Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.
Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.
Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 Anak yang Dipaksa
Racun Diracun berjalan dengan santai mengelilingi paviliun, melihat-lihat barang dagangan. Matanya berhenti di bagian yang menjual berbagai macam ramuan obat dan bahan-bahan untuk membuat pil atau racun. Ia mulai memilih beberapa akar tanaman langka dengan gerakan yang cekatan, seolah sangat mengenal barang-barang itu.
Sementara itu, anak kecil yang ditariknya dengan tali di leher itu hanya bisa mengikuti dengan langkah gontai. Wajahnya pucat, matanya cekung, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya, sesuatu yang menunjukkan bahwa ia masih sadar dan menderita.
Semua orang berusaha untuk tidak menatap anak itu. Tidak ada yang berani ikut campur dalam urusan Racun Diracun. Lebih baik diam dan berpura-pura tidak melihat daripada menarik perhatian monster itu.
Tetapi Wang Chen, yang berdiri di samping Souw Liancu, menatap anak itu dengan pandangan yang berbeda. Untuk pertama kalinya sejak mereka tiba di paviliun, ekspresi datar di wajahnya berubah. Ada sesuatu dalam matanya, sesuatu yang mirip dengan kesedihan atau belas kasihan.
Wang Chen kemudian berjalan mendekati Souw Liancu dengan langkah pelan. Ia membungkuk sedikit dan berbisik di telinga gadis itu dengan suara yang sangat lembut, suara yang jarang sekali ia keluarkan.
"Nona, tolong... tolong beli anak itu. Aku kasihan padanya. Dia menderita."
Souw Liancu tersentak mendengar bisikan itu. Ia menatap Wang Chen dengan mata terbelalak. Ini pertama kalinya Wang Chen meminta sesuatu dengan nada yang begitu penuh emosi.
Tetapi sebelum Souw Liancu bisa menjawab, Zhao Ming yang mendengar bisikan itu langsung melangkah maju dan berbisik dengan keras kepada Souw Liancu.
"Nona, jangan dengarkan dia! Orang itu adalah Racun Diracun! Jangan berurusan dengan orang seperti itu! Sangat berbahaya!"
Chen Wei menambahkan dengan nada mendesak, "Benar, Nona. Anak itu sudah terkontaminasi racun. Mendekatinya saja sudah berbahaya, apalagi membelinya. Wang Chen itu tidak tahu apa-apa, jangan ikuti kata-katanya kali ini!"
Liu Yang juga ikut membujuk, "Nona sudah beruntung dengan keberuntungan Wang Chen tadi, tetapi keberuntungan tidak akan selalu ada. Mungkin yang berikutnya adalah kesialan. Kali ini tolong dengarkan kami. Jangan berurusan dengan Racun Diracun."
Souw Liancu menatap ketiga senior itu, kemudian menatap Wang Chen. Pemuda itu menatapnya dengan pandangan yang sangat memelas, sangat berbeda dari ekspresi datar yang biasa ia tunjukkan. Dan kemudian Souw Liancu menatap anak kecil itu.
Anak itu kebetulan juga menatap ke arahnya. Mata anak itu bertemu dengan mata Souw Liancu, dan dalam sekejap itu, Souw Liancu bisa melihat penderitaan yang luar biasa dalam mata itu. Mata yang memohon untuk diselamatkan, mata yang sudah kehilangan harapan tetapi masih mencoba untuk tidak menyerah.
Hati Souw Liancu mencelos. Ia teringat pada ayahnya, sang Menteri Kebudayaan yang selalu mengajarkan kepadanya untuk membela yang lemah dan tidak pernah menutup mata dari penderitaan orang lain. Ia teringat pada semua bantuan yang telah diberikan Wang Chen kepadanya, semua pertolongan yang tidak pernah diminta imbalannya.
Keputusan sudah dibuat.
Dengan langkah yang tegap meskipun jantungnya berdebar kencang, Souw Liancu berjalan mendekati Racun Diracun. Ketiga senior di belakangnya mengerang frustasi tetapi tidak berani mengikuti.
"Tuan," panggil Souw Liancu dengan suara yang berusaha ia buat setegap mungkin.
Racun Diracun berhenti melihat-lihat barang dan menoleh. Matanya yang hitam dan tajam menatap Souw Liancu dengan tatapan yang membuat gadis itu ingin mundur. Tetapi Souw Liancu memaksa kakinya untuk tetap berdiri di tempat.
