'Apa - apaan ini?'
Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.
Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!
Brian Santoso.
Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.
Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!
Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?
Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
'Klek!'
Pintu ruangan Brian yang terbuka tanpa suara ketukan terlebih dahulu, menyentak perhatian Brian. Ia hampir saja membuka mulut dan ingin memarahi orang yang berani memasuki ruangannya, tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Namun saat mendapati wajah Aira yang menyembul dari pintu ruangannya, mulutnya kembali tertutup dan kalimat penuh kemarahan itu kembali ia telan.
Tidak mungkin baginya untuk memarahi sang istri, yang telah mendatangi ruangannya tanpa perlu harus ia telepon terlebih dahulu. Terlebih saat melihat tangan Aira yang berisi tas kecil. Sepertinya itu adalah bekal makan siang untuknya Brian.
Dengan cepat ia menutup berkas yang sedang ia pegang. Berdiri dari kursinya, ia melangkah dan mendekati Aira yang sedang berjalan.
"Itu bekal makan siangku?" Berhenti tepat di hadapan Aira. Jemari Brian terulur dan menarik kotak bekal itu dari tangan Aira.
"Pelayan yang aku perintahkan di kediaman untuk mengantarkan makan siang kita, telah menitipkan bekal Ini di lobby tadi." Aira mengangguk dan menyerahkan bekal makan siang itu kepada Brian.
Brian sedikit tersenyum melihat kotak bekal makan siang itu berisi dua. Bukankah itu artinya satunya adalah kotak makan siang Aira? Ia tersenyum melihat Aira yang berada di hadapannya. Namun sedikit mengangkat alisnya ketika melihat Aira yang tidak berani menatapnya lama-lama.
"Kamu Kenapa Ai?" Brian kembali bersuara.
"Tidak ada." Aira dengan cepat menjawab dan kembali mengalihkan tatapannya.
Ia masih mengingat bagaimana sosok Brian yang begitu dingin, penuh intimidasi saat berada di ruang rapat tadi. Karena itu ia masih belum berani untuk menatap Brian. Takut jika lelaki itu masih berekspresi seperti tadi.
Melihat Aira yang tidak mau menatapnya, membuat Brian kembali tersenyum. Ia menarik pergelangan tangan Aira dan membawa wanita itu duduk di atas sofa.. Meletakkan tas bekal makan siang itu, Brian mengeluarkan kotak makan itu dari dalam tas kecil.
"Aku akan makan di ruanganku saja." Aira menahan Brian yang ingin mengeluarkan kedua kotak bekal makan siang tersebut.
Namun melihat Brian yang kembali meliriknya, Aira dengan cepat menarik tangannya. Sedikit gugup melihat lirikan tajam itu. Brian mengeluarkan kedua kotak bekal makan itu hingga telah terhidang di atas meja.
"Untuk siang ini kamu akan makan siang bersama denganku." Ucapan Brian membuat Aira sedikit melotot.
"Bagaimana mungkin aku akan makan di sini?!" Tanpa sadar ia berseru dan melupakan kegugupannya.
"Apa yang salah dengan itu?" Pertanyaannya malah dijawab balik dengan pertanyaan oleh Brian.
"Bagaimana jika ada yang tahu aku makan siang bersama denganmu di sini?!" Ia melotot tajam pada Brian.
Tidak ada gunanya ia takut saat berhadapan dengan Brian. Karena jika mereka berdua berhadapan seperti ini, lelaki itu akan kembali berubah menjadi sosok yang menyebalkan.
"Tidak akan ada yang tahu jika kamu tidak membeberkannya." Dengan angkuh Brian menjawab dan meraih sendok yang berada tepat di hadapannya.
Menyuap nasi dan beberapa lauk ke dalam sendok itu, ia mengangkat sendok dan mengulurkannya ke hadapan mulut Aira.
"Aaaa."
Dengan suara ia memerintahkan agar Aira membuka mulutnya.
"Brian!"
Aira berseru melihat sikap acuh Brian.
Namun kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Brian begitu saja. Sendok yang berisi nasi dan lauk itu telah beralih ke dalam mulutnya dan membuat Aira mengerjapkan mata, hingga ia mengunyah makanan itu.
"Tidak baik mengomel di saat sedang makan." Sedikit ucapan Brian kembali membuat Aira melotot.
Namun lelaki itu malah kembali menyendokkan nasi dan menyuapkannya ke dalam mulutnya sendiri. Brian tersenyum menikmati makanannya.
Memilih diam dan tidak bersuara, Aira meraih sendoknya sendiri dan memakan bekal makanannya. Tidak mengubris Brian yang memandangnya dan tersenyum kecil.
"Awas saja jika sampai terdengar kabar bahwa aku makan siang di ruanganmu. Aku akan memukulimu saat itu juga." Dengan penuh ancaman Aira melotot pada Brian dan kembali menikmati makan siangnya.
"Tidak akan ada yang membocorkan itu. Jika kamu tidak bersuara sedikitpun." Kembali Brian menjawab dengan angkuh.
"Bagaimana dengan Ari?" Aira teringat sosok Ari sang sekretaris Brian.
"Bahkan ia mengetahui jika kita adalah suami istri. Dan aku jamin ia tidak akan mengatakan apapun." Brian tersenyum saat menjawab.
Aira melotot tajam melihat Brian yang terkekeh kecil.
"Wajar jika ia tahu soal itu. Karena Ari adalah sekretarisku." Penjelasan singkat dari Brian membuat Aira kembali melotot kesal.
Kenapa jika ia berhadapan dengan Brian, selalu membuat perasaannya kesal dan ingin memukul lelaki ini? Dengan geram ia kembali menyuap makanan itu ke dalam mulut dan mengunyahnya sedikit kuat.
"Pelan-pelan makannya Ai. Nanti tersedak."
Peringatan dari Brian malah semakin membuat Aira geram. Tanpa sadar ia mengulurkan tangan dan mencubit lengan lelaki itu begitu kuat. Tapi Aira kembali melotot saat ia tidak bisa mencubit lengan Brian, yang ternyata begitu keras.
Sepertinya lelaki itu memiliki otot yang begitu kuat. Bahkan untuk sekedar ia cubit pun tidak bisa.
Perasaan kesalnya semakin lama semakin besar. Aira melampiaskan kekesalan itu dengan menghabiskan makan siangnya super cepat.
Semua kelakuan dan ekspresi wajahnya yang melotot kesal, tidak luput dari perhatian Brian.
Brian tersenyum lebar melihat raut wajah kesal Aira yang menurutnya begitu menggemaskan.
.........................
masa gitu aja ga tau
kau ini Aira lemottttt
semoga aja suamimu jadi imam yg baik ga melenceng
suami istri ada masanya loh kalau berturut turut ga ada nafkah lahir batin jatuhnya apa ?