Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Malam turun perlahan di paviliun terpencil itu. Yue Lan baru saja akan naik ke tempat tidur untuk beristirahat ketika Xiaohe masuk membawa nampan kayu kecil. Di atasnya ada semangkuk sup hangat.
“Nyonya,” ucap Xiaohe hati-hati, “hamba membawakan sup hangat.”
Yue Lan mengerutkan keningnya. "Sup? tidak biasanya kau membawakan sup setelah makan malam."
"Ini di kirim dari dapur, Nyonya. Katanya atas permintaan Nyonya Shen, untuk pemulihan tenaga Nyonya."
“Letakkan saja di meja.”
“Nyonya,” katanya lembut, “supnya akan dingin jika dibiarkan terlalu lama.”
Yue Lan mengangkat pandangan. Matanya sempat jatuh pada isi mangkuk.
“Sup apa itu?” tanyanya.
“Pelayan dapur bilang ini ramuan penghangat darah,” jawab Xiaohe. “Katanya untuk wanita yang baru pulih agar tidak masuk angin.”
Yue Lan terdiam sejenak. Ia lelah hari ini. Ingatan yang bukan miliknya terus masuk kenpikirannya membuat kepalanya pusing dan merasa ingin pecah.
“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tidak ada salahnya.”
Xiaohe terlihat lega. Ia membawa mangkuk itu kepada Yue lan. Tidak ada bau aneh. Tidak ada warna mencurigakan. Tampak seperti ramuan biasa yang sering digunakan di rumah bangsawan.
Yue Lan mengangkat mangkuk itu. Ia menyesap perlahan.
Rasanya lembut di tenggorokan, meninggalkan sensasi hangat yang cepat menyebar ke perut.
“Rasanya memang sup penghangat tubuh,” katanya singkat.
Xiaohe tersenyum kecil. “Syukurlah.”
Yue Lan menghabiskannya tanpa ragu. Setelah itu, ia menyandarkan punggung ke kursi, menghela napas panjang.
“Entah kenapa,” gumamnya pelan, “badanku terasa lebih ringan.”
Ia mengira itu efek ramuan pemulih biasa. Atau mungkin hanya sugesti setelah hari yang panjang.
Beberapa saat kemudian, kehangatan itu berubah. Tidak menyakitkan. Yue Lan tidak menaruh curiga sedikitpun. Hanya ia merasa tubuhnya mulai terlalu hangat.
Kulitnya terasa sensitif, napasnya sedikit lebih pendek. Ada rasa tidak nyaman yang sulit dijelaskan, seperti tubuhnya bereaksi lebih cepat daripada pikirannya.
Yue Lan mengernyit.
“Aneh…” katanya pelan sambil menekan dadanya. “Xiaohe, kau boleh pergi dulu. Aku ingin beristirahat.”
Xiaohe mengangguk dan keluar, menutup pintu perlahan.
Yue Lan berdiri, hendak berjalan ke tempat tidur. Langkahnya goyah sesaat. Ia lalu berhenti, mengatur napas, lalu tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri.
“Pasti aku terlalu lelah,” gumamnya.
Ia tidak tahu bahwa sejak tegukan pertama tadi, obat itu akan langsung bereaksi dan semakin lama semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.
Panas merambat dari perut ke dada, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Yue Lan membuka mata, napasnya terasa pendek. Pakaian tidur yang tipis tiba-tiba terasa terlalu menempel di kulit. Keringat mengalir dari pelipis ke leher, punggungnya basah.
Ini bukan demam, batinnya cepat.
Ini tidak wajar.
Ia memaksa duduk. Pikirannya masih jernih, namun tubuhnya seolah tidak lagi sepenuhnya patuh. Ada dorongan aneh yang membuatnya menggigit pelan bibirnya sendiri, rasa ingin di sentuh membuat sarafnya menegang.
“Tenang,” bisiknya pada diri sendiri. “Tarik napas.”
Ia mencoba berdiri. Lututnya melemah, langkahnya goyah. Yue Lan berjalan keluar paviliun dengan susah payah, berharap udara malam bisa meredakan panas yang membakar dari dalam. Lorong itu kosong. Xiaohe tidak terlihat.
Nam setelah beberapa saat Lampu minyak berkelip di kejauhan. Langkah kaki terdengar.
Sosok seseorang muncul dari ujung lorong, berjalan mendekat, bayangannya memanjang di lantai kayu. Yue Lan berhenti. Napasnya tertahan bukan karena takut, melainkan karena naluri yang tiba-tiba menegang, ia mencoba memperingatkan dirinya sendiri.
Jangan... aku mohon, jangan melakukan hal bodoh.
Ia menggenggam tiang paviliun untuk menahan diri, kuku jarinya memucat. Matanya berusaha fokus, menilai jarak, menakar waktu. Siapa pun itu, ia harus menjaga jarak.
Namun panas itu kembali menyerang, membuat langkahnya goyah satu kali lagi. Dan di lorong yang sunyi itu, bayangan semakin dekat.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️