"Ada apa, Nona muda?" tanya Racun Diracun dengan suara yang dalam dan serak.
"Saya... saya ingin membeli anak itu dari Anda," kata Souw Liancu dengan suara yang sedikit gemetar.
Seluruh ruangan langsung dipenuhi dengan desisan terkejut. Semua orang menatap Souw Liancu seolah gadis itu sudah gila.
Racun Diracun menatap Souw Liancu untuk beberapa saat, kemudian ia tertawa. Tawa yang dingin dan mengerikan yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Membeli anak ini? Nona muda, apakah Anda tahu apa yang Anda minta?"
"Saya tahu, Tuan. Saya ingin membeli anak itu dan membebaskannya."
Racun Diracun menggelengkan kepalanya. "Anak ini bukan barang dagangan biasa yang bisa dibeli begitu saja. Anak ini adalah hasil percobaan racunku. Tubuhnya sudah terkontaminasi dengan puluhan jenis racun yang sangat mematikan. Racun-racun itu sudah menyatu dengan darah dan tulangnya. Siapa pun yang mendekati anak ini dalam jarak satu meter akan menghirup uap racun yang keluar dari tubuhnya dan akan mati dalam waktu satu jam. Bahkan kultivator tahap pembentukan pondasi pun tidak akan tahan."
Kata-kata itu membuat orang-orang yang sudah mundur menjadi mundur lebih jauh lagi. Beberapa orang bahkan keluar dari paviliun, tidak ingin mengambil risiko.
Tetapi Souw Liancu tidak mundur. Ia menatap anak itu lagi, melihat ekspresi yang semakin memelas di wajah kecil itu. Anak itu seperti memohon, berharap ada seseorang yang mau menyelamatkannya dari neraka yang ia jalani.
"Kalau begitu," kata Souw Liancu dengan suara yang lebih keras, "apakah Tuan menculik anak ini? Atau apakah anak ini secara sukarela menjadi subjek percobaan Tuan?"
Pertanyaan itu membuat suasana semakin tegang. Racun Diracun mengerutkan kening, wajahnya berubah menjadi lebih gelap.
"Apa maksud pertanyaan itu, Nona muda?"
Souw Liancu mengumpulkan semua keberaniannya. Ia sudah belajar dari ayahnya cara bersilat lidah, cara menggunakan kata-kata untuk mempengaruhi orang dan situasi. Dan sekarang saatnya ia menggunakan pelajaran itu.
"Yang saya maksud adalah," kata Souw Liancu dengan suara yang bergema di seluruh ruangan, "jika anak ini adalah murid Tuan yang secara sukarela belajar ilmu racun dari Tuan, maka memang bukan urusan kami. Tetapi jika anak ini adalah korban yang diculik dan dipaksa menjadi percobaan racun Tuan, maka itu adalah kejahatan yang harus dihentikan!"
Suara-suara setuju mulai terdengar dari beberapa pengunjung yang lebih berani.
"Benar! Kalau anak itu diculik, kita harus membantunya!"
"Paviliun Benda Langit adalah tempat terhormat, kita tidak boleh membiarkan penculikan terjadi di sini!"
"Kita harus bertindak!"
Racun Diracun menatap sekeliling dengan wajah yang mulai kehilangan kepercayaan diri. Ia tidak menyangka bahwa gadis muda ini bisa mengubah situasi dengan kata-kata saja.
"Aku datang ke sini hanya untuk membeli akar tanaman. Mengapa aku seperti dihakimi?" tanya Racun Diracun dengan nada yang mulai terdengar defensif.
Saat itulah sesepuh dari Paviliun Benda Langit, seorang pria tua dengan janggut putih panjang dan aura yang sangat kuat, turun dari lantai dua tempat ia biasa berada. Setiap langkahnya membuat lantai bergetar sedikit. Aura kultivasi tahap pembentukan inti yang ia pancarkan membuat semua orang merasa tertekan.
"Racun Diracun," kata sesepuh itu dengan suara yang tenang tetapi penuh otoritas. "Sedari tadi aku tidak ikut campur dalam urusanmu karena aku pikir anak itu adalah muridmu yang sukarela belajar darimu. Tetapi setelah mendengar kata-katamu sendiri bahwa anak itu adalah hasil percobaan racunmu, itu berarti ada pemaksaan di sana. Aku tidak bisa membiarkan hal seperti itu terjadi di paviliunku."