulit sekali dicabut? Apakah ini adalah kangkung buatan? Tetapi, Tokrep mencium bau khas tanaman dari kangkung di depannya ini. Lalu kenapa susah sekali memanennya?

“Aku nggak percaya bahwa kangkung ini susah di panen. Akan aku buktikan bahwa aku bisa mencabutmu.”

Tokrep lalu bangkit dari posisi jongkoknya. Ia kemudian membuat sebuah ancang-ancang untuk menarik kangkung itu dari tanah. Dua tangannya ia pakai untuk menarik kangkung tersebut dengan sekuat tenaga. Tetap tetap saja tidak ada perubahan.

Bukannya berhasil menarik kangkung tersebut, badan Tokrep malah terjerembab ke belakang. Hal itu membuat amarah laki-laki itu naik.

“Sial. Bahkan aku tidak bisa mengalahkan sebuah kangkung? Jika sampai orang-orang tahu aku, Tokrep, gagal menarik sebuah kangkung, mereka pasti akan menertawakanku habis-habisan.”

Tokrep pun tidak menyerah. Beberapa kali ia mencoba mencabut kangkung tersebut, namun tetap gagal. Ia lalu berganti dengan mencabut kangkung yang sama. Hasilnya tidak jauh berbeda dari kangkung sebelumnya.

Pada akhirnya setelah dua puluh menit mencoba, Tokrep kehabisan tenaganya. Ia menyerah. Laki-lakiitu kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Ia cukup kaget mengetahui apa yang dilihatnya.

Sedari tadi Tokrep fokus dengan mencabut kangkung di depannya sehingga ia tidak menyadari keadaan sekitarnya. Beberapa orang yang ikut dalam kegiatan malam ini ternyata mengalami nasib tidak jauh berbeda dengannya.

Saat ini mereka terduduk lemas dengan badan penuh keringat di tubuh mereka. Mereka juga sama seperti Tokrep, belum berhasil memanen satu pun sayuran.

Melihat bukan dirinya saja yang tidak bisa memanen sayuran di kebun ini, Tokrep bernafas lega. Setidaknya bukan hanya dirinya saja yang mengalami kesulitan. Ini berarti yang memiliki masalah bukan mereka. Tetapi kebun ini.

Seseorang kemudian berjalan mendekati Tokrep. “Krep, apa-apaan ini? Kenapa sayur di kebun ini nggak bisa dicabut begitu? Kamu berniat ngerjain kami ya?”

“Mana aku tahu Mat. Aku sendiri saja tidak bisa menarik kangkung ini dari tempatnya ditanam. Kamu lihat sendiri aku juga berkeringat banyak sama seperti kalian. Jadi, mana mungkin aku mengerjai kalian jika aku sendiri juga seperti ini.”

Mamat kemudian mendekat ke arah Tokrep. Ia kemudian mendekatkan kepalanya ke telinga Tokrep dan berbisik. “Krep apa Kamu nggak merasa sangat aneh dengan kebun milik Seno ini?”

“Iya kebun ini cukup aneh menurutku. Apakah kamu tahu alasannya?” Tanya Tokrep heran.

“Ini kebun awalnya sama seperti kebun pada umumnya. Sebelumnya Pak Wira dan Pak Sahad sering memanen sayuran di kebun ini bukan? Mereka yang badannya nggak berotot aja bisa dengan mudahnya panen sayuran di sini.”

“Tapi, setelah orang tua Seno meninggal dan kebun ini dia yang pegang, semua berubah.”

“Iya aku juga merasa kebun ini berubah. Kenapa kita yang berotot ini nggak bisa mencabut satu pun tanaman di sini. Sementara Pak Wira dan Pak Sahad sebelumnya bisa.”

“Aku rasa, kebun ini dilindungi oleh arwah orang tua Seno. Kamu tahu sendiri bukan, bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan yang cukup tragis. Aku rasa arwah mereka belum tenang. Sekarang saja belum empat puluh hari kematian mereka bukan?”

