Penderitaan yang di alami Lara di masa lalu membuatnya mendekap dalam penjara, namun beruntungnya Lara memiliki seorang kakak tiri yang tegas namun baik hati, akankah Lara jatuh hati pada kakak tirinya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weta anjelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 Ngelayat
Pov Ibu Lidya
Aku tak kuasa menahan tangis ini, bagaimana tidak anak kandungku di bunuh olehnya yang tidak lain adalah adik tirinya sendiri
Aku tidak percaya jika Rendi melakukan hal sekeji itu padanya, aku yakin wanita itu telah berbohong dan membunuh anakku dengan kejam.
"Rendi bangun nak, jangan tinggalkan ibuuu,, hik,, hik,, hik!"
"Ibu janji akan membalas perbuatan wanita itu, tapi jangan tinggalkan ibu Nak,,,!"
"Kasianilah ibu Nak!"
"Ibu jangan menangis, kak Rendi memang sudah tiada Bu, dia benar-benar meninggalkan kita Ibu!"
"Tidak! Ini tidak mungkin Lili, kakakmu masih hidup,,, jangan menakuti ibu!"
"Ibu!" Ujar Lili sembari mengusap bahuku
"Tidak, jangan di mandikan dia, aku mohon,, anakku masih hidup! Lili, Wendi katakan pada mereka nak, kakak kalian belum meninggal dia masih hudup,, hik,, hik!"
Aku yakin sekali kalau anakku Rendi masih hidup, aku tidak percaya sedikitpun jika ada yang bicara kalau Rendi ku meninggal
Namun mereka tidak mendengarkanku, mereka menahan tanganku, dan membawa putraku untuk di mandikannya.
"Kenapa mereka tidak mengerti juga, Rendi bangunlah dari tidur mu nak, buktikan kamu masih hidup dan bernafas nak!"
"Lili lakukan sesuaktu untuk kakak mu!"
"Kak Wendi tolong pegang tangan ibu, Lili mau mempersiapkan keperlua buat jenazah kak Rendi dulu!"
"Apa-apaan kalian ini, kalian juga memperlakukan ibu seperti ini? Lepaskan ibu, ibu mau bangunin kakak kalian, sudah terlalu lama dia tidur!"
"Tidak ibu, Wendi harus terpaksa melakukan ini!"
"Ibu sadarlah!" Ujar Lili mengelus ke dua pipi ku!"
"Lili tolong ibu mohon, katakan pada mereka kakak mu masih hidup!"
Aku sudah tidak sangup lagi menahannya, sehingga aku jatuh di pelukan anak ku Wendi, entahlah rasanya dunia ini begitu gelap sekali, kepalaku pusing, penglihatanku samar-samar.
Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, hanya mereka yang mengetahuinya
Terdengar suara Lili memanggilku dari kejauhan, suaranya sayup terdengar oleh ku
"Ibu,,, bangun Bu!" Suara Lili terdengar sangat jauh sekali
Ingin rasanya aku menjawab, entah kenapa mulutku tidak mau di gerakkan, mataku tidak mau terbuka.
Sementara dari kejauhan sana aku terdengar orang sibuk bicara, entah apa yang mereka lakukan
"Jenazahnya akan segera di solatkan, apakah ibu mu belum juga bangun?"
Terdengar salah satu dari mereka entah bicara pada siapa, dan siapa yang meninggal?
"Iya pak kami sudah berusaha membangunkan Ibu, namun Ibu belum siuman juga!"
"Kalau begitu kita tunggu beberapa menit lagi!"
"Baiklah pak!"
"Lili Ibu di sini nak, ada apa? Siapa yang meninggal dan di mana kau anakku, kenapa begitu gelap!"
Ingin rasanya aku memangil putraku dan putriku tapi apalah dayaku, semua terasa gelap sekali, entah dimana aku berada saat ini
Aw,,,,,
Seseorang menampar pipiku, membuatku kesakitan. Tiba-tiba saja mataku terbuka, aku terpana melihat sekelilingku
"Ada apa ini!" Ujarku menanyakan entah pada siapa
"Jenazahnya akan segera di solatkan, ayo bawa ibumu ke kamar mandi untuk berwudhu!" Ujar salah satu dari mereka
"Baik pak!" Jawab Lili pada bapak-bapak separuh baya itu
Lili merangkul ku kekamar mandi untuk berwudhu, kulihat Lili dari tadi diam saja
"Ada apa ini! kenapa orang-orang itu di rumah kita dan jenazah siapa ini?"
"Ibu tananglah, nanti akan Lili ceritakan, ambil wudhu dulu Bu, kita akan segera menyolatkannya!"
"Lili siapa dia, kenapa Ibu tidak ingat apa-apa, dan dimana Rendi kakak mu?"
"Selesai solat nanti akan Lili ceritakan ya Bu, sekarang ayo Bu kita ke luar!"
Aku menurut saja apa kata putriku itu, di sana aku ikut solat di sebelah Lili, walaupun aku tidak mengetahui siapa tang ada di balik beranda mayat itu
Selesai solat mereka semua bergegas membawa kepemakaman, Lili dan Wendi mengajakku untuk ikut bersamanya ke pemakaman itu.
Setelah jenazah itu selesai di makamkan, semua orang pergi begitu saja, cuma ada Lili dan Wendi yang berada di sana
"Kenapa kalian tidak pulang juga, ikut dengan mereka?" Ujarku sedikit binggung dengan tingkah anakku
"Tidak Ibu, sebentar lagi kita akan pulang Bu!"
"Dimana kakak kalian, Rendi?"
Mereka diam saja, tidak menjawab pertanyaanku
Aku menoleh ke depan, dimana di sehelai papan itu tertulis nama anakku, dan tidak lupa pula disana tertulis nama ayahnya dan juga aku
Itu artinya Rendiku! jenazah yang aku solatin tadi adalah putraku? tidak itu tidak mungkin, ini pasti pikiran ku saja, pasti yang membuat tulisan ini yang salah
"Tidaaaaaaaakkkkkkk mungkinnnn!"
"Ibu sadar Bu!"