Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Naina melangkahkan kaki mengikuti kaki Arsen melangkah. Pikirannya sibuk menebak-nebak maksut dari tindakan Arsen yang tidak masuk akal ini. Bayangkan saja, setelah makan siang, tiba-tiba dia memaksa Naina pergi ke sebuah pasar raya yang sedang di adakan tak jauh dari tempat mereka menikmati makan malam.
" Apa ada yang ingin kau beli? " Tanya Arsen sembari membalikkan tubuhnya agar bertatapan langsung dengan Naina.
" Ada. " Jawab Naina dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun.
" Apa?
" Kebebasan.
" Belilah dalam mimpimu. " Arsen kembali membalikkan tubuh dan melanjutkan langkahnya.
" Sudah kuduga.
" Dugaan yang bagus. " Ujar Arsen tanpa menghiraukan bagaiman wajah datar Naina tadi. Apa sudah berubah ekspresi? atau masih sama?
" Terimakasih.
Hening. Arsen sangat malas melanjutkan pembicaraan mereka. Naina selalu saja ketus dan dingin saat menjawab semua pertanyaan Arsen. Laki-laki itu hanya bisa bertahan dengan sikap Naina. Dari pada dia kabur dan pergi bersama Raka, lebih baik dia menghadapi sikap dingin Naina asalkan wanita itu tetap bersamanya.
Naina menghentikan langkahnya saat melihat sebuah pameran buku. Matanya tertuju pada sebuah buku terkenal yang berjudul, A Study in Scarlet. Buku yang menceritakan perjalan dan pemecahan kasus dari seorang detektif. Naina meraihnya. Ada senyum yang terlihat di bibirnya.
" Saya beli buku itu. " Ucap Arsen sembari menyodorkan beberapa lembar uang kepada si penjual.
Naina menatap bingung. Dia menghela nafas dan meletakkan kembali buku itu. Pelayan yang menjaga standnya, membungkus buku itu dengan rapih lalu memasukkannya kedalam paper bag. " Ini Tuan. Ucapnya sembari menyerahkan paper bag nya.
Arsen menerima paper bag nya. Berjalan cepat ke arah Naina yang mulai menjauh darinya.
" Ambil ini. " Arsen menyerahkan paper bag nya.
" Tidak Tuan. Terimakasih.
" Kau tidak memiliki hak untuk menolak.
" Kalau begitu, terimakasih Tuan. Semoga tidak ada niat buruk dibalik pemberianmu ini.
" Bingo! aku selalu memiliki niat dibalik kebaikanku.
Naina menyunggingkan senyum tang seolah menyiratkan, bahwa ia sama sekali tidak terkejut. Manusia seperti Arsen, tidak mungkin memberikan sesuatu jika tidak menginginkan sesuatu yang lebih. " Saya tahu, anda adalah orang yang licik.
" Benar. Kau mengenalku dengan baik. Is tri ku. " Arsen mengucapkan kata Is tri ku penuh dengan intonasi yang menekan.
" Menggelikan. " Ucap Naina sembari menatap Arsen dingin.
" Istriku, Ayo kita lanjutkan kegiatan ini. " Arsen meraih paksa jemari Naina dan mengaitkannya.
Naina mencoba melepaskan jemarinya dari genggaman Arsen. Tapi percuma saja, semakin Naina mencobanya, Arsen semakin kuat menekan genggaman tangannya. " Istriku, jangan terlalu tidak proaktif. Suamimu ini bukan orang yang murah hati loh,..." Arsen tersenyum dengan maksut mengancam.
Naina hanya terdiam. Semakin jauh kaki melangkah, semakin lama juga jemari mereka saling bertautan. Ada kenyamanan yang Naina rasakan dibalik itu semua. Sementara Arsen, dia terus menahan gejolak dihatinya. Wajahnya terus saja bersemu merah. Rasanya seperti Dejavu. Seolah-olah, dia dan Naina pernah melakukannya.
" Tunggu. " Naina menghentikan langkahnya saat melihat stand penjual makanan favoritnya.
" Ada apa?
Naina menunjuk sebuah stand makanan. " Tolong lepaskan tanganku. Aku ingin membeli itu.
Arsen melihat stand yang ditunjuk Naina. " Cireng isi? " Arsen menatap Naina dengan tatapan penuh tanya. " Aku rasa, tubuhmu kurus kering begini karena makanan aneh yang sering kau makan.
" Berhentilah mencela dan lepaskan tanganku. "
Naina kembali berusaha melepaskan tangannya. Tapi lagi-lagi, Arsen semakin mengeratkannya.