“Ih jangan bicara yang horor gitu. Nggak mungkin kebun ini ada penunggunya.” Ucap Tokrep tidak percaya sembari mengedarkan pandangannya dengan perasaan was-was.

Tepat setelah Tokrep mengatakan hal itu, sebuah angin dingin berhembus menerpa tubuh mereka. Hal itu membuat bulu kuduk Tokrep berdiri.

“Mat, aku kok ngerasa hawa di sini semakin terasa horor ya?” Ucap Tokrep.

“Kamu benar Tokrep. Aku… aku… kabur.” Ucap Mamat yang sekarang langsung berlari meninggalkan Tokrep.

Melihat hal itu, Tokrep tidak mau ketinggalan. Laki-laki itu juga berlari secepat mungkin. Ia kemudian mendahului Mamat yang ada di depannya. Apa yang mereka berdua lakukan membuat yang lainnya merasa heran.

Mereka pun saling pandang satu sama lain tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Meski begitu, yang lainnya bangkit dari tempat mereka duduk dan pergi dari sana. Mereka pikir keberadaan mereka di ini sudah diketahui oleh orang lain sehingga membuat Tokrep dan Mamat pergi dari sana.

Lagi pula, mereka tidak mau melanjutkan pekerjaan yang melelahkan dan cukup aneh ini. Sebuah sayur saja tidak bisa dicabut oleh orang dewasa.

Bahkan beberapa dari mereka mencoba bekerja sama menarik sebuah sayur. Tetapi tetap saja gagal. Ketika di injak-injak pun sayur itu tidak mengalami kerusakan.

“Kenapa kalian kembali dengan tangan kosong?” Tanya Joko yang menunggu mereka dari balik pagar.

Tadi setelah mengecek keadaan sayuran yang ada di dalam kebun, Joko kembali keluar dari kebun. Ini ia lakukan untuk berjaga-jaga. Jika terjadi sesuatu, maka dirinya bisa kabur dengan mudah. Setelah setengah jam menunggu, Joko sama sekali tidak melihat anak buahnya yang selesai memanen.

Sebelumnya Joko sudah berpesan jika ada keranjang sayur yang sudah selesai diisi, mereka harus langsung membawanya keluar kebun. Tetapi tidak ada satu pun yang membawa keluar sayur darikebun Seno.

Sekarang ini ia melihat bagaimana anak buahnya satu persatu keluar dari kebun milik Seno melewati tangga. Tetapi, mereka tidak membawa apa pun di tangan mereka. Ini membuat Joko marah. Sebenarnya apa yang mereka lakukan di sana.

Tokrep pun berjalan mendekati Bosnya. “Bos lebih baik kita pergi dari sini. Kebun milik Seno ini angker. Sayuran yang ada di sana nggak bisa di panen. Aku sudah menariknya sekuat tenaga, tetapi sayuran yang ada di sana tidak bisa dicabut.”

“Mana ada yang seperti itu. Ini pasti kalian saja yang membual. Jika kalian memang mau bekerja dengaku, jangan membual seperti itu.” Ucap Joko tidak percaya.

“Ini beneran Pak Joko.” Jawab Mamat. “Kami sudah berusaha keras sampe bermandikan keringat seperti ini. Tetapi tidak bisa mencabut satu sayur pun. Kebun milik Seno itu angker aku nggak mau lagi masuk ke sana.”

Setelah berucap demikian, Mamat pergi dari sana tanpa menunggu respon dari Joko. Beberapa teman-teman Mamat pun mengikuti langkah laki-laki itu.

Melihat Mamat dan teman-temannya pergi, Joko menjadi cemas. Jika mereka pergi, siapa yang akan membantunya panen? Melakukannya berdua saja dengan Tokrep akan memperkecil jumlah sayur yang mereka panen.

