Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 - Susu Panas
"Eh, udah pulang, Dek. Tumben agak cepat," sapa Dita saat melihat kemunculan Rangga.
"Iya, ada rapat guru hari ini. Jadi pulang lebih cepat, Kak," kilah Rangga sembari melepas sepatu dan kaos kaki.
"Ganti baju gih! Biar aku siapkan makan siang," ujar Dita seraya melangkah ke dapur.
Rangga mendengus kasar. Lalu masuk ke kamar. Dia berganti pakaian dan segera pergi ke meja makan. Di sana Dita baru menyendok nasi ke piring Rangga.
"Segini cukup, atau mau ditambah lagi?" tanya Dita. Ia memperlihatkan nasi yang sudah di sendoknya di piring.
"Udah, Kak. Itu cukup!" sahut Rangga. "Harusnya Kak Dita nggak perlu repot-repot begini. Aku kan bisa nyendok sendiri," lanjutnya.
"Nggak apa-apa. Selagi aku mau rajin. Dari pada aku marah. Emang kau mau aku marahin?" balas Dita sambil berjalan menghampiri Rangga. Dia meletakkan piring berisi nasi di depan Rangga.
Saat itulah atensi Rangga tertuju ke arah belahan dada Dita yang begitu menggoda. Mulutnya sampai sedikit menganga. Posisi Dita memang tepat berada di seberang meja. Namun itu posisi cukup dekat bagi Rangga untuk memperhatikan belahan dada sang kakak ipar.
"Kau mau minum apa? Biar aku ambilkan sekalian," tawar Dita.
"Susu..." ucap Rangga. Dia sontak refleks menutup mulutnya sendiri dengan tangan.
Dita mengerutkan dahi. "Susu?" tanyanya.
"Eh, anu... I-iya. Susu. Aku mau minum susu," gagap Rangga panik. Hampir saja dia ketahuan.
Dita pun memecahkan tawa. "Kau itu ternyata masih kayak anak kecil ya. Siang bolong gini pengen minum susu," pungkasnya.
"Iya..." Rangga tersenyum malu. Wajahnya memerah bak tomat matang.
"Ya sudah, aku buatkan dulu susunya. Mau yang dingin atau panas?" tanya Dita. Dia berdiri membelakangi Rangga. Kini sang adik ipar disuguhkan dengan bokong sintalnya.
"Hot!" ucap Rangga cepat.
"Hah?" Dita berbalik dengan dahi berkerut.
"Susunya hot. Eh, maksudku panas. Yang panas susunya," ujar Rangga.
"Yang panas? Tumben. Biasanya suka yang dingin," komentar Dita.
"Lagi pengen, Kak... Pengen banget," sahut Rangga sembari menenggak ludahnya sendiri. Ia kali ini sadar kalau dirinya memang menyukai Dita. Jadi tidak heran sangat mudah sekali Rangga terpesona pada kakak iparnya tersebut.
Rangga menghela nafas panjang dan makan siang. Ia akan berusaha menahan diri untuk tidak menatap Dita. Entah sampai kapan nanti dia mampu menahan itu semua.
Susu panas Rangga sudah jadi. Dita meletakkannya ke hadapan Rangga.
"Makasih, Kak..." ungkap Rangga tanpa menatap.
"Habiskan makanannya ya," ujar Dita seraya duduk di seberang meja. Dia menyipitkan mata, memperhatikan Rangga dengan serius.
Tanpa diduga, Dita berdiri dan meraih dagu Rangga. Ia memaksa Rangga mendongak menatapnya.
Mata Rangga membulat sempurna. Jantungnya berdetak lebih cepat. Apalagi saat Dita mendekatkan wajahnya ke hadapan Rangga. Jujur saja, Rangga jadi tambah gugup sekali. Parahnya celananya jadi sesak, pertanda benda di dalamnya sedang bereaksi.
"Ke-kenapa, Kak?..." tanya Rangga terbata.
"Bintitan di matamu kayaknya tambah gede. Aku kompreskan air hangat ya, biar sembuh," kata Dita.
Rangga tak langsung menjawab. Dia fokus menatap wajah cantik kakak iparnya yang berada lebih dekat dari biasanya. 'Sempurna...' batinnya.
"Sakit nggak?" tanya Dita lagi.
Rangga langsung menyadarkan diri dan sigap menjauh dari Dita. Ia juga melepaskan tangan Dita dari dagunya.
"Aku bisa sendiri, Kak. Makasih!" ucap Rangga.
"Yakin? Ya sudah kalau begitu. Biar aku siapkan kompresnya saja," balas Dita sembari mengambil ember kecil dan handuk bersih. Dia benar-benar tenang sekali. Seakan tidak sadar dengan betapa tertariknya Rangga kepadanya.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari