Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.
Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.
Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..
"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Syifa terpaku da mulai memikirkan apakah dia harus luluh dengan tindakan tante Desy atau tidak.
"SYIFA ANAKKU!! Ternyata kamu disini!"
Syifa spontan melonjak kaget.
Tante Desy bahkan sampai menjatuhkan satu tas branded dari tangannya, namun ekspresinya tidak kesal karna itu adalah sahabatnya, sebaliknya, dia ikut tersenyum pada ibunya Syifa.
"Ibu?? Ngapain di sini??" Syifa nyaris menjerit.
Ibunya menepuk dada dramatis.
"Ngapain? YA NYARI KAMU LAH! ART di rumah telpon ibu trus bilang kamu gak ada di rumah! Untung aja ibu sempat ketemu Anisa dan dia bilang kamu disini!"
Tante Desy menahan tawa kecil, “Eh, lucu banget.. berarti tadi kamu gak barengan sama Syifa ya Na?"
Ibu Syifa langsung manyun.
“Iya nih, tadi sebelum datang udah aku ajak tapi dia nolak terus, eh tiba-tiba udah kesini sendiri," ucap ibunya Syifa sambil menarik tante Desy agar duduk di sofa.
Syifa memijit pelipisnya frustasi, tapi dia juga agak bersyukur karna ibunya mungkin bisa mengatasi masalah yang sekarang dia hadapi, yaitu memilih pemberian dari tante Desy.
Jujur saja, jika mengikuti mata, Syifa ingin sekali memiliki beberapa barang yang ditawarkan oleh tante Desy, tapi kan malu juga yah, soalnya pikirannya sudah merencanakan untuk tidak berdekatan dengan semua hal yang berkaitan dengan Kayden.
Tante Desy tersenyum makin lebar.
“Pas banget dong, nih.. kamu juga pilih mau yang mana, kemarin aku ajak kamu ke Singapura tapi Syifa tiba-tiba dapat musibah, lagian karna ini bisa dianggap kelalaian dari Kayden, jadi anggap saja pemberian ini sebagai ganti rugi?”
Ibu Syifa menoleh, "Apaan sih Desy? Kita udah sahabatan lama.. masa gini aja aku nolak? Hehe, gak mungkin, kan? Ayo Syifa duduk.. kita pilih barangnya!"
'Kocak! Ibunya si tokoh Syifa ini ternyata mengambil sifat manipulatif dari ibunya, Syifa bisa membayangkan bagaimana tokoh itu merayu tante Desy selama ini'
Ibunya menepuk pundaknya, lalu menoleh ke Desy dengan wajah bersalah tapi tetap santai.
“Maaf ya, Bu Desy. Anak saya ini kok tumben diem. Biasanya dia kayak speaker bocor, ngoceh mulu.”
Tante Desy memandang Syifa lembut.
“Tadi saya juga bingung. Syifa biasanya lincah, ramah, terus suka pilih hadiah apa pun yang saya kasih. Tapi sekarang diam banget.”
Ibu Syifa langsung menyambar cepat,
“Pasti karena masalah Kayden itu kan?"
“Ibu!” Syifa hampir meledak.
“Loh kenapa? Ibu kan cuma jujur,” balasnya polos.
Syifa meraih tangan ibunya, “Udah bu, aku baik-baik aja"
Syifa menatap tante Desy dengan senyum kaku.
“Tante.. aku beneran nggak apa-apa. Mungkin cuma.. lagi nggak enak badan.”
Tante Desy malah makin panik.
“Loh? Kamu mau tante panggilkan dokter hotel? Atau mau vitamin apa? Aku masih punya suplemen dari luar negeri..”
“Enggak, tante! Aku sehat! Sehat banget malah!” Syifa langsung mengibaskan kedua tangan panik seperti kipas angin rusak.
Tante Desy tertawa kecil.
“Ya sudah kalau gitu.. tapi tetep pilih satu ya, Syifa. Masa kamu pulang tangan kosong?”
Syifa semakin terjepit. Dia melihat barang-barang mewah itu, mulai daritas, scarf, dompet, parfum. Semuanya terlihat menggoda.
Tampilannya saja seperti berbisik pada Syifa: “Ambil aku! Aku cocok di lemari kamu!”
‘Aduh.. ini dilema hidup yang sebenarnya. Mau jaim.. tapi dompetnya cakep banget.’
Ibunya membaca hatinya dengan sangat cepat.
“Nah! Lihat tuh matanya! Udah jelas dia suka! Syifa kalo ngelirik gitu biasanya udah jatuh cinta sama barangnya!”
Tante Desy lalu mengambil satu tas warna nude yang elegan, memberikan ke pangkuan Syifa.
“Yang ini lucu.. kamu suka?”
Syifa menelan ludah.
Suka. Banget. Bahkan terlalu. Tapi kalau dia ambil.. otomatis dia makin dekat sama keluarga ini.
Syifa menarik napas panjang, hendak menolak dengan halus.
Tapi ibunya lebih cepat.
“Dia SUKA! Dia pasti suka! Liat tuh, sampe nggak bisa ngomong!”
“Bu!!” Syifa ingin menenggelamkan diri di karpet mewah.
Tante Desy tertawa geli,
“Aduh.. Nanda, Nanda.. kalian kompak banget ya? Harusnya dulu aku hamil lagi, kalik aja dapat anak cewek.. Oke, kalau gitu tas itu buat Syifa. Nanti tante bawakan yang lain juga.”
Syifa membeku.
‘Bawakan.. yang lain? Matilah sudah! Ini namanya aku makin terjerumus!!..’