“Hey, hey, tunggu dulu. Aku sudah membayar kalian. Kenapa kalian malah pergi seperti itu. Pekerjaan kalian belum selesai.” Ucap Joko.

“Tidak kami tidak akan mau menginjakkan kaki di kebun Seno lagi. Uang yang Kamu berikan sudah tidak bisa ditarik kembali. Itu adalah bayaran yang pantas kami terima setelah menguras tenaga cukup banyak.”

Suara Mamat itu semakin lama semakin terdengar kecil. Hal ini menandakan bahwa ketika mengatakan hal tersebut, Mamar tetap melangkah pergi dari sana.

“Sial. Sia-sia saja aku membayar mereka mahal. Tokrep sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa mereka tidak mau melanjutkan pekerjaan mereka?” Tanya Joko kepada Tokrep.

“Ehm… itu Bos, tidak bisakah kita membicarakan itu di tempat lain? Aku akan menjelaskan semuanya padamu tetapi tidak di sini.”

Ucapan Mamat tadi masih terngiang-ngiang di telinga Tokrep. Kebun milik Seno angker ditunggui arwah orang tuanya yang meninggal dalam kecelakaan. Aemilir angin yang tidak berhenti berhembus, itu membuat Tokrep semakin takut berlama-lama di sini.

Hebusan angin yang mengenai tubuhnya terasa seperti sebuah tangan yang membelai tubuhnya. Tokrep ingin segera pergi dari sini.

Setelah beberapa kali dibujuk, pada akhirnya Joko mau pergi dari sana. Mereka berhenti di truk milik Joko yang terparkir seratus meter dari kebun Seno.

“Sekarang katakan semuanya!” Perintah Joko.

“Seperti yang aku katakan sebelumnya Bos. Kebun milik Seno itu aneh. Sayuran di sana tidak bisa ditarik dari tanah. Mamat yang memiliki tubuh berotot saja tidak bisa berbuat banyak.

“Meski sangat sulit dipercaya tapi itu benar adanya. Mana mungkin aku membohongimu. Tidak ada untungnya untukku. Bukankah aku akan mendapatkan bonus banyak darimu jika berhasil memanen semua sayur itu? Jadi pecayalah padaku.” Jelas Tokrep.

Mendengar penjelasan Tokrep, Joko terdiam. Benar apa ucapan anak buahnya itu. Tidak ada untungnya jika dia berbohong. Jadi semua yang Tokrep dan Mamat katakan itu benar? Sesulit itukah mencabut sayur dari sana?

1
Anonymous
Cerita konyolnya ini…mana ada dizaman hukum sudah berjalan orang bisa berbuat seenaknya….dasar author kotor otaknya….
Anonymous
Author begho taiklah….bikin cerita kok kek gini dasar
acid
lagi dan lagi.. kalimat yang paling kubenci...
Go Anang
Luar biasa
Khasna
sayangnya cuma Seno yang bisa mengalahkan inti dimensi itu.....🤭🤭
Pi Man
alah rj banyak bacot
Pi Man
alah bacot kau yuce
Pi Man
author peak atau gimana sih , ya kali kekuatan segitu gitu aja , padahal udh beberapa kali dapat poin kekuatan
Pi Man
jual lah brokoli ke militer
Pi Man
kalah sama kangkung wkwkwk
Khasna
siap² aja jadi tawanan 🤣🤣
Khasna
🤣🤣🤣 kecebong yang meresahkan...
Khasna
perjuangan Seno untuk calon keluarga SenDiRa (Seno Dina miRanda) 💪💪🥰🥰
S.NK.W❇️
bukannya kebun sama lebahnya level 7??....
Travel Diaryska
udah bagus2 cewe nya 1 dina aja, malah ditambahin mira hadehh
Elok Fauziah
Aduh ceroboh seno
Elok Fauziah
sebesar kalkun mungkin atau bahkan sebesar burung unta
Jai Nuri
Luar biasa
Elok Fauziah
buncis thor
Elok Fauziah
Cihh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!