Sabrina dan Satya adalah dua pewaris tunggal perusahan terkenal. Mereka harus terjerat dalam pernikahan tanpa cinta hanya demi mempertahankan perusahaan Sabrina yang sedang berada di ambang kehancuran.
Gadis sekeras Sabrina tidak bisa menolak ketika orang tuanya menikahkan dirinya dengan laki-laki yang ia anggap lemah seperti Satya. Tapi, Sabrina tidak tahu apa yang laki-laki yang ia anggap lemah itu punya.
Akankah Sabrina bisa jatuh cinta pada laki-laki yang ia anggap lemah seperti Satya? Mampukah Satya menaklukkan hati seorang gadis judes, galak, dan jutek seperti Sabrina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14
Sabrina bangun lebih awal pagi ini. Ia sudah memesan sarapan untuk dirinya dan Satya sebelum Satya bagun. Sabrina juga sudah menyiapkan sarapan itu.
"Pagi Sat." Sapa Sabrina saat Satya berjalan menuju meja makan.
"Pagi." Satya menjawab dengan rasa canggung.
"Lo ke kampus gak hari ini?"
"Ya ke kampus lah, kenapa emangnya?" tanya Satya balik.
"Gak ada. Cuma nanya aja. Sarapan dulu nih," katanya sambil menyodorkan piring yang berisi nasi goreng yang lengkap dengan telor dadar di atasnya.
Satya melihat Sabrina dengan rasa aneh. Sabrina pagi ini tidak seperti biasanya. Ia jauh berbeda dengan Sabrina yang beberapa hari tinggal serumah dengan Satya. Itu memancing rasa keanehan dalam hati Satya.
"Lo gak lagi ngigokan Rina. Atau ... gak lagi sakit kan sekarang," kata Satya sambil terus melihat Sabrina dengan tatapan tak percaya.
"Apaan sih lo. Mana ada gue ngigo, apalagi sakit. Nih coba rasa, apa kepala gue panas?" kata Sabrina sambil mengambil tangan Satya lalu meletakkan ke dahinya.
Satya hanya bisa mengikuti apa yang Sabrina lakukan. Ia pasrah dengan apa yang terjadi sekarang.
"Panas gak? Enggak kan?"
"Kalo gak panas, apa jangan-jangan lo taro sesuatu dalam makanan gue? Jangan-jangan lo udah bubuhi racun dalam makanan gue tadi."
"Lo itu kenapa harus seudzon terus sih sama gue. Gue baik salah, gue jahat juga lebih salah lagi. Sekarang terserah lo mau makan apa nggak. Bodo amat gue nya," kata Sabrina dengan sangat kesal.
Satya tidak menjawab. Ia melihat gadis yang ada di hadapannya dengan tatapan yang masih tak percaya. Tidak mungkin Sabrina berubah manis jika tidak ada penyebabnya. Kemarin malam, dia dan Sabrina masih seperti anjing dan kucing.
Sampai-sampai, dia harus menahan rasa laparnya akibat malas pesan makanan setelah adu mulut dengan Sabrina. Lah pagi ini, bangun-bangun, ia sudah mendapati keanehan pada Sabrina. Gadis galak itu berubah manis dan bertingkah sangat baik. Hal itu patut ia curiga kan.
"Gue berangkat dulu. Terserah lo mau makan apa nggak," kata Sabrina sambil bangun dari duduknya.
"Lo naik apa?"
"Taksi online."
"Gak nebeng gue aja. Kampus kita kan satu."
"Gak usah. Gue gak mau nunggu lo makan. Gue takut telat kayak kemarin."
"Ya udah deh, terserah lo aja."
Satya melihat Sabrina yang berjalan semakin menjauh. Dalam hatinya masih menyimpan rasa penasaran atas sikap Sabrina pagi ini.
'Mimpi apa tuh cewek tadi malam ya. Tumben banget gak mau debat ama gue pagi ini,' kata Satya dalam hati.
____
Sampai di kampus, Sabrina di sambut teman satu-satunya. Siska Wulandari, gadis biasa dengan gaya rambut pendek sebahu. Yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Kuliah di tempat elite seperti kampus ini, hasil dari beasiswa yang ia dapatkan karena kepintarannya.
Hanya Siska yang mau berteman dekat dengan Sabrina. Yang lain bukan tidak mau berteman, tapi mereka berasa canggung untuk bergaul dengan Sabrina ini. Karena mereka pada merasa sedikit takut dengan Sabrina. Padahal, Sabrina tidak semenakutkan yang mereka bayangkan.
Sabrina adalah gadis yang baik. Jika berteman, ia adalah orang yang paling tinggi rasa pedulinya pada sesama teman. Semua itu harus tertutup karena penilaian orang yang hanya melihatnya dari luar saja.
"Rina. Sini," kata Siska sambil melambaikan tangannya.
Tidak membuang waktu lagi, Sabrina langsung berjalan mendekati Siska yang sedang duduk di salah satu kursi taman kampus.
"Tumben lo datang sepagi ini Rin," kata Siska saat Sabrina sudah duduk manis di sampingnya.
"Ya karena gue takut telat lagi. Gak mau gue di hukum kayak kemaren."
"Tahu takut juga lo ya."
"Ya iyalah. Gue kan juga manusia Sis."
"Iya ya, lupa gue kalo lo manusia. Gue pikir lo alien."
"Duh ... tuh mulut enak banget ngomongnya. Mau disambelin apa neng."
"Ooops ... jangan emosi. Ntar cantiknya jadi hilang. Oh ya, gue itu pengen tanya satu hal sama lo, tapi lo harus jawab jujur sama gue," kata Siska mendadak serius.
"Mau tanya apa lo pada gue? Tanya aja."
"Gue lihat kabar berita, dua pewaris tunggal perusahaan sudah menikah. Gue ingin tanya pada lo, bukankah dua pewaris tunggal perusahaan itu salah satunya adalah kamu Sabrina."
Sabrina diam. Wajah cerianya mendadak ikut serius ketika mendengarkan pertanyaan dari sang sahabat yang tidak suka bergosip. Kalau ia sudah berbicara orang lain, itu tandanya gosip yang ia bicarakan sedang hangat.
entahlah.. semangat berkarya thor💪🏻
luar biasa kamu Sabrina...
seperti baca chicklit
di semua novel nya, tokoh utamanya suka warna hijau