" Ayo. " Arsen menarik tangan Naina agar mengikuti langkahnya menuju stand yang Naina maksut. " Ambilkan makanan yang kau jual. " Ucap Arsen kepada penjaga stand makanan itu. Naina terperangah tak percaya. Orang ini mau membeli atau merampok? batin Naina.
" Hah? " Penjaga stand itu hanya bisa kebingungan dengan maksut dari ucapan Arsen.
" Maaf, kami ingin membeli cireng isi. " Ucap Naina sembari tersenyum dengan wajah sopan.
" Oh, baik Nona. Rasa apa yang anda inginkan?
" Aku mau rasa keju dua, sapi pedas dua. Itu cukup. " Masih dengan senyum di bibirnya.
Sementara itu, Arsen dengan wajah tak senangnya menatap penjaga stand makanan.
Dia tersenyum begitu manis hanya untuk laki-laki penjual makanan? tapi saat bersamaku dia begitu dingin. Apa aku harus menjadi penjual makanan agar dia mau tersenyum padaku?
" Tuan, apa kau berniat membuka stand makanan juga?
" Apa?! " Arsen terkejut bukan main setelah ucapan Naina terdengar di telinganya. Apa dia memiliki indra ke enam? bagaimana dia tahu aku bergumam didalam hati?
" Lalu? seberapa lama lagi kita akan berdiri disini? apa kau tidak lihat pelanggan sudah mulai banyak?
" Hah?! " Arsen melihat tangan Kiri Naina memegang bungkusan makanan dan beberapa orang tang sudah mengantri ingin membeli.
" Ayo. " Mereka kembali melanjutkan langkahnya sembari melihat apakah ada hal menarik yang Naina minati.
" Tuan, aku ingin membeli jus strawberry. " Arsen tidak menjawab, tapi dia tetap mengikuti langkah Naina. Yang paling penting adalah, tangan mereka tidak terlepas batin Arsen.
" Tuan, lepaskan tanganku. Aku ingin mengambil uangku untuk membayarnya. " Ucap Naina setelah jus yang ia pesan sudah selesai dibuat.
Arsen mengeluarkan dompet dari balik jasnya. Membukanya dengan satu tangan dan menyerahkannya pada Naina. " Pakai ini saja.
Naina hanya bisa menghela nafas kesal. Ikuti sajalah apa yang di katakan raja amarah ini. Dari pada harus berdebat. Batinnya.
Mata Arsen tak sengaja melihat beberapa pasangan yang keluar masuk ke sebuah mini stand yang tertutup. Mereka melihat beberapa pasangan keluar dengan rona bahagia. " Tempat apa itu?
" Kau buta ya Tuan?
Arsen mengerutkan dahinya. " Kenapa mulutmu sangat tajam?
" Lebih baik aku bertanya dari pada penasaran.
" Apa kau penasaran aku buta atau tidak?
" Sudah tidak lagi.
" Beri tahu aku. Tempat apa itu?
" Photo Box.
" Photo Box?
" Hem! " Jawab Naina yang sibuk meminum jus strawberry di tangan kirinya. Sementara cireng isi yang ia beli tadi, Arsen berikan kepada pengawal agar membawanya.
" Ayo kita coba.
Naina membulatkan matanya. " Apa?! tidak mau ah!
" Kau lupa ya? kau tidak memiliki hak untuk menolak.
" Tuan, anda sangat brengsek. " Ada kekesalan yang terlihat di wajah Naina. Tapi entahlah, melihat Naina mendengus kesal seperti itu, membuat Arsen menjadi semakin terpesona.
" Aku sudah lama brengsek di matamu.
" Syukurlah. Anda memiliki kesadaran diri juga.
Naina dan Arsen sudah berada didalam. Arsen mencoba tersenyum meski ia merasa aneh dengan senyum yang terlihat diwajahnya. Sementara Naina. Dia terus saja berwajah datar. Setelah selesai, Arsen hanya mengambil satu lembar photo yang menurutnya paling bagus. Yaitu, photo saat ia sedang mencium paksa Naina.
Dasar brengsek! semakin lama semakin kurang ajar saja. Dia mencium ku sembarangan. Dan sekarang, dia memiliki photo itu. Apa dia ingin mengancam ku menggunakan photo itu? atau jangan-jangan, dia sedang mengidap penyakit dan membutuhkan donor organ. Dan aku adalah orang yang cocok. bisa jadi kan. Apa ya yang dia inginkan? apa mungkin jantungku? hati? ginjal? paru-paru? apa bola mata?
..........................